Istri Simpanan

Bab 339 - Mencari perhatian



Bab 339 - Mencari perhatian

0Malam itu juga Kim Soo Hyun meminta pulang  dari rumah sakit setelah dokter Wang memeriksa keadaannya. Mengatakan sepertinya kondisi Kim Soo Hyun sudah benar-benar pulih. Meskipun sudah pulih tapi Kim Soo Hyun tetap harus melakukan check up dua kali seminggu untuk memastikan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.     
0

Untuk kondisi kakinya akan pulih seiring berjalannya waktu. Karena butuh kebiasan untuk berjalan kembali.     

"Soo Yin, Ibu sangat berterima kasih kepadamu. Kau benar-benar dewi penolong bagi keluarga kami," ujar Ny. Park sembari memeluk tubuh Soo Yin. Air mata kebahagiaan lolos begitu saja dari pelupuk matanya.     

"Ibu, aku tidak melakukan apapun. Ibu lah yang selalu memberikan semangat kepada Soo Hyun." Soo Yin mengusap punggung wanita paruh baya itu.     

Suasana benar-benar haru tapi sangat membahagiakan. Ny. Park tak henti-hentinya bersyukur karena putra bungsunya sudah pulih.     

"Sebaiknya sekarang juga kita pulang," ujar Park Ji Hoon.     

Soo Yin tadinya berniat pulang pada sore hari tapi tidak enak jika harus menolak permintaan Ny. Park untuk tetap tinggal dan mengajaknya pulang ke UN Village.     

Padahal tubuh Soo Yin sudah terasa lelah. Jika tidak segan, sejak tadi sudah memijat kakinya karena kelelahan. Soo Yin kini sudah menenteng tas yang akan dibawa pulang.     

"Biarkan pelayan saja yang membawanya," ujar Ny. Park tersenyum seraya merebut tas yang dibawa Soo Yin dari tangannya.     

"Lebih baik kau membantu Soo Hyun untuk berjalan karena sepertinya kakinya belum terlalu terbiasa untuk berjalan," lanjut Ny. Park sambil menunjuk Kim Soo Hyun yang sudah berdiri namun tangannya masih berpegangan pada dinding.     

"Tapi, Bu …." Soo Yin hendak menolaknya.     

"Cepatlah bantu dia, agar lebih bersemangat untuk berjalan karena kau berada di sampingnya," ujar Ny. Park.     

Soo Yin memandang Kim Soo Hyun sejenak sambil memasang wajah masam. Tak ada pilihan lagi, sehingga meski enggan Soo Yin tetap melangkahkan kakinya menghampiri Kim Soo Hyun.     

"Soo Hyun, biarkan aku membantumu," ujar Soo Yin.     

"Terima kasih," ujar Kim Soo Hyun dengan senang hati. Lalu meletakkan tangannya di bahu Soo Yin. Namun Soo Yin tidak benar-benar menopang beban tubuhnya karena sebenarnya Kim Soo Hyun sudah bisa berjalan. Ia ingin perhatian dari pujaan hatinya.     

Soo Yin terpaksa memapah tubuh Kim Soo Hyun sampai di mobil. Ia pikir mereka akan satu mobil ramai-ramai. Tapi nyatanya Soo Yin hanya berdua duduk di kursi belakang bersama Kim Soo Hyun. Meskipun ada supir tapi tetap saja Soo Yin merasa tidak nyaman.     

Lampu-lampu jalan mulai masuk ke dalam kaca yang transparan. Soo Yin duduk gelisah sambil mencengkram roknya kuat-kuat. Menandakan ketidaknyamanan yang dirasakannya.     

Soo Yin terus memepetkan tubuhnya ke pinggir agar tercipta jarak di antara mereka. Namun setiap Soo Yin bergeser maka Kim Soo Hyun juga ikut menggeser tubuhnya mendekati Soo Yin.     

"Soo Yin, malam ini kau menginap di rumah kami, kan?" tanya Kim Soo Hyun untuk memecah keheningan.     

"Sebaiknya aku pulang saja karena besok harus kuliah," ujar Soo Yin. Hanya sekedar memberi alasan padahal besok tidak ada mata kuliah atau urusan apapun.     

"Semoga kelak kau bisa menjadi dokter yang sukses. Jika nanti aku sakit tidak perlu repot-repot pergi ke rumah sakit karena sudah ada dokter cantik yang menemaniku," ujar Kim Soo Hyun diiringi dengan kekehan.     

Soo Yin hanya tersenyum meringis. Kepalanya terasa sakit mendengar perkataan Kim Soo Hyun.     

"Terima kasih," ucap Soo Yin seraya tersenyum tipis. Enggan menanggapi pernyataan pria yang berada di sampingnya.     

Kim Soo Hyun benar-benar merapatkan tubuhnya ke sisi Soo Yin hingga mereka tidak berjarak.     

"Jangan terlalu menjauh dariku. Bukankah kita nanti akan selalu berdekatan?" goda Kim Soo Hyun dengan bibir yang tertarik ke belakang. Mengukir senyuman indah, jika bukan Soo Yin gadis yang berada di sampingnya mungkin sudah meleleh.     

Hati Soo Yin sudah tertutup oleh rayuan pria manapun. Hatinya hanya bisa meleleh jika Dae Hyun yang melakukannya. Pria yang awalnya dia benci namun kini sangat dicintainya.     

"Aku … aku hanya merasa tubuhku gerah," ujar Soo Yin untuk mencari alasan agar Kim Soo Hyun menjauhkan tubuhnya. Padahal fakta sebenarnya tubuhnya biasa saja, malah bisa dibilang dingin..     

"Baiklah, maaf jika membuatmu gerah," ujar Kim Soo Hyun. Terpaksa merenggangkan untuk menjauh.     

"Hmmm," sahut Soo Yin sembari tersenyum tipis. Lalu menghadap ke sana memandang ke tepi jalanan untuk melihat tempat ataupun orang-orang yang mereka lewati sepanjang perjalanan.     

°     

°     

Kini mereka sudah sampai di halaman UN Village. Semuanya sudah masuk ke dalam rumah.     

Soo Yin hendak melangkahkan kakinya nyelonong masuk.     

"Soo Yin, tunggu aku!" panggil Kim Soo Hyun. Berjalan pincang sambil memegangi lututnya. Belum terbiasa membuat kakinya masih terasa nyeri sedikit. Namun jika tidak ada Soo Yin mungkin akan baik2 saja.     

Soo Yin menghentikan langkahnya, ia lupa dengan Kim Soo Hyun yang masih tertinggal di belakang. Terpaksa Soo Yin berbalik kemudian memapah Kim Soo Hyun kembali.     

°     

Dae Hyun sudah membersihkan diri ketika ibunya bersama yang lain pulang. Sangat beruntung Aeri tidak ada di rumah sehingga membuatnya lebih bebas dan nyaman.     

"Kau ikut ke rumah sakit juga?" tanya Dae Hyun kepada putranya.     

"Iya, pagi tadi ibu mengantarkanku ke rumah sakit," sahut Jo Yeon Ho.     

"Kenapa semuanya pulang? Siapa yang menjaga Kim Soo Hyun di rumah sakit?" Dae Hyun menautkan kedua alisnya ketika melihat Park Ji Hoon yang berjalan di belakang ibunya.     

Dae Hyun belum mengetahui jika Kim Soo Hyun sudah pulih dan bisa pulang malam ini.     

"Adikmu tidak perlu berada di rumah sakit lagi. Dia sudah sembuh," ujar Ny. Park dengan wajah yang berbinar.     

"Lalu dimana dia? Kenapa belum masuk?* ujar Dae Hyun.     

"Dia di belakang bersama …." Ucapan Ny. Park terpotong.     

"Dae Hyun, apa kau baru saja sampai? Bagaimana pekerjaanmu di pulau Geoje?" tanya Park Ji Hoon. Menyerobot jawaban dari istrinya.     

"Aku baru saja sampai dan sudah menyelesaikan semuanya," ujar Dae Hyun dengan datar.     

Mereka mengobrol beberapa menit hingga Dae Hyun penasaran karena Kim Soo Hyun tak kunjung muncul. Ia ingin melihat keadaan Kim Soo Hyun yang sekarang sudah bisa berjalan. Setidaknya harus menyambut kepulangannya.     

"Dae Hyun, kau mau kemana?" ujar Park Ji Hoon.     

"Tentu saja aku ingin menyambut kedatangan saudaraku yang sudah sembuh," ujar Dae Hyun . Lantas melenggangkan kakinya menuju pintu utama.     

Baru saja sampai di tengah pintu, Dae Hyun harus menyaksikan istri kecilnya yang sangat berdekatan dengan Kim Soo Hyun. Antara senang dan ingin marah mulai masuk ke dalam jiwanya.     

'Gadis nakal,' ~ batin Dae Hyun. Sorot matanya yang dingin semakin menyeramkan di bawah pantulan cahaya lampu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.