Istri Simpanan

Bab 571 - Mengetahui kebenaran



Bab 571 - Mengetahui kebenaran

0"Apa maksud anda?" Soo Yin semakin bingung saat ini.     
0

"Apakah kau masih ingin tahu siapa yang sudah membuat ayahmu tidak bisa menemui ibumu di masa lalu?" tanya Peter Anderson.     

"Tentu saja aku ingin tahu," sahut Soo Yin cepat.     

"Kau sangat mengenal orangnya. Kau bahkan begitu menghormatinya. Meski pahit tapi aku ingin kau mengetahui kebenarannya. Semoga setelah ini kau tidak membencinya," ungkap Peter Anderson. Ada rasa tidak tega karena Soo Yin pasti akan sangat terpukul.     

"Jangan membuatku semakin bingung." Soo Yin semakin jengkel karena Peter tidak mengatakannya secara langsung dan terus memaksanya untuk berpikir keras.     

"Park Ji Hoon lah yang sudah mengadu domba dan membongkar rahasia pernikahan ibu dan ayahmu," ungkap Peter Anderson seraya menghela nafas berat.     

Soo Yin terperangah hingga bergeming beberapa saat. Itu seperti sebuah mimpi buruk baginya.      

"Anda pasti berbohong, tidak mungkin dia yang melakukannya," sanggah Soo Yin dengan wajah tidak percaya. Kepalanya menggeleng kuat pertanda itu mungkin hanyalah sebuah kebohongan.     

"Soo Yin, apakah kau mengenalnya?" tanya Richard Lee penasaran karena sepertinya saat ini Soo Yin tidak baik-baik saja.     

"Park Ji Hoon adalah mertua Soo Yin, Tuan," sahut Peter Anderson. Tadinya ingin Soo Yin menjawabnya sendiri tapi hingga beberapa saat tetap diam saja.     

"Apa?" Richard Lee juga sangat terkejut karena teman dekat yang sudah menjadi musuhnya ternyata kini sekarang menjadi besannya.     

"Tuan Park," gumam Soo Yin. Seketika tubuhnya menjadi lemas.     

Bagaimana mungkin orang yang selama ini ia hormati ternyata adalah orang yang sudah memisahkan kedua orang tuanya. Ada masalah apa sebenarnya di antara mereka?     

Tubuh Soo Yin gemetar seperti ada sebuah batu yang menimpa kepalanya. Ini adalah sebuah mimpi buruk yang hadir di dalam hidupnya.     

"Apakah aku yakin jika putra Park Ji Hoon adalah suami Soo Yin? Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?" ujar Richard Lee. Butuh penjelasan lebih lanjut lagi.     

"Namanya Dae Hyun, bahkan dengan sengaja aku bekerja sama dengannya tapi tanpa sepengetahuan Park Ji Hoon," terang Peter Anderson. Ada maksud dan tujuan terselubung di balik kerjasamanya dengan Dae Hyun yang semakin besar.     

"Kenapa kau tidak pernah menceritakannya padaku?"      

"Maaf, Tuan. Aku hanya ingin membalaskan dendam anda di saat waktunya tiba," terang Peter Anderson.     

Soo Yin tidak bisa berkomentar apapun kali ini. Apakah jika mertuanya tahu ibunya masih hidup akan membunuhnya?     

"Park Ji Hoon melakukan semua itu karena tidak berhasil mendapatkan ibumu. Seo Kyung lebih memilih ayahmu daripada Park Ji Hoon. Itu sebabnya Park Ji Hoon berusaha memisahkan mereka." Peter ingin mengungkapkan semua kebusukan Park Ji Hoon di depan Soo Yin.     

"Tidak mungkin," ucap Soo Yin sembari menggelengkan kepalanya.     

Dengan tubuh sempoyongan Soo Yin melangkahkan kakinya keluar dari kamar Richard. Air matanya bercucuran mendengar fakta yang sangat menyakitkan.     

"Soo Yin, tunggu," sergah Richard Lee.     

"Biarkan saja, Tuan. Biarkan dia menenangkan diri karena sangat menyakitkan baginya untuk menerima semua itu," ujar Peter Anderson.     

Richard Lee menelan ludah. Haruskah ia tetap balas dendam? Atau harus mengubur dalam-dalam masalah mereka demi Soo Yin?     

Banyak orang yang menginginkannya mati. Namun Richard Lee selalu berhasil lolos meskipun terkadang mengalami luka yang cukup parah.     

Perusahaannya berkembang pesat sejak dulu. Itu sebabnya banyak orang yang ingin membuatnya celaka. Bahkan teman sendiri saja tega melakukannya. Lengah sedikit tanpa penjagaan, maka nasibnya akan seperti kemarin. Tertembak meskipun hanya tangan dan kakinya terluka.     

Soo Yin terus melangkah tidak tentu arah. Hingga ia keluar dari mansion. Kini ia berdiri tepat di depan sebuah kolam yang terlihat dalam. Ia terus melangkah dengan air mata yang bercucuran.     

Baru saja bertemu orang tuanya. Berharap hidupnya akan bahagia dan sempurna. Namun sekarang rumah tangganya harus dipertaruhkan. Lebih baik ia tidak tahu fakta yang sebenarnya dari pada harus mengetahuinya.     

"Soo Yin," panggil Gong Yoo saat melihat Soo Yin semakin mendekat tepian kolam.     

Dengan setengah berlari, Gong Yoo menghampiri Soo Yin kemudian menarik tangannya sekuat tenaga. Hingga kini Soo Yin menghadap ke arahnya. Tatapan wanita itu masih kosong.     

"Soo Yin, apa yang kau lakukan? Kolam itu sangat berbahaya jika kau sampai tercebur," ujar Gong Yoo. Tidak habis pikir jika Soo Yin bertindak di luar nalar.     

"Kenapa … kenapa orang yang memisahkan orang tuaku adalah orang yang sangat aku hormati? Ibuku bahkan harus mengalami depresi belasan tahun karenanya. Kenapa ia begitu tega melakukan semua itu?" ujar Soo Yin di sela isak tangisnya.     

"Soo Yin, apa maksudmu?" Dahi Gong Yoo berkerut karena bingung apa yang sebenarnya terjadi pada Soo Yin.      

"Tuan Park yang membuat ibuku sampai depresi," ujar Soo Yin tersedu-sedu.     

Gong Yoo membawa Soo Yin ke dalam pelukannya karena saat ini Soo Yin yang bisa menenangkan hatinya. Ia tidak tahu apa masalah yang sebenarnya tapi sedikit bisa menebak.     

Soo Yin terus terisak-isak. Hatinya perih setelah mengetahui pria yang sangat dicintainya ternyata adalah putra seorang penjahat yang membuat ibunya sangat menderita.     

Terlalu terkejut dan banyak mengeluarkan air mata, tiba-tiba saja tubuh Soo Yin merosot dari dekapan Gong Yoo.     

"Soo Yin," ujar Gong Yoo sembari memangku kepala Soo Yin di kakinya. Matanya kini sudah terpejam dan tidak sadarkan diri.     

Gong Yoo segera mengangkat tubuh Soo Yin dan membawanya kembali masuk ke dalam mansion.     

Soo Yin benar-benar terpukul saat ini. Sakit yang dirasakan lebih pedih daripada mengetahui fakta ketika dulu Dae Hyun sudah beristri.     

Brian Lee hendak menaiki tangga saat melihat Gong Yoo membopong tubuh Soo Yin.     

"Apa yang terjadi padanya?" tanya Brian Lee pada Gong Yoo yang mendahului langkahnya.     

"Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja dia pingsan," sahut Gong Yoo tanpa menghentikan langkahnya. Meski tubuh Soo Yin ringan tapi ia harus memanggil dokter untuk memeriksa keadaanya.     

Brian Lee mengikuti langkah Gong Yoo masuk ke dalam kamar yang ditempati Soo Yin. Meski cuek tapi bukan berarti tidak peduli. Ia bahkan turut membantu Gong Yoo untuk menyiapkan bantal untuk Soo Yin.     

"Tolong jaga dia. Aku harus memanggil ayahku terlebih dahulu," ujar Gong Yoo. Tanpa mendengarkan Brian setuju atau tidak, Gong Yoo sudah pergi meninggalkan kamar itu dengan berlari.     

Brian Lee kemudian duduk di ranjang tepat di sisi Soo Yin. Mengulurkan tangannya merentangkan selimut untuk menutupi tubuh Soo Yin.     

"Kau pasti selama ini menjalani kehidupan penuh kesulitan. Maaf jika aku masih bersikap dingin padamu. Aku hanya belum percaya jika aku memiliki saudara dari ibu yang lain," ucap Brian Lee dengan ekspresi rumit. Menyesal tadi menolak membawa Soo Yin pergi jalan-jalan. Seharusnya itu adalah waktu yang tepat untuk mereka lebih saling kenal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.