Istri Simpanan

Bab 345 - Membuatnya marah



Bab 345 - Membuatnya marah

0Setelah tidak bisa tidur semalaman, Soo Yin memutuskan untuk pergi ke hotel setelah bersiap-siap.     
0

Dae Hyun pasti hari ini berangkat bekerja sehingga Soo Yin buru-buru menyiapkan bekal sebagai permintaan maaf. Jika tidak berangkat ke hotel maka semua karyawan akan curiga dengannya.     

Meskipun kedatangannya hanya untuk sekedar mengisi absen saja. Memangnya apa yang bisa dilakukan di saat Dae Hyun tidak mengizinkannya bekerja.     

Meski ada beberapa karyawan yang memandangnya dengan tatapan tidak suka. Tapi mereka tak lagi membicarakannya seperti waktu itu yang mengeluarkan kata-kata kasar.     

Belum sampai di ruangan Dae Hyun, Soo Yin bertemu dengan Chang Yuan. Ini sangat kebetulan sekali bertemu dengannya sehingga bisa menanyakan keberadaan Dae Hyun kepada asistennya. Meskipun sebenarnya tidak masuk akal jika seorang istri menanyakan dimana suaminya kepada orang lain.     

"Asisten Chang," sapa Soo Yin sambil membungkukkan tubuhnya sedikit.     

"Nona Soo Yin? Ada apa datang kemari?" ujar Asisten Chang. Agak merasa terkejut dengan kedatangan Soo Yin yang tiba-tiba. Semenjak Kim Soo Hyun masuk rumah sakit, Soo Yin tidak pernah memijakkan kakinya di hotel. Beruntung setelah itu Dae Hyun sibuk melakukan pekerjaan di pulau Geoje sehingga para karyawan tidak terlalu mencurigainya.     

"Maksudku, apa Tuan Kim Soo Hyun sudah sembuh sehingga anda pergi bekerja?" lanjut Chang Yuan yang merasa sudah salah bicara. Lama tidak melihatnya bermesraan dengan Dae Hyun membuatnya lupa jika Soo Yin adalah Nyonya hotel itu. Meskipun belum secara resmi dan masih tersembunyi.     

"Sudah, semalam sudah diizinkan pulang ke rumah oleh dokter," sahut Soo Yin.     

"Apa suamiku …." Soo Yin segera menutupi mulutnya karena sudah salah bicara. untunglah ketika mengedarkan pandangannya tak ada siapapun di sana.     

"Maksudnya, apa Tuan Dae Hyun sudah datang?" lanjut Soo Yin.     

"Tuan belum datang, Nona. Mungkin sebentar lagi," sahut Chang Yuan.     

"Tapi dia berangkat bekerja, kan?" Soo Yin menautkan kedua alisnya, sekedar memastikan jika kedatangannya tidak sia-sia.     

"Apa Nona tidak menanyakan kepada tuan?" Chang Yuan balik bertanya.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya pelan. Sejak semalam ia bahkan tidak memiliki nyali meski hanya sekedar mengirim pesan. Padahal jika dipikir lagi sepertinya ia tidak bersalah.     

"Tuan tidak mengatakan apapun sehingga dia pasti berangkat bekerja hari ini," ujar Chang Yuan. Ia merasa keanehan dengan raut wajah Soo Yin yang terlihat sedikit murung dan wajahnya terlihat cemberut.     

"Terima kasih Asisten Chang, atas informasinya. Sekarang aku akan ke ruangannya," pamit Soo Yin.     

Chang Yuan membungkukkan tubuhnya sambil mengangguk.     

Lalu mereka sama-sama melangkahkan kakinya ke tujuan masing-masing.     

Namun langkah Soo Yin terhenti karena bingung dimana ruangan Dae Hyun sekarang. Ia tadi lupa menanyakannya kepada Chang Yuan. Setelah mengundurkan diri seingatnya ruangan mereka bergantian.     

Sehingga setelah menimbang-nimbang, akhirnya Soo Yin berjalan ke ruangan yang dulu dipakai oleh Kim Soo Hyun. Semoga saja tidak salah ruangan. Tidak mungkin ia bertanya dengan karyawan hotel lain mengenai hal itu. Mereka akan merasa aneh jika sekretaris tapi tidak tahu dimana ruangan bosnya. Sekretaris macam apa itu?     

Soo Yin bahkan tidak hanya tidak tahu dimana ruangannya, tapi ia juga tidak tahu apa saja jadwal Dae Hyun.     

"Soo Yin, apa yang kau lakukan di sini?" tanya salah seorang pekerja wanita yang sepertinya hendak membersihkan ruangan yang dulu ditempati Kim Soo Hyun.     

"Aku … aku hanya melihat-lihat," ujar Soo Yin dengan terbata. Baru saja hendak membuka pintu tapi sudah kepergok orang lain.     

"Bukankah kau sekretaris Tuan Dae Hyun? Kenapa justru kemari? Apa kau menyasar karena tidak tahu jika Tuan Dae Hyun sudah kembali ke ruangannya?" tebak pekerja wanita itu dengan tepat sasaran langsung menembus rongga dada Soo Yin. Ia menautkan kedua alisnya.     

Soo Yin mengamatinya beberapa saat sebelum menjawab. Sepertinya wanita itu bukan seseorang yang jahat kepadanya.     

"Tentu saja tidak. Mana mungkin aku tidak tahu dimana ruangan Tuan Dae Hyun," ujar Soo Yin dengan senyuman tipis di bibirnya. Lalu menggaruk kepalanya bagian belakang.     

"Aku ... aku hanya ingin melihat ruangan ini masih dipakai atau tidak selama Tuan Kim Soo Hyun tidak bekerja. Beberapa hari tidak melihat ruangan ini aku hanya merasa rindu," ujar Soo Yin sembari meringis.     

"Rindu dengan ruangan? Soo Yin, kau ini sungguh lucu," ujar pekerja wanita itu sambil terkekeh.     

"Kalau begitu aku akan pergi sekarang," ujar Soo Yin. Sebelum wanita itu mencurigai dirinya yang memang salah masuk ruangan.     

"Baiklah, aku juga akan masuk untuk membersihkannya," ujar wanita itu, lantas menutup pintu dari dalam.     

Soo Yin bisa bernafas lega, sehingga ia segera berbalik menuju ruangan Dae Hyun yang tadi sudah dilewatinya. Ia terus berjalan sambil sesekali menoleh ke belakang sehingga tidak menyadari jika ada seseorang yang sudah berdiri di depannya.     

Bug …     

Soo Yin menabrak dada bidang yang kokoh hingga hampir membuatnya terjatuh jika tangannya tidak dipegang.     

"Baru saja semalam tidak bertemu tapi tampaknya kau sudah merindukannya. Apa kau berharap jika dia hari ini sudah bekerja? Dia bahkan belum lancar untuk berjalan," ucap Dae Hyun dengan nada datar tanpa basa-basi terlebih dahulu. Dengan sengaja ingin memancing kemarahan Soo Yin.      

Dae Hyun lebih suka Soo Yin  yang marah dari pada Soo Yin yang melihatnya saja merasa takut. Jika marah setidaknya Soo Yin masih mau menatap matanya. Berbeda dengan ketika takut, melihatnya dari kejauhan saja ia tidak mau.     

Soo Yin termangu di tempatnya mendengar tuduhan-tuduhan yang keluar dari bibir suaminya. Matanya memanas dengan kaki yang terasa lemas.      

Itukah yang dipikirkan Dae Hyun tentangnya hanya karena sebuah kesalahan yang tidak ingin dilakukannya? Matanya sungguh terasa berat, jika tidak ingat sekarang sedang berada di luar ruangan pastilah air matanya sudah menetes. Hatinya teramat sakit mendengar sindirannya.     

Dae Hyun hanya diam sambil mengulum senyum melihat sang istri yang juga mengepalkan tinjunya kuat-kuat. Sebentar lagi istri kecilnya pasti akan sangat marah dengannya. Pria itu siap menunggu omelan istri kecilnya. Raut wajahnya cemberut serta bibirnya yang dimajukan membuatnya begitu rindu ingin melihatnya.     

"Jika diam saja berarti memang benar kau mengakui hal itu," ucap Dae Hyun dengan santai karena Soo Yin tak juga merespon.     

Soo Yin lantas meraih tangan Dae Hyun lalu meletakkan paper bag yang berisi kotak makanan di tangannya.     

Tanpa berbicara apa-apa lagi, Soo Yin berjalan meninggalkan Dae Hyun. Ia melangkahkan kakinya dengan setengah berlari menuju lift.     

"Soo Yin, tunggu!" sergah Dae Hyun. Niatnya untuk membuat istrinya marah tampaknya berhasil, tapi Dae Hyun tidak ingin jika sampai Soo Yin kabur.     

Soo Yin memang tampak marah tapi marah kali ini lain dari biasanya yang langsung mengomel. Padahal Dae Hyun begitu rindu dengan tatapan tajam matanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.