Istri Simpanan

Bab 343 - Benci ayah



Bab 343 - Benci ayah

Dae Hyun dan Aeri sontak menoleh ke arah pintu yang terbuka lebar. Posisi mereka memang tidak enak untuk dipandang.     

Di sana berdiri Jo Yeon Ho dengan mata memerah. Tangannya mengepal melihat ibunya duduk bersimpuh dengan deraian air di matanya.     

"Yeon Ho?" Dae Hyun sungguh terkejut dengan kedatangan putranya yang tiba-tiba saja berada di sana. Berharap semoga saja ia tidak mendengarkan apapun yang mereka katakan.     

Kini kaki Dae Hyun terasa berat untuk dilangkahkan ingin menghampiri putranya. Tampaknya Jo Yeon Ho sudah berpikiran macam-macam kepadanya.     

"Aeri, berdirilah." Dae Hyun membantu Aeri untuk berdiri karena tidak ingin putranya berpikir yang tidak-tidak.     

"Ayah, jahat!" seru Jo Yeon Jo lalu berlari ke arah Aeri. Menyembunyikan diri di belakang Aeri yang sudah berdiri.     

Dae Hyun mengusap kasar rambutnya. Jo Yeon Ho pasti sudah mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Dia sudah besar sehingga sudah bisa mencerna apa yang orang dewasa katakan.     

"Yeon Ho, kemarilah bersama ayah," bujuk Dae Hyun sambil mengulurkan tangannya hendak meraih tangan mungilnya. Namun Jo Yeon Ho segera menepisnya.     

"Tidak, aku benci Ayah!" teriak anak itu dengan marah.     

"Ayah jahat karena sudah membuat ibuku menangis," imbuhnya lagi.     

Aeri mengulum senyum mendengar ucapan putranya. Ia tahu jika Dae Hyun sangat menyayangi Jo Yeon Ho melebihi apapun. Mungkin inilah saatnya menggunakan Jo Yeon untuk bertahan di rumah ini.     

Aeri kemudian duduk berlutut di hadapan putranya. Tangannya terulur untuk mengusap pipi lembutnya.     

"Yeon Ho, mungkin sebentar lagi kita tidak akan bisa tinggal bersama lagi. Karena ayahmu akan memiliki istri baru dan akan meninggalkan ibu," ujar Aeri dengan jurus air matanya. Dengan mudah air mata itu lolos dari pelupuk matanya.     

"Aeri, apa yang kau lakukan? Jangan melibatkan Yeon Ho dalam urusan kita," ujar Dae Hyun yang sudah mulai emosi. Jo Yeon Ho masih terlalu kecil untuk mendengarkan hal seperti itu. Itulah mengapa mereka sejak dulu selalu bepura-pura harmonis jika dihadapan putranya.     

"Aku hanya ingin dia tahu mengenai hal ini. Meski masih kecil Yeon Ho juga harus tahu agar kelak tidak merasa terkejut," ujar Aeri di sela isakannya. Tangannya mengusap pipi Jo Yeon Ho.     

"Kenapa Ayah membuat ibu menangis?" ujar Jo Yeon dengan sorot mata marah ke arah ayahnya.     

"Sayang, itu tidak seperti yang kau pikirkan," ujar Dae Hyun lembut. Lalu berjongkok di hadapan putranya. Namun anak itu beringsut mundur menyembunyikan diri di belakang Aeri.     

"Yeon Ho, jika kelak ayah dan ibu berpisah dengan siapa kau akan tinggal?" ujar Aeri. Ingin memberikan sebuah pilihan kepada putranya. Semoga saja anak itu memilihnya. Dae Hyun pasti tidak menginginkan hal itu terjadi.     

"Aku akan bersama dengan ibu saja," ujar Jo Yeon Ho. Lalu memeluk tubuh Aeri.     

"Terima kasih, Sayang," ucap Aeri dengan rasa penuh kemenangan karena sudah berhasil membuat Jo Yeon Ho memilihnya. Kemungkinan besar posisinya akan terselamatkan.     

"Yeon Ho, jangan dengarkan apapun yang ibumu katakan," sergah Dae Hyun. Ia tidak mungkin berpisah dengan putranya..     

"Kemarilah bersama ayah. Ayo kita pergi jalan-jalan lagi," bujuk Dae Hyun ingin memeluk tubuh mungilnya.     

"Aku tidak mau!" teriak Jo Yeon Ho sambil mendorong tubuh Dae Hyun agar keluar dari kamar itu.     

Dae Hyun menghela nafas panjang. Sepertinya putranya benar-benar marah kepadanya. Mungkin sebaiknya berbicara nanti saja jika perasaannya sudah membaik. Ia yakin jika putranya hanya masih emosi terbawa karena ucapan Aeri yang terus-menerus meyakinkan jika ia lah di sini yang bersalah.     

Aeri ingin tertawa melihat raut wajah Dae Hyun yang tampak frustasi karena penolakan yang dilakukan oleh Jo Yeon Ho. Karena anak itu biasanya sangat penurut dengan Dae Hyun.     

Ingin rasanya Dae Hyun memarahi Aeri tapi tidak mungkin melakukannya di depan Jo Yeon Ho karena anak itu pasti akan semakin membencinya.     

"Ibu, aku ingin selalu bersamamu," ujar Jo Yeon Ho dengan manja.     

"Tentu saja, Sayang. Kita tidak akan pernah terpisahkan," ujar Aeri merasa sangat gembira. Tidak sia-sia usahanya selama ini untuk berbuat baik dengan anak itu.     

"Baiklah, sebaiknya aku turun terlebih dahulu," ujar Dae Hyun. Membujuk Jo Yeon Ho di saat yang tidak tepat percuma saja karena tidak akan mempercayai ucapannya.     

Dae Hyun segera keluar meninggalkan mereka berdua di kamar. Hanya seseorang yang bisa membuatnya dekat lagi dengan putranya. Nanti dia akan meminta bantuannya. Karena tidak mungkin Aeri akan membiarkannya dekat lagi. Aeri tahu jika Dae Hyun tidak pernah bisa jauh dengan putranya.     

Dae Hyun memilih ke ruang kerjanya untuk mengambil laptop. Hari ini padahal niatnya akan berangkat siang. Namun karena terjadi kekacauan terpaksa Dae Hyun pergi meninggalkan rumah dengan cepat.     

"Dae Hyun, kenapa terburu-buru sekali?" ujar Ny. Park ketika berjalan menuruni anak tangga dengan langkah cepat.     

"Aku akan bekerja, Bu," ujar Dae Hyun dengan datar.      

"Sarapan terlebih dahulu, baru kemudian berangkat. Dimana Jo Yeon Ho dan Aeri?" ujar Ny. Park sambil menautkan kedua alisnya.     

"Aku belum berselera untuk makan. Mereka sedang berada di kamar," ujar Dae Hyun. Mau tidak mau menghentikan langkahnya sebentar.     

"Ibu dengar dari pelayan semalam Aeri pulang dalam keadaan mabuk?" tanya Ny. Park.     

"Hmmm," sahut Dae Hyun sambil memijat pelipisnya.     

"Ya ampun, ibu pikir dia sudah berubah dan tidak mau minum alkohol lagi. Apakah dia tidak sadar jika Jo Yeon Ho melihatnya akan berakibat buruk," gerutu Ny. Park. Ia adalah seorang wanita baik-baik yang dibesarkan dalam keluarga terhormat. Itu sebabnya bisa dibilang jarang sekali minum alkohol. Meskipun minum ia hanya mau dengan kadar rendah.     

Satu hal lagi Ny. Park sangat tidak suka dengan seorang wanita yang pemabuk.     

Belum jugai Dae Hyun berangkat, ternyata Aeri dan Jo Yeon Ho menyusulnya. Anak itu bersembunyi di belakang Aeri dengan berpegangan pada bajunya.     

"Yeon Ho, kenapa bersembunyi seperti itu?" ujar Ny. Park sembari mengulurkan tangan untuk meraih lengan cucunya.     

Yeon Ho lantas berlari melewati Dae Hyun menuju Ny. Park dengan menatap tajam ke arah pria itu.     

Ny. Park merasa ada yang aneh dengan cucunya. Tidak biasanya ia bersikap seperti itu kepada ayahnya.     

"Yeon Ho, ada apa denganmu?" Ny. Park mengerutkan keningnya.     

"Aku benci Ayah! Ayah sudah membuat ibu menangis," ujar Jo Yeon Ho sekali lagi.     

"Apa maksud semua ini?" Ny. Park memandang secara bergantian kepada menantu dan putranya. Mencium sesuatu yang tidak beres. Sepertinya Dae Hyun benar-benar ingin melaksanakan niatnya untuk berpisah dengan Aeri dan Jo Yeon Ho mendengarnya.     

"Aku pergi dulu," pamit Dae Hyun kemudian berlalu meninggalkan mereka tanpa menjawab pertanyaan sang ibu. Membiarkan Aeri saja yang akan menjelaskannya karena dirinya sedang tidak ingin berdebat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.