Istri Simpanan

Bab 340 - Buru-buru pergi



Bab 340 - Buru-buru pergi

0Soo Yin terus berjalan memapah Kim Soo Hyun karena pria itu tidak mau para pelayan membantunya. Hal ini sungguh menyulitkan Soo Yin untuk terlepas padahal tubuhnya sudah butuh istirahat.     
0

Baru saja kakinya naik satu tangga menuju teras, mata Soo Yin menangkap sosok pria memakai pakaian santai. Memandang ke arah mereka dengan tatapan dingin. Seperti harimau yang tengah bersiap-siap untuk menerkam mangsanya.     

Soo Yin mengerjapkan kedua bola matanya. Barang kali apa yang dilihatnya hanyalah fatamorgana. Tak mungkin jika suaminya sudah berada di Seoul. Ketika tadi pagi melakukan video call, Dae Hyun tidak mengatakan apapun tentang rencananya untuk pulang hari ini. Hanya mengatakan jika sebentar lagi akan kembali.     

Setelah diamati jika pria yang ada di depannya bukanlah fatamorgana, tanpa pikir panjang Soo Yin refleks melepaskan tangan Kim Soo Hyun dari bahunya. Lalu menghempaskan tangan Kim Soo Hyun kasar. Rasa ketakutan seketika menjalar pada tubuh Soo Yin.     

Kemudian mendorong tubuh Kim Soo Hyun agar sedikit menjauh dari tubuhnya. Dae Hyun pasti akan marah karena melihatnya.     

"Aduh," rintih Kim Soo Hyun yang terhuyung karena dorongan Soo Yin hampir membuatnya terjatuh.     

"Tuan Dae Hyun, anda sudah pulang?" ujar Soo Yin sambil memandang pria yang sudah dirindukannya. Tak peduli dengan Kim Soo Hyun yang hampir terjatuh.     

"Kakak, tolong bantu aku," ujar Kim Soo Hyun.     

"Bukankah ada seseorang yang berdiri di sampingmu?" ujar Dae Hyun dengan nada datar.     

"Tuan tolong Kim Soo Hyun bawa masuk ke dalam karena aku harus pulang," pamit Soo Yin.     

Dari pada berlama-lama berada di sana yang akan membuat suaminya semakin marah sebaiknya dirinya pulang ke Villa Pyeongchang-dong. Itu akan jauh lebih aman. Untuk urusan kedepannya biarlah diurus ketika mereka hanya berdua saja.     

"Soo Yin, kenapa terburu-buru? Masuklah terlebih dahulu," ujar Kim Soo Hyun agar Soo Yin berubah pikiran.     

"Aku harus pulang karena ini sudah malam. Lagi pula aku harus belajar untuk persiapan mata kuliah besok," tolak Soo Yin.     

"Selamat malam semuanya," ujar Soo Yin. Tanpa mendengar persetujuan dari mereka, Soo Yin segera melangkahkan kakinya cepat keluar dari pintu gerbang.     

"Soo Yin, biarkan supir mengantarmu!" seru Kim Soo Hyun.     

"Tidak perlu, Tuan," ujar Soo Yin meskipun suara pria itu hanya samar-samar terdengar.     

Dengan buru-buru Soo Yin keluar melewati pintu gerbang. Beruntung tidak lama kemudian datang taksi sehingga Soo Yin langsung menghentikannya.     

Dae Hyun hanya memandang dari kejauhan istri kecilnya yang perlahan tidak tampak lagi. Ekspresinya kali ini sulit diartikan.     

'Apakah dia merasa takut denganku sehingga langsung kabur?' batin Dae Hyun. Meski ada rasa cemburu tapi Dae sebenarnya tidak ada niat untuk marah dengan istri kecilnya.      

"Kakak, tolong aku," ujar Kim Soo Hyun yang hendak menaiki anak tangga ke teras tapi kakinya terasa kaku untuk digerakkan.     

Dae Hyun menghela nafas berat lalu berjalan menghampiri Kim Soo Hyun untuk membantunya.     

"Jika belum pulih kenapa sudah ingin pulang?" gerutu Dae Hyun sambil memapah Kim Soo Hyun yang memasuki ruang tamu.     

"Aku sangat bosan di rumah sakit. Bau obat-obatan membuatku ingin merasa muntah," sahut Kim Soo Hyun.     

"Dimana Soo Yin?" tanya Ny. Park. Mengedarkan pandangannya ke belakang kedua putranya tapi sayang sekali tidak menemukan apa yang dicarinya.     

"Soo Yin sudah pulang, Bu," sahut Kim Soo Yin. Setelah sampai di dekat sofa, ia segera menghempaskan tubuhnya di samping ayahnya.     

"Kenapa kalian tidak menyuruhnya masuk?" ujar Ny. Park dengan rasa sesal karena Soo Yin sudah pergi.     

"Soo Yin besok mungkin saja ada kuliah sehingga terburu-buru untuk pulang," ujar Dae Hyun. Meskipun ia tahu jika sang istri pulang karena melihatnya.     

"Sayang sekali padahal pelayan sudah menyiapkan makan malam," ujar Ny. Park mendesah pelan.      

"Lain kali bisa mengundangnya lagi, Bu," ujar Dae Hyun.     

Mereka segera berkumpul di meja makan. Dae Hyun penasaran dengan Aeri yang belum pulang juga padahal sudah malam.     

"Yeon Ho, kemana ibumu pergi?" tanya Dae Hyun dengan rasa curiga yang menggerogoti hatinya.     

"Ibu tidak mengatakannya. Hanya mengatakan akan pergi sebentar saja," sahut Jo Yeon Ho dengan jujur.     

"Dae Hyun, kenapa kau tidak menghubunginya saja?" bujuk Ny. Park. Seburuk apapun Aeri, ia tetaplah menantunya dan selama ini juga sudah banyak membantu.     

"Hmmm," sahut Dae Hyun.     

Setelah selesai makan malam dan berbincang-bincang sedikit, Dae Hyun segera menaiki tangga untuk menyusul putranya. Memeriksa apakah sudah tertidur atau belum.     

Dae Hyun membuka gagang pintu lalu memutarnya. Terdengar samar-samar masih ada aktivitas bunyi lembaran kertas yang terbuka.     

"Kau belum tidur?" Dae Hyun duduk di tepi ranjang di samping putranya.     

"Aku belum mengantuk. Biasanya ibu selalu membacakan buku setiap malam. Dimana sekarang ibu berada?" Jo Yeon Ho menengadahkan wajahnya. Sorot matanya terpancar kekhawatiran.     

Dae Hyun mendesah berat, apa yang harus dikatakannya saat ini? Ia sendiri bahkan tidak tahu dimana keberadaan Aeri.     

"Ayah, hubungi ibu agar segera pulang," rengek Jo Yeon Ho karena ia merindukan ibunya.     

"Baiklah," ujar Dae Hyun. Tidak tega jika harus menolak permintaan sang putra yang tidak seberapa.     

Dae Hyun segera merogoh ponsel dari saku celana. Menekan panggilan nama Aeri di ponselnya.     

Tidak lama kemudian, di seberang terdengar suara yang seperti di sebuah keramaian. Suara musik disko menggema cukup kuat di telinga Dae Hyun. Ia lantas menjauhkan ponsel dari telinganya.     

"Aeri, apa kau mendengarku? Dimana kau saat ini?" tanya Dae Hyun dengan nada dingin. Mencurigai Aeri berada di bar. Seandainya bukan karena Jo Yeon Ho pasti enggan untuk menghubunginya. Terserah dia mau kemana.     

"Hallo, apa anda mengenal Nona Aeri?" suara seorang pria terdengar di seberang telepon.     

"Ya, aku keluarganya. Siapa kau? Kenapa bisa ponselnya berada di tanganmu?" ujar Dae Hyun dengan dahi berkerut.     

"Aku salah satu pelayan The Griffin Bar. Saat ini Nona Aeri sedang mabuk," ujar pelayan pria tersebut.     

"Ughhh, tidak pernah berubah sama sekali!" umpat Dae Hyun lirih.     

"Baiklah, aku akan menjemputnya," ujar Dae Hyun. Lantas mematikan sambungan telepon.     

Dipandanginya Jo Yeon Ho yang tengah menengadahkan wajahnya. Ekspresi wajahnya seperti ingin menanyakan dimana keberadaan ibunya.     

"Ibumu sedang di luar," ujar Dae Hyun sembari mengusap puncak kepalanya dengan lembut.     

"Apa ibu tidak akan pulang?"      

"Malam ini tidurlah sendiri. Nanti jika ibu sudah pulang, ayah akan memberi kabar," ujar Dae Hyun.     

"Bawa ibu pulang," ujar Jo Yeon Ho. Lalu menggoyangkan lengan Dae Hyun dengan sorot mata penuh harap.     

Melihat putranya yang memohon, Dae Hyun menjadi tidak tega.      

"Baiklah, tetaplah di sini. Ayah akan menjemput ibumu," ujar Dae Hyun.     

Jo Yeon Ho tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dengan patuh. Seharian tidak bertemu dengan Aeri membuatnya merasa khawatir.     

===================================     

PENGUMUMAN…     

Yuk ikutan acara giveaway yang akan kami adakan dalam rangka mengikuti event win-win..     

Harap beli priviledge minimal tier Satu (tier yg paling murah) dari tiap novel yang tercantum di dalam list ini.     

Bukan salah jodoh     

Women at the lowest point     

Cinta yang (tidak bisa) kutinggalkan     

Topeng ratu kegelapan     

Istri Simpanan     

Hadiah 500k untuk 10 pemenang GA akan diundi awal bulan depan.     

GA hanya berlaku bila di masing-masing novel mendapatkan minimal 500 subs.     

Harap ss bukti pembeliannya di nomor WhatsApp 081371345552. Untuk info lebih lanjut bisa ditanyakan…     

Terima kasih.     

SEMOGA BERUNTUNG….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.