Istri Simpanan

Bab 335 - Lebih perhatian



Bab 335 - Lebih perhatian

0Villa Pyeongchang-dong.     
0

Soo Yin masih tertidur dalam posisi tengkurap, padahal sinar matahari sudah mulai menembus hingga menyinari kulitnya hingga tampak berkilauan seperti salju. Hari ini ia libur tidak masuk kuliah sehingga ingin menikmati waktu lebih untuk beristirahat. Ingin bangun sesuka hatinya saat matanya baru ingin terbuka.     

Ranjangnya berantakan karena Soo Yin tidur tak beraturan. Semalam menghabiskan waktu dengan melakukan video call dengan Dae Hyun hingga larut malam. Mereka saling meluapkan rasa rindu yang kian menggebu.     

Beberapa hari ini Soo Yin benar-benar disibukkan dengan kuliahnya karena baru saja masuk. Dia harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru dikenalnya. Termasuk teman-teman barunya. Beruntung Soo Yin satu kelas dengan Jae-hwa sehingga tidak terlalu sulit jika ada yang ingin ditanyakan.     

Bibi Xia sudah beberapa kali ingin membangunkan Soo Yin tapi wanita paruh baya itu tidak tega karena melihat wajah Soo Yin yang tampak sangat kelelahan.     

Hingga dering ponsel menggema di ruangan, membuat Soo Yin merasa tidurnya terusik. Meski begitu, tangannya terus meraba-raba nakas tempat dimana ponselnya berada.     

"Hallo," sahut Soo Yin dengan suara parau tanpa melihat layar ponsel.     

"Sayang, kau baru bangun? Letakkan ponselnya di depan wajah jangan di telinga," ujar sebuah suara yang tidak asing di telinga Soo Yin.     

Mata Soo Yin langsung melebar mendengar suara Dae Hyun. Buru-buru ia duduk lalu menyisir rambutnya yang berantakan. Lalu meletakkannya di ranjang, menghadapkan kamera ke arah langit-langit kamar.     

"Sayang, apa yang kau lakukan?" ujar Dae Hyun, karena Soo Yin tak kunjung menampakkan diri.     

"Sebentar, aku sedang menyisir rambutku," seru Soo Yin, menyisir rambutnya dengan cepat lalu mengusap wajahnya agar tidak terlihat kumal.     

"Tidak usah berlebihan seperti itu. Kau tidak perlu mempercantik wajahmu," ujar Dae Hyun seraya terkekeh geli.     

Bertemu secara langsung dengan video call sangatlah berbeda. Soo Yin tidak mau terlihat berantakan oleh sang suami jika mereka berjauhan.     

"Ada apa pagi-pagi sudah menghubungiku? Bukankah kau sibuk?" ujar Soo Yin seraya melihat layar ponsel. Dilihatnya Dae Hyun yang sudah memakai pakaian dengan rapi dan terlihat sempurna. Wajar jika banyak wanita di luaran sana yang mencoba untuk menggoda.     

"Aku hanya ingin melihatmu sebelum berangkat kerja," ujar Dae Hyun sembari tersenyum menawan.     

"Seharusnya kau bilang jika pagi-pagi akan menghubungiku." Soo Yin mencebikkan bibirnya.     

Penampilannya saat ini sungguh memprihatinkan. Kelopak matanya menghitam seperti panda, wajahnya kumal khas orang bangun tidur. Berbeda dengan Dae Hyun yang sudah enak untuk dipandang.     

"Memangnya kenapa?"     

"Setidaknya aku harus membersihkan diri dan merias wajahku sebelum kau melihatku. Lihatlah wajahku yang sangat tidak menyenangkan ini," ujar Soo Yin seraya menguap karena masih ngantuk.     

"Aku lebih suka kau seperti itu. Tanpa polesan make up justru kau terlihat lebih cantik," puji Dae Hyun. Seburuk apapun wajah seorang gadis akan selalu terlihat cantik di mata pria yang mencintainya.     

"Ah, mulut pria memang selalu seperti itu," cibir Soo Yin.     

"Kau selalu saja tidak mempercayaiku. Baiklah, aku hanya ingin melihatmu saja sebentar. Sekarang aku harus berangkat bekerja," ujar Dae Hyun.     

"Apa kau masih berada di hotel?" tanya Soo Yin.     

"Masih. Jaga dirimu baik-baik sampai aku kembali," ujar Dae Hyun.     

"Tentu saja, cepatlah pulang karena aku sudah rindu," rengek Soo Yin dengan nada manja. Memajukan bibirnya ke depan dengan wajah yang sangat menggemaskan.     

Andaikan mereka berdekatan pasti Dae Hyun sudah merasakan bibir manisnya yang begitu menggoda.     

"Beberapa hari lagi aku pasti pulang. Ingat semua pesanku," ujar Dae Hyun sekedar mengingatkan.     

Soo Yin memutar bola matanya. Setiap mereka melakukan panggilan selalu saja Dae Hyun tidak lupa untuk mengatakannya.     

Setelah mereka saling memberikan kecupan jarak jauh, Soo Yin mematikan sambungan teleponnya.     

Semenjak tragedi bunga ketika penerimaan mahasiswa, Dae Hyun sekarang jauh lebih bersikap manis dan perhatian.     

Dulu saat di luar kota selalu saja tidak bisa dihubungi. Kini sudah berubah, justru dia yang selalu menghubungi Soo Yin. Dae Hyun sungguh merasa takut kehilangan Soo Yin. Ia merasa tersaingi dengan begitu banyak pria muda. Itu sebabnya Dae Hyun sekarang lebih perhatian dan jarang marah.     

Hatinya yang tadinya dingin kini sudah menghangat. Meskipun Soo Yin tidak tahu sikapnya akan bertahan sementara atau selamanya.     

Soo Yin menepuk jidatnya, ia baru teringat jika pagi ini ingin mengunjungi Kim Soo Hyun di rumah sakit. Sudah beberapa hari tidak ke sana membuatnya merasa tidak enak hati. Terlebih lagi dirinya belum mengucapkan terima kasih atas ucapan selamat beserta bunga waktu itu. Lagi pula semalam Dae Hyun sudah mengizinkan, meskipun Soo Yin harus memohon terlebih dahulu.     

Sebelum berangkat Soo Yin ingin menyiapkan makanan untuknya sebagai ungkapan terima kasih. Semoga saja Kim Soo Hyun tidak berpikiran yang berlebihan tentang hal itu.     

===============================     

Rumah Sakit Hallym University Medical Center,     

Soo Yin meminta diantarkan oleh Chung Ho Karena takut terlalu siang sampai di rumah sakit. Akan sia-sia saja karena pasti tidak akan diizinkan masuk jika bukan waktunya jam besuk.     

Sesuai permintaan Dae Hyun, Soo Yin tidak boleh berdandan berlebihan di depan pria lain. Sehingga ia hanya menguncir rambutnya seperti ekor. Pakaiannya juga sederhana.     

Belum sampai di pintu masuk, Soo Yin sudah berpapasan terlebih dahulu dengan Li Sa. Soo Yin menghirup nafas dalam-dalam, pura-pura tidak menyadari keberadaan Li Sa karena dirinya enggan berdebat.     

Namun, bukan Li Sa namanya jika membiarkan Soo Yin lolos begitu saja tanpa membuat masalah.     

Begitu Soo Yin di depannya, Li Sa mengulurkan kakinya ke depan Soo Yin untuk menghalangi langkahnya. Soo Yin tetap pura-pura memalingkan wajahnya lalu dengan sengaja menendang kaki Li Sa hingga membuatnya hampir terjatuh.     

"Arggghhh!" pekik Li Sa sambil mengangkat kakinya sebelah kiri yang terkena tendangan Soo Yin.     

"Apa matamu tidak melihat jika ada orang di sini," gerutu Li Sa sambil sedikit mengangkat kakinya yang memerah. Lalu mengusapnya dengan telapak tangan.     

"Aduh, maafkan aku Li Sa. Kupikir tidak ada apapun di depanku," ujar Soo Yin pura-pura terkejut melihat adanya Li Sa.     

"Kau tidak usah berpura-pura. Kau sengaja kan menendang kakiku?" ujar Li Sa dengan emosi yang mulai memuncak.     

"Sengaja? Bukankah kau yang dengan sengaja meletakkan kakimu di depanku? Ingin membuatku terjatuh?" ucap Soo Yin dengan ekspresi datar.     

"Mana … mana mungkin seperti itu," sanggah Li Sa dengan tergagap.     

"Lihatlah aku akan memberitahukan kepada bibi Park jika kau begitu jahat kepadaku," ancam Li Sa dengan menaikkan bibir sebelahnya ke atas.     

"Katakan saja, aku tidak takut. Jika melihat cctv maka akhirnya kau juga yang akan kalah," ucap Soo Yin dengan berani.     

"Kau memang kurang ajar!" umpat Li Sa sembari mengepalkan tinjunya karena marah.     

"Aku masuk dahulu, karena aku kemari tidak ingin berurusan denganmu," ucap Soo Yin lalu melangkahkan kakinya masuk. Selagi tidak ada teman, Li Sa tidak akan terlalu berani kepadanya.     

"Sial! Lihatlah sebentar lagi kau juga pasti diusir!" cibir Li Sa. Dengan hentakan kaki yang cukup keras segera melangkahkan kakinya menuju mobilnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.