Istri Simpanan

Bab 342 - Jangan membohongi perasaan



Bab 342 - Jangan membohongi perasaan

0Aeri sangat terkejut ketika membuka matanya, langsung menatap langit-langit kamar. Kamarnya yang berada di UN Village. Seingatnya kemarin dia berada di bar setelah minum terlalu banyak. Tak lama tidak bertemu dengan Han  membuatnya frustasi sehingga memutuskan untuk pergi ke Bar.     
0

"Siapa yang mengantarkanku ke rumah ini?" gumam Aeri sambil memegangi kepalanya yang terasa berat.     

"Uhuk … uhuk … uhuk …." Aroma alkohol langsung menusuk ke dalam hidung ketika mengendus tubuhnya.     

Aeri bergegas duduk di tepi ranjang, lalu menurunkan kakinya ke lantai. Menyeret kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Nanti dirinya baru akan mencari tahu siapa yang membawanya pulang. Tidak mungkin Dae Hyun karena di sedang berada di pulau Geoje.     

Aeri tidak perlu khawatir jika orang lain. Jika Dae Hyun yang berada di sana sudah dipastikan akan mendapatkan masalah. Jika minum terlalu banyak Aeri sudah paham akan dirinya yang meracau tidak jelas. Jangan sampai meracau mengenai Han di depannya.     

Aeri memasang wajah cemberut tatkala mengingat sudah sekian lama tidak bertemu dengan Han. Tak ada jejak sama sekali. Kemarin sebelum pergi ke bar, terlebih dahulu Aeri mengunjungi apartemen Han. Berharap menemukan sesuatu untuk menemukan dimana keberadaannya.     

Hasilnya tidak ada apapun yang ditemukannya. Pengelola apartemen mengatakan jika Han pergi beberapa bulan yang lalu pamit ingin keluar negeri. Setelah itu tidak pernah kembali lagi.     

"Han, dimana sebenarnya kau berada saat ini?" gumam Aeri dengan pandangan menerawang jauh menembus jendela kaca di kamar mandi.     

Rumah tangganya dengan Dae Hyun memang tidak berjalan dengan baik karena di hatinya ada pria lain. Jika Dae Hyun bukan seseorang yang berpengaruh, ia juga enggan mengorbankan perasaannya yang terkadang tersakiti. Ini salahnya juga di saat Dae Hyun ingin dia menjadi seorang ibu yang baik justru tidak mendengarkannya.     

Sekarang saat Dae Hyun sepertinya sudah ada wanita lain, barulah menyesal. Aeri menyesal kenapa tidak dari dulu berpura-pura sikapnya baik.     

Aeri mengguyur kepalanya di bawah guyuran shower. Menggoyangkan kepalanya agar terasa segar. Setelah itu berendam selama setengah jam. Sampai akhirnya memutuskan untuk menyudahi mandinya.     

"Dae Hyun?" ujar Aeri dengan mata yang terbelalak serta tubuhnya mulai gemetar.     

Dae Hyun tetap cuek sembari menyisir rambutnya di depan cermin.     

Aeri memberanikan diri menyeret kakinya yang tiba-tiba saja terasa lemas. Rasa panas dingin mulai merasuk ke dalam jiwanya. Melumpuhkan otot-otot syarafnya. Aeri sungguh tidak menyangka jika Dae Hyun sudah berada di Seoul.     

"Sayang, kapan kau pulang?" Dengan masih mengenakan handuk, Aeri berjalan semakin dekat hingga jarak mereka tinggal satu meter. Berdiri tepat di belakang Dae Hyun yang menghadap cermin.     

Aeri menghentikan langkahnya karena melihat sorot mata Dae Hyun. Tampak santai dan tanpa emosi sama sekali yang bisa dilihatnya dari pantulan cermin..     

"Tidak usah menyebutku dengan kata sayang. Kau tidak perlu membohongi perasaanmu," ujar Dae Hyun berusaha berbicara sesantai mungkin agar masalahnya segera selesai. Sering kali berbicara dengan emosi membuatnya sakit kepala.     

Aeri menautkan kedua alisnya. Mencoba mencerna apa yang diucapkan oleh pria yang kini berada di depannya.     

Dae Hyun menatap Aeri dari pantulan cermin dengan bibir sebelah yang dinaikkan ke atas. Aeri justru merasa takut dengan senyuman itu.     

"Jika kau mencintai Han seharusnya kau berterus terang. Tidak perlu membohongi perasaanmu seperti itu," ujar Dae Hyun seraya merapikan kerah bajunya.     

Deg …     

Aeri menelan salivanya. Hatinya berdesir saat ini. Perasaannya kacau dan merasa sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi. Aeri tidak merasa mengatakan apapun tentang Han.     

"A … apa maksudmu?" tanya Aeri gugup. Tangannya meremas handuk berbentuk baju yang dikenakannya.     

"Tidak usah terkejut seperti itu," ejek Dae Hyun seraya terkekeh.     

"Aku hanya terkejut karena tidak menyangka jika kau mengatakan hal itu. Atau mungkin kau merasa cemburu dengan Han?" Aeri mencoba untuk rileks dan tidak gugup. Jangan sampai kegugupannya membuat Dae Hyun semakin mencurigainya.     

"Cemburu?" Dae Hyun mendengus     

"Aku tidak cemburu sama sekali. Aku justru merasa kasihan denganmu yang terlalu membohongi perasaanmu," lanjut Dae Hyun dengan dahi berkerut.     

"Apa sebenarnya yang kau katakan? Aku sama sekali tidak berbohong dengan perasaanku. Aku tidak punya alasan untuk berbohong," sanggah Aeri diiringi dengan kekehan renyah.      

"Benarkah? Biasanya seseorang yang diucapkan ketika dirinya mabuk itu adalah orang yang sangat penting di hatinya," ujar Dae Hyun dengan nada yang lebih serius.     

"Mabuk?" Aeri menutupi mulutnya. Menganga tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.     

"Kau pasti tidak akan mengingat apapun karena kau mabuk," ujar Dae Hyun sembari berdecak.     

"Apa kau yang membawaku pulang ke rumah?" tanya Aeri sekedar untuk meyakinkan. Benarkah jika Dae Hyun yang sudah membawanya pulang.     

"Hmmm, kau pikir siapa yang akan datang ke sana? Han?" sindir Dae Hyun dengan seulas senyum bibir bagian atasnya tertarik ke belakang.     

"Tentu saja tidak mungkin," ujar Aeri tergagap. Posisinya begitu salah kali ini, menyanggah pun sebenarnya akan sia-sia saja.     

"Aeri, jika kau memang ingin bersamanya dengan senang hati aku akan mewujudkannya. Datanglah ke pengadilan agar perceraian kita semakin mudah," ujar Dae Hyun lantas membalikkan tubuhnya memandang Aeri.     

"Tidak … aku tidak ingin bercerai denganmu," ujar Aeri cepat dengan bibir gemetar. Ia sudah bisa menebak akan hal itu.     

"Kenapa? Seharusnya kau suka jika kelak bisa bersama dengan Han. Kau tidak perlu khawatir karena aku pasti akan membantu menemukannya," ujar Dae Hyun dengan tenang.      

"Aku tidak mencintainya. Hanya dirimu seseorang yang kucintai," ujar Aeri dengan rasa takut yang mulai hinggap.     

"Apa kau tidak lelah dengan pernikahan ini. Pernikahan kita tinggalah status. Tak ada perasaan apapun di antara kita. Aku ingin hidup bahagia bersama wanita yang kucintai. Sedangkan kau juga bisa melakukan hal yang sama. Kau bisa hidup bahagia dengan pria yang kau cintai dengan bebas," ucap Dae Hyun sembari menghela nafas panjang.     

Aeri mendengarkan ucapan Dae Hyun dengan pikiran kosong. Namun beberapa saat segera tersadar. Dia tidak butuh cinta dalam hidupnya. Meski perasaannya jarang merasakan kebahagiaan tapi Aeri tidak ingin terlepas dari keluarga Dae Hyun.     

Tanpa pikir panjang, Aeri lantas duduk bersimpuh di hadapan Dae Hyun.     

"Tolong jangan ceraikan aku," ujar Aeri sambil terisak.     

"Jika kau ingin menikah dengan wanita lain silahkan saja. Aku rela jika harus dimadu," ujar Aeri, berusaha menangis sepilu mungkin agar Dae Hyun mengurungkan niatnya.     

"Tidak, Aeri. Meskipun kau menginginkannya aku tetap tidak ingin melakukannya," ujar Dae Hyun. Ia tidak ingin Soo Yin menderita.     

"Tolong, jangan ceraikan aku. Apa kau tidak kasihan dengan Jo Yeon Jo jika kelak mendapatkan ibu tiri yang galak," ujar Aeri.     

"Kau tidak perlu cemas karena dia adalah gadis yang baik," ujar Dae Hyun.     

Dubrak ….     

Tiba-tiba pintu terbuka dengan sangat keras.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.