Istri Simpanan

Bab 346 - Kesalahan



Bab 346 - Kesalahan

0Soo Yin sudah berdiri di depan lift. Jari telunjuknya segera menekan tombol untuk membukanya. Namun sayang sekali jika lift itu, lama sekali tidak terbuka.     
0

"Ughh, kenapa lama sekali!" umpat Soo Yin dengan perasaan campur aduk yang kini dirasakannya.     

Ia ingin segera pergi meninggalkan hotel itu. Ingin minum untuk menghilangkan rasa kesal yang dia rasakan saat ini. Biarlah jika suaminya akan lebih marah kepadanya. Soo Yin sudah tidak peduli sama sekali.     

Dae Hyun kini sudah berdiri di belakang Soo Yin. Dengan santainya merangkul pinggangnya dari belakang. Tak peduli jika ada orang lain yang mungkin akan melihatnya.     

"Dae Hyun, lepaskan! Apa kau ingin semua orang tahu mengenai hubungan kita?" ujar Soo Yin sembari menoleh ke belakang. Tangannya berusaha melepaskan rangkulan Dae Hyun di pinggangnya. Kemudian segera masuk ke dalam lift.     

Dae Hyun terpaksa melepaskan tangannya. Bukannya pergi ia ikut masuk ke dalam lift ketika pintu terbuka. Menerobos masuk ketika pintu hampir tertutup.     

"Untuk apa kau mengikutiku?" ujar Soo Yin sembari mendengus.     

Soo Yin merasa geram dengan suaminya. Pria itu sudah menyindirnya, tapi kemudian tidak malu mengikutinya masuk  ke dalam lift     

"Mau kemana?" ujar Dae Hyun dengan santai.     

"Tentu saja pergi dari sini. Untuk apa aku datang kemari di saat kau berpikir dan mengatakan hal buruk tentangku sesuka hatimu." Kini Soo Yin berani mengatakannya sembari memandang tajam ke arah suaminya yang sangat keterlaluan.     

"Cari saja wanita lain yang mungkin bisa menuruti semua keinginanmu karena aku tidak akan sanggup melakukannya," ujar Soo Yin dengan emosi.     

Bagaimana mungkin bisa tidak boleh dekat dengan pria lain di saat ia juga butuh bantuan mereka? Jika seperti itu, sudah pasti Soo Yin akan stress memikirkannya. Bahkan ketika sedang kuliah juga harus menyimak pelajaran yang diberikan oleh dosen pria. Apakah harus menutup matanya juga?     

Soo Yin terus menggerutu dalam hatinya.     

Dae Hyun tidak tahan untuk tidak tersenyum ketika melihat Soo Yin begitu manis ketika bibir tipisnya yang terus bergerak cemberut naik ke atas. Matanya yang sipit menatap tajam ke arahnya. Ia seperti gadis yang marah karena tidak dibelikan apa yang diinginkannya.     

'Ada apa dengannya?' ~ batin Soo Yin sambil memutar bola matanya. Sungguh terlihat sangat membingungkan melihat ekspresi wajah Dae Hyun.     

"Kenapa tersenyum?" ujar Soo Yin sembari memicingkan matanya karena kesal Dae Hyun tidak merespon dengan ucapannya yang sudah panjang lebar.     

Dae Hyu mencondongkan tubuhnya ke depan lalu berbisik di telinga SooYin.     

"Kau sangat manis jika sedang marah."     

Soo Yin semakin melotot mendengarkannya. Antara tidak mengerti itu sebuah pujian atau hanyalah hinaan yang dilontarkan kepadanya. Tak pernah terbayangkan dalam benaknya ada seseorang yang memujinya di saat mereka.     

Ting …     

Kini pintu lift terbuka, merek baru saja tiba di lantai satu. Ketika Soo Yin hendak keluar, tangannya dicekal dengan sangat erat sehingga membuat langkahnya terhenti. Beruntung tidak ada siapa-siapa di sana karena memang lift itu dikhususkan dipakai untuk para atasan. Sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang memakainya.     

"Apa sebenarnya maumu?" ujar Soo Yin sekuat tenaga berusaha terlepas tapi sayang sekali kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan Dae Hyun. Pergelangan tangannya terlalu kecil dan lemah untuk bisa terlepas dari tangan kekar suaminya.     

"Kembalilah ke ruanganku," ujar Dae Hyun. Lantas menekan tombol agar pintu tertutup, lalu lift kembali berjalan menuju lantai atas.     

"Untuk apa aku kembali? Biarkan saja aku pergi," ujar Soo Yin.     

"Apa kau tidak ingin meminta maaf?" tukas Dae Hyun dengan alis yang dinaikkan ke atas.     

"Aku tidak mau mendengarkan perkataanmu yang sangat menyebalkan itu," ungkap Soo Yin dengan berteriak. Lalu mendorong dada Dae Hyun yang kekar agar sedikit menjauh darinya.     

"Apa kau tidak ingin meminta maaf kepadaku karena sudah berbuat salah?" ujar Dae Hyun mengulangi pertanyaannya sembari mengulum senyum.     

"Tidak! Aku tadinya ingin meminta maaf karena kau sangat menyebalkan. Aku tidak akan melakukannya lagi," ucap Soo Yin menatap sang suami dengan sorot mata berapi-api. Melihatnya tersenyum membuat dada Soo Yin semakin panas karena itu seperti sebuah lelucon.     

Soo Yin sangat marah dan rasanya ingin meledak mendengar sindiran yang lontarkan olehnya sejak tadi tapi sekuat tenaga ditahan karena takut karyawan lain melihatnya.     

"Kalau begitu kau harus dihukum," ujar Dae Hyun sambil mengulum senyum.     

Melihat istrinya marah seperti itu, ingin dia meraup bibirnya yang tipis. Melumatnya dengan penuh gairah. Jika tidak ingat sekarang sedang berada di lift, Dae Hyun akan benar-benar melakukannya.     

"Aku bahkan tidak melakukan kesalahan tapi kau ingin menghukumku." Soo Yin mulai berdecak kesal.     

"Siapa bilang kau tidak tidak memiliki kesalahan," ujar Dae Hyun dengan santai.     

"Memangnya apa kesalahanku? Aku hanya membantu adikmu tapi kau selalu marah. Kau pikir tidak sulit untukku. Menolak permintaan ibumu tidaklah mudah," ucap Soo Yin sembari memalingkan wajahnya ke arah lain sambil melipat kedua tangannya di dada.     

"Yang pertama, bukankah sudah kukatakan jika tidak boleh dekat dengan pria manapun tapi kau masih melakukannya. Kedua kau justru salah masuk ruangan orang lain bukannya masuk ke ruangan suamimu," ujar Dae Hyun sembari menghela nafas panjang.     

"Apa kau ingin kejadian yang salah masuk kamar seperti waktu itu terulang kembali?" lanjut Dae Hyun mengingat bagaimana Soo Yin hampir dilecehkan oleh Je Ha.     

"Untuk ruangan aku memang lupa. Aku sudah lama tidak datang kemari sehingga aku agak lupa dimana sekarang ruanganmu. Kau juga tidak mengatakannya," ujar Soo Yin yang membela diri.     

"Ketiga, kenapa semalam kau langsung kabur begitu melihatku? Apakah aku ini terlalu mengerikan untuk dilihat?" ujar Dae Hyun sembari membalikkan tubuh Soo Yin ke arahnya.     

"Tentu saja, semalam kau memang terlihat sangat menyeramkan," sahut Soo Yin.     

"Kejujuranmu memang patut diberi hukuman yang setimpal," ujar Dae Hyun sembari mendengus.     

Kini pintu lift kembali terbuka, kini mereka sudah berada di lantai sepuluh lagi.     

"Ikutlah, jika tidak ingin hukumanmu semakin berat karena sudah membuatku semakin marah," ujar Dae Hyun.     

"Ughh!" umpat Soo Yin sambil menggerutu tidak jelas. Namun tetap mengikuti langkah suaminya menuju ke ruang kerjanya.     

Jika teringat bagaimana sikapnya yang begitu manis dan perhatian ketika Dae Hyun melakukan video call. Soo Yin benar-benar tidak habis pikir dengan sikapnya yang sekarang.     

Beberapa hari ke belakang, hati Soo Yin selalu meleleh ketika mendengarkan kata-katanya yang sangat manis dan membuatnya terbuai hingga obrolan mereka tidak terasa sampai larut malam.     

Sangat berbeda ketika bertemu seperti ini. Soo Yin jadi berpikir jika suaminya memiliki dua kepribadian ganda yang bisa berubah-ubah di lain waktu. Soo Yin bergidik ngeri jika sampai hal itu terjadi. Bisa seperti kelinci yang manis dan bisa menjadi harimau yang kelaparan di saat waktu yang berbeda..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.