Istri Simpanan

Bab 349 - Ranjang yang berantakan



Bab 349 - Ranjang yang berantakan

0Soo Yin gelagapan pasalnya tadi tak ada kepikiran untuk mengambil sepatunya terlebih dahulu.     
0

"Ahhh … sepatu … sepatuku ada di bawah meja. Aku memang sengaja melepaskannya karena ukurannya kekecilan sehingga membuatku tidak nyaman," ujar Soo Yin menggerakkan kakinya. Menyembunyikan satu kakinya di belakang kaki yang lain.     

"Coba sini ibu lihat kakimu pasti terluka," ujar Ny. Park. Ia sudah menganggap Soo Yin seperti anak kandungnya sendiri apalagi dirinya yang tidak memiliki anak perempuan semakin menyayanginya.     

"Tidak apa-apa, Bu. Aku hanya baru memakainya sebentar," tolak Soo Yin.     

"Ya sudah kalau begitu hari ini ikut kami berbelanja. Ibu akan membelikan sepatu atau apapun yang kau inginkan," ajak Ny. Park dengan wajah berbinar. Akhirnya ada alasan untuk mengajak Soo Yin keluar.     

Aeri menyipitkan matanya. Kedatangannya kemari ingin mengetahui apa yang dilakukan suami dan sekretarisnya. Bukan justru mengajaknya ikut berbelanja setelah ini.     

"Bukankah tadi Ibu mengatakan jika ingin berbelanja berdua saja?" ucap Aeri. Sekarang mungkin bisa bersikap baik dengan Soo Yin Karen's ada Dae Hyun di sana. Namun Aeri tidak yakin akan bersikap seperti itu terus hingga nanti.     

"Maaf Bu, tapi aku juga sudah lama tidak bekerja sehingga tidak enak dengan karyawan lain jika aku keluar di saat jam kerja," ungkap Soo Yin dengan halus. Ia menyadari ketidaksukaan Aeri begitu terlihat di matanya.     

Padahal bukan itu sebenarnya yang Soo Yin khawatirkan. Itu karena kakinya terasa sakit akibat apa yang mereka lakukan tadi. Soo Yin tidak yakin jika melangkah dengan benar. Ketika berjalan ke sofa saja harus menahan nyeri.     

"Tidak masalah, biarkan Dae Hyun yang mengurusnya nanti. Jika belanja beramai-ramai justru lebih menyenangkan," ujar Ny. Park sambil memandang kedua menantunya dengan tatapan bersinar.     

"Tapi Bu, aku banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Jika Soo Yin pergi, siapa yang akan membantuku," sergah Dae Hyun. Diliriknya sekilas istri kecilnya yang tampak berdiri dengan gelisah dengan memainkan jemarinya serta kaki yang tidak berdiri dengan tegap. Ia baru ingat jika tubuh Soo Yin akan memar setelah menyatukan cinta dengannya.     

"Kau meminta Asisten Chang saja yang membantu," ujar Ny. Park. Tak memperdulikan sama sekali ucapan putranya.     

"Assisten Chang memiliki pekerjaan sendiri yang harus diselesaikan, Bu." Dae Hyun sebisa mungkin menghalangi ibunya membawa pergi Soo Yin.     

Dae Hyun merasa kasihan jika Soo Yin pasti akan tersiksa jika belanja dengan ibunya yang biasanya akan membutuhkan waktu yang sangat lama.      

"Hanya sesekali saja tidak apa-apa. Lagipula ini sebagai ucapan terima kasih karena Soo Yin sudah menghabiskan banyak waktu untuk Kim Soo Hyun," ujar Ny. Park yang melakukan seribu alasan agar bisa membawa pergi calon menantunya.     

Dae Hyun mendesah pelan. Selalu saja Kim Soo Hyun yang menjadi alasannya.     

Tanpa memperdulikan Dae Hyun yang terus melakukan protes, Ny. Park penasaran dengan ruangan putranya karena memang jarang sekali berkunjung ke sana. Ia berkeliling sambil melihat-lihat ornamen yang menempel di dinding.     

Kesempatan itu juga diambil Aeri karena merasa penasaran dengan kamar yang biasa ditempati oleh Dae Hyun jika lembur. Aeri tadi memang sengaja mengajak Ny. Park mampir ke hotel untuk memastikan rasa curiganya selama ini.     

Soo Yin dan Dae Hyun saling beradu pandang ketika mengikuti tamu yang tidak diundang datang ke ruangan mereka.     

Dae Hyun hanya diam saja karena tidak mungkin mengusir ibunya dari ruangannya. Ia hanya merasa curiga jika kedatangan ibunya karena hasutan Aeri.     

Bibir Soo Yin ingin berucap ketika Ny. Park berjalan mendekati kamar yang tadi mereka pakai. Namun ada sesuatu ysng menyangkut tenggorokannya sehingga tidak ada suara yang keluar dari bibirnya. Soo Yin hanya bisa pasrah jika sampai mereka ketahuan.     

Ny. Park membuka pintu kamar, membuat Soo Yin dan Dae Hyun kembali saling berpandangan.     

Ranjang itu masih berantakan karena tadi Soo Yin tidak sempat merapikannya. Seprainya tak beraturan serta selimut yang tergeletak di lantai. Beruntung tidak ada pakaian Soo Yin yang tertinggal.     

"Kenapa kamar ini berantakan sekali seperti baru ditempati?" ujar Aeri dengan dahi berkerut.     

"Aku tadi tiduran sebentar karena masih ngantuk. Semalam aku harus tidur sampai larut karena mencarimu," ujar Dae Hyun dengan datari. Kedua tangannya terlipat di dada.     

"Maaf, aku semalam merepotkan," ujar Aeri. Ia tahu jika sorot mata Dae Hyun ketika memandangnya sudah berbeda. Sudah tidak ada kepedulian lagi di matanya. Namun Aeri harus tetap bertahan demi apapun agar hidupnya kelak tidak perlu bekerja keras.     

"Kenapa tidak mengajak Jo Yeon Ho bersama kalian?" ujar Dae Hyun untuk mengalihkan pandangan mereka dari kamar itu yang memang membuat mereka merasa curiga.     

"Dia tidak mau," sahut Ny. Park.     

Dae Hyun mendesah pelan mengingat bagaimana putranya marah. Setelah pulang dari bekerja, nanti ia akan mencoba berbicara dan semoga saja berhasil membujuknya. Dae Hyun sudah mendapat informasi dari pengacaranya jika persidangan kemungkinan besar akan dilakukan minggu depan.      

Sebelum persidangan setidaknya dirinya sudah bisa membuat Jo Yeon Ho dekat dengannya kembali. Baginya akan sangat sulit jika mereka sampai berjauhan. Tak pernah terpikirkan olehnya jika sampai hak asuh jatuh di tangan Aeri. Apapun akan dilakukan olehnya agar Jo Yeon Ho tinggal bersamanya.     

"Aeri, sebaiknya kita pergi sekarang karena matahari sudah mulai naik. Sepertinya sudah cukup berada di sini" ajak Ny. Park yang tidak menemukan apapun yang baginya mencurigakan.     

Aeri menghentikan langkahnya padahal ia baru saja hendak ke dalam untuk memeriksa lemari yang ada di sana. Ia sangat penasaran dengan apa isinya.     

"Baiklah, Bu," ujar Aeri, lalu menutup pintu kembali.     

Soo Yin terpaksa menuruti permintaan ibu mertuanya ikut bersama mereka berbelanja. Sebelum berangkat Soo Yin memandang Dae Hyun dengan tatapan memohon. Kakinya sungguh terasa sakit karena sepertinya memar setelah penyatuan cinta tadi.     

"Bu, sebaiknya lain kali saja Soo Yin ikut," sergah Dae Hyun. Tak tega melihat Soo Yin yang meringis.     

Soo Yin memang terbiasa akan mengalami memar di beberapa bagian di tubuhnya. Karena tubuh Dae Hyun terlalu besar dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang mungil.     

"Tidak bisa, sekarang juga kami akan berangkat," tolak Ny. Park tetap bersikeras.     

Dae Hyun hanya bisa menghela nafas panjang melihat ibunya yang sudah menggandeng tangan Soo Yin agar ikut bersamanya.     

"Soo Yin, maukah kau menemani ibu?" ujar Ny. Park dengan tatapan memohon.     

"Tapi, bukankah ibu akan berbelanja bersama Nona Aeri," ujar Soo Yin.     

"Kau juga harus ikut bersama kami karena ibu ingin memberikan kejutan untukmu," ucap Ny. Park sebisa mungkin membujuk Soo Yin agar tidak menolak untuk ikut.     

Setelah perdebatan cukup panjang dengan berbagai alasan, pada akhirnya Soo Yin mengalah juga untuk ikut bersama mereka.     

Dae Hyun juga tidak bisa berbuat apa-apa karena ibunya bukan tipe wanita yang mudah dibujuk.     

==============================     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.