Istri Simpanan

Bab 336 - posisi sulit



Bab 336 - posisi sulit

0Sebelum Soo Yin benar-benar masuk, ia menolehkan kepalanya sedikit ke belakang untuk memastikan Li Sa sudah pergi. Tampak ia yang berjalan dengan kesal.     
0

Soo Yin memegang dadanya, pasalnya ini pertama kalinya terlalu berani kepada Li Sa. Pasti cepat atau lambat dia akan membalas dendam, tapi Soo Yin sudah tidak peduli sama sekali.     

Soo Yin segera menaiki lift menuju ke lantai tiga. Sebelum berangkat, awalnya berniat mengajak Jean tapi sayang sekali karena Jean tidak mau. Alasannya karena Kim Soo Hyun sudah tersadar dan dia tidak akan menyukai kehadirannya di sana.     

Namun Soo Yin bisa mengerti dengan perasaan Jean yang cintanya bertepuk sebelah tangan. Disinilah keadaan Soo Yin yang selalu serba salah.     

Ting ….     

Tak lama kemudian akhirnya pintu lift terbuka. Soo Yin segera keluar, melangkahkan kakinya menuju kamar yang ditempati Kim Soo Hyun. Semoga saja ini waktu yang tepat untuk berkunjung.     

Soo Yin menggigit bibir bawahnya ketika hendak menyentuh gagang pintu. Ada kekhawatiran sendiri di hatinya. Hingga akhirnya Soo Yin memberanikan diri untuk pelan-pelan mendorongnya pelan.     

"Selamat pagi, semuanya," ujar Soo Yin sembari membungkukkan tubuhnya. Kemudian melangkahkan kakinya masuk setelah menutup pintu kembali.     

"Sayang, akhirnya kau datang juga." Ny. Park segera bangun dari duduknya, lalu menyambutnya dengan pelukan hangat.      

Soo Yin merasa nyaman seperti merasakan pelukan dari ibu kandung yang selama ini dia rindukan. Ia berharap jika perlakuan Ny. Park kepadanya akan tetap selamanya seperti itu.     

"Sayang, bagaimana dengan kuliahmu? Apa semuanya berjalan dengan lancar?" tanya Ny. Park sambil melepaskan pelukannya.     

"Semuanya baik-baik saja, Ibu. Maaf aku baru bisa datang ke sini lagi karena awal masuk sungguh membuatku sibuk,", ucap Soo Yin. Diliriknya Kim Soo Hyun yang membungkus tubuhnya di dalam selimut     

Kim Soo Hyun memang belum membuka penutup kepalanya. Masih menyembunyikan kepalanya di bawah selimut dalam posisi miring. Ia pikir Li Sa akan kembali lagi setelah pergi sehingga untuk berjaga-jaga ia masih bertahan dengan apa yang dilakukannya tadi.     

"Syukurlah, ibu senang mendengarnya," ucap Ny. Park.     

"Kakak, kita juga sudah lama tidak bertemu," ujar Jo Yeon Ho sambil memeluk kaki Soo Yin. Menyembunyikan kepalanya pada kedua kaki Soo Yin.     

"Benar, bagaimana kabarmu?" Soo Yin berjongkok di depan anak itu untuk mensejajarkan tinggi mereka.     

"Aku baik-baik saja. Lain kali kita pergi jalan-jalan lagi bersama ayah," ujar Jo Yeon Ho dengan polosnya.     

"Ten … tentu saja," ujar Soo Yin tergagap. Cemas jika sampai Ny. Park mencurigai mereka.     

"Apa kalian sering pergi bersama?" Ny. Park menautkan kedua alisnya. Merasa aneh karena jika bersama dengan Aeri, mereka jarang sekali bersama.     

"Hanya sekali waktu itu, Bu," ujar Soo Yin tergagap.     

"Sayang sekali Kim Soo Hyun sedang tidur padahal aku sudah membawakan makanan untuk sarapan. Aku sepertinya datang terlalu siang hari ini." Soo Yin berusaha mengalihkan pembicaraan agar ibu mertuanya tidak menanyakan lebih jauh lagi karena ia tidak terlalu pandai berbohong.     

Ketika mendengar suara Soo Yin, Ada kelegaan yang menerpa hati Kim Soo Hyun. Bunga di hatinya yang mulai layu kini seolah tersiram. Membuatnya segar kembali. Kim Soo Hyun memang masih tetap dalam posisinya. Senyum-senyum sendiri sambil memegang dadanya yang berdegup kencang. Namun ketika mendengar Soo Yin yang terdengar putus asa karena mengira dirinya tertidur, Kim Soo Hyun pura-pura menggeliat.     

"Aku tidak tidur," ujar Kim Soo Hyun. Lalu membalikkan tubuhnya pada posisi telentang. Takut jika Soo Yin pergi dari rumah sakit.     

"Kupikir kau sudah benar-benar tertidur," ujar Ny. Park.     

"Tidak, Bu. Setelah mencoba memejamkan mata, tapi rasa kantuk tidak juga datang," ujar Kim Soo Hyun.     

"Bagaimana kondisimu saat ini? Apa sudah membaik?" tanya Soo Yin. Setidaknya mengetahui jika Kim Soo Hyun sudah pulih membuatnya merasa tenang.     

"Selama kau tidak kemari Kim Soo Hyun tidak bersemangat dengan terapi berjalannya. Bahkan terkadang tidak mau melakukannya," ujar Ny. Park sembari terkekeh.     

"Seharusnya tidak boleh begitu. Kau harus tetap bersemangat agar cepat pulih," ujar Soo Yin.     

"Kalau begitu temani aku hari ini untuk melakukan terapi," pintu Kim Soo Hyun.     

"Apa kau sudah sarapan? Jika belum aku membawakan makanan untukmu," ujar Soo Yin yang hampir saja lupa dengan apa yang dibawanya.     

"Kim Soo Hyun tidak mau makan sejak tadi. Ibu bahkan sudah membujuknya tapi tetap tidak mau," ujar Ny. Park yang menyerobot setiap Kim Soo Hyun baru saja ingin membuka mulutnya.     

"Semenjak kau jarang datang dia tidak bersemangat dengan perawatannya," imbuh Ny. Park.     

Soo Yin tertegun sejenak. Benarkah apa yang dikatakan oleh ibu mertuanya? Posisinya saat ini sangat sulit. Di sisi lain ingin menuruti kemauan suaminya untuk tidak terlalu dekat dengan pria manapun. Di sisi lain merasa tidak tega kepada Kim Soo Hyun karena bagaimanapun Soo Yin masih merasa bersalah dengan kejadian yang menimpanya.     

"Ibu? Bisakah tidak mengatakannya? Kau membuatku merasa malu," ujar Kim Soo Hyun. Merasa malu karena ibunya terlalu jujur mengatakan semuanya kepada Soo Yin meskipun memang hal itulah yang sebenarnya terjadi.     

"Dia bahkan selalu menanyakan dirimu hampir setiap waktu," bisik Ny. Park di telinga Soo Yin tanpa peduli dengan putranya yang memprotes.     

Soo Yin hanya menanggapinya dengan tersenyum tipis.     

"Seharusnya tidak boleh begitu. Kau harus sembuh seperti sedia kala. Kau harus selalu bersemangat," ujar Soo Yin.     

"Baiklah, kalau begitu temani aku belajar berjalan. Namun tidak di sini, aku ingin menikmati udara segar di luar," pinta Kim Soo Hyun.     

"Sebaiknya sarapan terlebih dahulu. Baru setelah itu baru melakukannya," ujar Ny. Park untuk membuat Kim Soo Hyun lebih bersemangat lagi.     

"Hmmm, baiklah." Kim Soo Hyun menganggukan kepalanya menyetujui permintaan ibunya. Kedatangan Soo Yin membuat suasana hatinya membaik serta semangatnya untuk pulih semakin besar.     

Soo Yin tersenyum tipis mendengar pernyataan Ny. Park. Lantas menaruh makanan yang dibawanya ke atas nakas.     

"Yeon Ho, ayo temani nenek ke supermarket," ajak Ny. Park kepada cucu kesayangannya. Ia bisa mengerti mungkin keberadaannya pasti tidak membuat nyaman putranya dan juga Soo Yin.     

"Ibu, mau kemana?" tanya Soo Yin cepat. Ia memiliki firasat jika ibu mertuanya sengaja membiarkannya bersama dengan Kim Soo Hyun.     

"Soo Yin, tolong titip Kim Soo Hyun sebentar. Aku hanya ingin keluar sebentar untuk membeli sesuatu," ujar Ny. Park.     

Belum sempat Soo Yin membuka mulut untuk melarangnya, Ny. Park sudah mengajak Jo Yeon Ho pergi meninggalkan kamar. Keadaan seperti terasa sangat canggung.     

Kim Soo Hyun justru santai ketika ibunya akan pergi. Itu artinya ada banyak waktu untuk mereka bersama. Ibunya memang yang terbaik dalam membaca pikirannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.