Istri Simpanan

Bab 337 - Siapa pria itu?



Bab 337 - Siapa pria itu?

0Kini suasana di kamar rumah sakit itu hening. Soo Yin tetap diam ditempatnya karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Menggigit bibir bawahnya karena merasa gugup. Ia sebenarnya ingin membuka percakapan tapi tidak tahu harus memulai dari mana karena Kim Soo Hyun diam saja sejak tadi.      
0

Kim Soo Hyun justru senyum-senyum sendiri sambil memandang lekat wajah Soo Yin yang memerah. Ia ingin menikmati pahatan yang begitu sempurna yang sudah diciptakan Tuhan. Meski hanya memakai bedak tipis dan penampilan yang begitu sederhana mampu membuat Kim Soo Hyun enggan mengalihkan pandangannya.     

"Soo Hyun, terima kasih atas buket bunga yang kau berikan beberapa hari yang lalu. Maaf, jika baru sekarang aku baru mengucapkan terima kasih," ujar Soo Yin pada akhirnya yang membuka suara karena risih dengan tatapan yang terus tertuju ke arahnya.     

Soo Yin tetap merendahkan pandangannya karena tidak ingin bertemu pandang dengan kedua bola mata Kim Soo Hyun. Ia memang sekarang memanggilnya dengan sebutan nama sesuai permintaan Ny. Park. Menurutnya panggilan Tuan itu tidak enak jika di dengar. Terdengar sangat formal.     

"Aku yang seharusnya meminta maaf karena tidak bisa hadir di acara yang penting untukmu," ujar Kim Soo Hyun. Matanya terus memandang lekat gadis yang sedang menunduk sambil memainkan jemarinya. Ia tahu jika Soo Yin  sangat gugup saat ini.     

"Itu tidak penting sama sekali karena bukanlah acara kelulusan," ucap Soo Yin.     

"Itu juga penting. Bagaimana pun kau sudah diterima di sana. Itu adalah  sesuatu yang sangat membanggakan karena kau harus bersaing dengan ratusan peserta lainnya," ucap Kim Soo Hyun. Lantas mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Soo Yin.     

Soo Yin tersentak dengan apa yang dilakukan oleh adik iparnya. Keringat dingin sudah keluar dari telapak tangannya. Ada perasaan campur aduk yang kini dirasakannya. Terutama perasaan takut jika Kim Soo Hyun menanyakan perihal jawabannya saat ini.     

"Ngomong-ngomong dari mana kau mengetahui jika itu dariku? Sepertinya aku tidak menulis namaku di kertas itu?" goda Kim Soo Hyun sambli mengangkat sebelah alisnya ke atas.     

"Aku hanya menerka-nerka saja jika itu tulisanmu. Kata-kata yang kau tuliskan menunjukkan jika itu adalah dirimu," ujar Soo Yin seraya menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.     

Soo Yin merasa bodoh karena terlalu percaya diri jika bunga itu dari Kim Soo Hyun. Bisa saja kan jika bunga itu salah kirim. Soo Yin merutuki kebodohannya. Merasa kesal karena percaya dirinya terlalu tinggi.     

Kim Soo Hyun tersenyum melihat wajah Soo Yin yang memerah.     

"Tebakanku memang tepat sekali. Padahal awalnya aku ingin datang kesana untuk memberikannya secara langsung tapi keadaanku tidak memungkinkan untukku ke sana," ujar Kim Soo Hyun.     

"Sekali lagi, aku mengucapkan terima kasih," ujar Soo Yin. Ia terus berusaha melepaskan tangannya tapi genggaman Kim Soo Hyun terlalu kuat.     

"Hmmm, bolehkah aku  menanyakan sesuatu padamu?" ujar Kim Soo Hyun. Ia tak mampu membendung lagi rasa penasarannya     

"Tentu saja." Soo Yin menegakkan  kepalanya meski gugup.     

"Apa kau dekat dengan pria lain selain diriku?" tanya Kim Soo Hyun tanpa melepaskan genggaman tangannya. Ia ingin mendengar jawaban sejujurnya dari sang pujaan hati. Agar dirinya tidak berpikiran resah jika Soo Yin sedang berada di luaran sana.     

Deg …     

Jantung Soo Yin terasa berhenti untuk memompa. Begitu banyak pertanyaan yang ada di benaknya hingga ia termangu.     

'Apakah dia tahu jika aku berhubungan dengan saudaranya?' ~ batin Soo Yin terdiam membisu.     

"Aku … aku …." Bibir Soo Yin bahkan tak mampu untuk berkata jujur. Bukan tidak ingin mengatakannya tapi status Dae Hyun masih menjadi suami Aeri. Ia tidak ingin orang lain berpikiran buruk tentangnya.     

"Katakan saja, jika kau hanya sekedar berteman aku tidak akan marah," ucap Kim Soo Hyun. Meski ada cemburu yang membekas tapi dia tidak ingin Soo Yin mengiranya seorang pria yang posesif.     

Soo Yin memutar otaknya, berusaha mengingat-ingat barang kali Kim Soo Hyun pernah melihatnya bersama pria lain. Jika dia curiga kepada saudaranya tak mungkin mengatakan hanya sekedar berteman.     

Soo Yin terus mengingat sebelum kecelakaan yang menimpanya. Namun tetap saja hasilnya nihil. Dia tak mengingat apapun yang mencurigakan.     

"Aku tidak mengerti," ujar Soo Yin seraya menggelengkan kepalanya pelan.     

"Siapa yang berpelukan denganmu saat kau melihat pengumuman di kampus?" Kim Soo Hyun kini terlihat lebih serius. Tidak seperti biasanya yang bersikap lebih santai.     

"Oh, itu … Dia adalah Jae-hwa, kami memang berteman sejak lama," sahut Soo Yin. Ia masih mengingat jika Jae-hwa pertama kali memeluknya karena terasa senang.     

"Dari mana kau mengetahuinya?" imbuh Soo Yin sambil menyipitkan matanya. Merasa curiga jika ada seseorang yang mengambil foto mereka saat itu. Tak mungkin Kim Soo Hyun datang secara langsung melihatnya.     

"Ah, lupakan saja. Kupikir pria yang bersamamu itu siapa. Aku baru ingat jika dia juga bekerja di hotel," ujar Kim Soo Hyun. Sekarang bisa bernafas lega karena tidak ada hubungan apapun di antara mereka.     

"Kau bilang tadi membawakan makanan untukku? Mana makanannya karena perutku terasa sangat lapar," lanjut Kim Soo Hyun. Mengalihkan pembicaraan agar Soo Yin tidak lagi menanyakan hal itu.     

Soo Yin lantas membuka kotak bekal yang ada di atas nakas, menaruhnya ke dalam piring. Lalu menyodorkannya kepada Kim Soo Hyun.     

"Silahkan, maaf jika masakanku tidak enak," ujar Soo Yin.     

Namun Kim Soo Hyun tidak mengulurkan tangan untuk menerimanya. Dahinya berkerut sambil membuka mulutnya.     

Soo Yin menautkan kedua alisnya melihat Kim Soo Hyun yang justru seperti itu.     

"Aku ingin kau menyuapiku," ujar Kim Soo Hyun dengan jujur karena Soo Yin tidak juga mampu membaca pikirannya.     

Soo Yin menghela nafas panjang. Mau tidak mau mengulurkan tangannya untuk menyuapi Kim Soo Hyun. Sangat menyesal tadi sudah membawa makanan. Seharusnya tadi dia ke rumah sakit hanya membawa buah atau apapun.     

Kim Soo Hyun mulai mengunyah makanan hingga sesuatu yang terasa sangat asin terasa dari mulutnya. Ia sepertinya mengunyah garam yang masih utuh hingga menimbulkan sensasi ingin memuntahkan semuanya.     

"Apa makanannya tidak enak?" ujar Soo Yin sambil mengerutkan keningnya. Ketika melihat ekspresi wajah Kim Soo Hyun yang sepertinya menahan sesuatu yang tidak enak.     

"Bukan, justru makanan ini bagiku terlalu enak," ujar Kim Soo Hyun sambil meringis. Berusaha menahan rasa asin yang terasa sampai di ubun-ubun.     

Saat membuatnya, Soo Yin tadi terburu-buru sehingga tidak terlalu memperhatikan apa yang dimasukannya ke dalam makanan yang dibuat. Mungkin juga lupa untuk mengaduknya.     

Leher Kim Soo Hyun rasanya seperti tercekat tapi sekuat tenaga untuk menelannya.     

"Makanlah lagi," ujar Soo Yin.     

Kim Soo Hyun terpaksa membuka mulutnya meski terasa berat. Mungkin inilah yang harus dia bayar untuk merasakan kebahagiaan karena bertemu dengan Soo Yin.     

Tidak mengapa, selagi melihat Soo Yin ia akan menahannya. Beruntung untuk suapan kedua dan selanjutnya makanan itu tidak terlalu asin sehingga bisa menyelamatkannya dari darah tinggi yang mungkin akan dideritanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.