Istri Simpanan

Bab 334 - Terasa Hampa



Bab 334 - Terasa Hampa

0Rumah Sakit Hallym University Medical Center.     
0

Beberapa hari kemudian,     

Sejak pagi Ny. Park sudah berusaha untuk membujuk Kim Soo Hyun tapi tak juga mau untuk makan meskipun hanya satu sendok. Ia juga bahkan tidak mau melakukan terapi berjalan yang sebentar akan dimulai kembali. Bahkan sejak Soo Yin tak lagi datang, Kim Soo Hyun tampak murung. Meskipun Ny. Park sudah memberikan pengertian kepadanya jika Soo Yin sedang sibuk dengan urusan kuliahnya.     

"Kim Soo Hyun, makanlah dulu agar kau cepat pulih," bujuk Ny. Park dengan lembut seperti membujuk seorang anak kecil.      

"Aku tidak berselera untuk makan, Bu," ucap Kim Soo Hyun sambil mendesah panjang.     

Tak bertemu dengan pujaan hatinya sejak beberapa hari yang lalu, membuat rongga di dadanya semakin berjarak. Ada sesuatu yang terasa hampa dalam hidup Kim Soo Hyun. Bahkan untuk sarapan saja enggan. Entah kenapa sifatnya menjadi kekanak-kanakan seperti ini? Sebelum bertemu dengan Soo Yin, dahulu tak pernah bersikap manja seperti ini jika sakit. Selalu mengurus hidupnya sendiri karena jauh dari keluarga.     

"Sayang, kau harus cepat pulih. Apa kau ingin melihat Soo Yin bersedih karena terus melihatmu dalam keadaan seperti ini? Jika sudah kembali sehat, bukankah kau bisa bertemu dengan Soo Yin kapanpun kau mau?" Dengan sabar Ny. Park berusaha memberikan pengertian kepadanya. Ia tahu jika saat ini putra bungsunya pasti memikirkan gadis itu.     

"Aku hanya menyesal tidak bisa datang ke kampusnya hari itu. Soo Yin itu di Seoul tidak memiliki keluarga, Bu. Ia pasti sangat sedih tidak ada yang datang di acara      

Penerimaan mahasiswa," ujar Kim Soo Hyun sembari mendesah panjang. Ia merutuki dirinya yang belum bisa berjalan juga padahal sudah seminggu melakukan terapi.     

"Soo Yin itu gadis baik sehingga akan ada banyak orang yang peduli dengannya," ucap Ny. Park.     

"Apakah dia marah sehingga tidak datang kemari lagi, Bu?" ujar Kim Soo Hyun dengan getir.     

Bukan hanya itu saja yang beberapa hari ini terpikirkan di dalam benaknya. Bayangan tentang Soo Yin berpelukan bersama pria lain cukup mengganggunya. Ia begitu penasaran karena belum sempat mengamati wajahnya dengan jelas waktu itu.     

Ingin ia menanyakannya secara langsung siapa pria itu tapi ada ibunya bersama mereka sehingga Kim Soo Hyun selalu mengurungkan niatnya. Tak ingin jika Soo Yin disalahkan atas kecelakaan yang menimpanya.     

"Apa ada yang lain yang mengganggu pikiranmu?" tanya Ny. Park. Perasaan seorang ibu tidak pernah salah, ia merasa ada sesuatu yang mengganggu pikiran putranya.     

"Tidak, Bu. Aku hanya merindukannya karena beberapa hari ini dia tidak datang," ujar Kim Soo Hyun sembari mengembangkan senyum tipisnya. Tidak ingin membuat ibunya berpikir yang tidak-tidak.     

"Jika ada waktu luang, dia pasti akan datang kemari," ujar Ny. Park.     

Kim Soo Hyun menghela nafas pelan. Berharap jika hari ini bisa melihatnya kembali meski hanya sebentar.     

Ceklek ….     

Terdengar suara pintu yang terbuka.     

"Paman! Nenek!" seru Jo Yeon Ho tiba-tiba saja sambil membuka pintu lebar-lebar. Ini pertama kalinya Aeri mengizinkannya datang ke rumah sakit setelah pamannya tersadar. Itupun karena terus merengek sehingga Aeri mengizinkannya.     

"Yeon Ho? Kemarilah," ujar Kim Soo Hyun sembari mengulurkan tangannya untuk memeluk keponakannya. Lama tidak bertemu membuatnya begitu rindu kepada anak itu. Rindu dengan sikap manjanya.     

Dengan senyum mengembang di bibirnya, Jo Yeon Ho lantas berlari-lari kecil  mendekat ke ranjang Kim Soo Yin.     

"Kapan Paman bisa pulang? Aku ingin bermain dengan Paman lagi," ucap Jo Yeon Ho dengan bibir yang dimajukan.     

Kim Soo Hyun tersenyum mendengarnya lalu mencubit pipinya karena begitu gemas.     

"Yeon Hoo, dimana ibumu?" tanya Ny. Park yang tak kunjung melihat menantunya. Tak mungkin Aeri membiarkan putranya berlarian sendiri memasuki rumah sakit.     

"Ibu hanya mengantarku kemudian pergi lagi," sahut Yeon Ho dengan jujur.     

"Ya ampun, untunglah kau tidak tersesat sampai kemari," ujar Ny. Park, lalu mengusap pelan puncak kepalanya.     

Beberapa hari belakangan Aeri jarang sekali di rumah, entah apa yang tengah dikerjakannya di luar rumah. Bahkan sekarang juga jarang ke rumah sakit.     

"Aku sudah besar, Nek. Tidak mungkin aku tersesat," ujar Jo Yeon Ho dengan penuh semangat.     

Ny. Park terkekeh melihat cucunya yang berpose mengangkat bahunya. Ingin memperlihatkan otot-otot bahunya yang bahkan tidak nampak.     

"Apa paman belum bisa berjalan?" tanya Jo Yeon Ho. Tangannya yang masih mungil diletakkannya pada kaki Kim Soo Hyun. Lantas menekan kaki itu pelan. Meski jarang ke rumah sakit tapi anak itu selalu menanyakan keadaan pamannya kepada sang nenek.     

"Sebentar lagi paman akan segera bisa berjalan. Hari ini temani paman untuk berlatih lagi," ujar Ny. Park.     

"Tentu saja," sahut Jo Yeon Ho sambil menganggukkan kepalanya.     

"Kau memang anak yang baik," puji Kim Soo Hyun sembari mengacak-acak rambut Yeon Ho.     

"Apa ayahmu belum juga pulang?" tanya Kim Soo Hyun.     

"Belum, kata ibu ayah akan lama di luar kota," ujar Jo Yeon Ho.     

Kedatangan Jo Yeon Ho ke rumah sakit memberikan suasana tersendiri yang lebih ceria. Kamar rumah sakit yang terasa begitu membosankan kini menjadi lebih memiliki warna.     

Kehadiran Jo Yeon Ho di sana bisa membuat Kim Soo Hyun sejenak melupakan tentang Soo Yin. Anak itu benar-benar bisa menghibur hatinya yang dilema.     

Tidak lama kemudian, terdengar ketukan pintu. Kim Soo Hyun sudah berdebar berharap jika yang datang adalah gadis yang selama ini ditunggu olehnya.     

"Masuk!" seru Ny. Park.     

Begitu pintu terbuka, munculah sosok wanita cantik memakai gaun berwarna hitam dengan sebatas di atas lutut.     

Kim Soo Hyun langsung memasang wajah masam ketika melihatnya. Bukan seseorang yang dia tunggu. Melihat gaunnya yang begitu seksi membuatnya tidak nyaman. Semenjak bertemu Soo Yin, ia lebih suka melihat gadis yang berpakaian sopan.     

"Selamat pagi semuanya," sapa Li Sa. Tangannya menenteng parcel buah.     

"Li Sa, masuklah," ujar Ny. Park sembari tersenyum hangat. Meskipun putranya tampak tidak senang, dirinya harus tetap menyambut tamu dengan baik.     

"Soo Hyun, bagaimana keadaanmu? Apa terapinya berjalan dengan lancar?" ujar Li Sa sembari meletakkan buah yang dibawanya di atas nakas.     

"Tentu saja," sahut Kim Soo Hyun singkat. Enggan menjawab pertanyaan dari Li Sa. Wajahnya tak dapat menyembunyikan ketidaksukaannya kepada Li Sa.     

Kim Soo Hyun mengetahui jika Li Sa bersikap tidak baik kepada Soo Yin. Itu sebabnya ia berbalik tidak menyukainya padahal awalnya baik-baik saja.     

"Bu, aku ingin tidur dulu. Tolong jangan menggangguku," ujar Kim Soo Hyun. Lantas memiringkan tubuhnya membelakangi Li Sa, lalu menarik selimut agar menutupi kepalanya. Berharap secepatnya Li Sa pergi dari kamar itu.     

"Sayang sekali sepertinya aku datang di saat yang tidak tepat. Kupikir ini belum waktunya tidur karena masih pagi," ujar Li Sa.     

"Mungkin karena efek obat yang diberikan dokter sehingga ia mengantuk," ujar Ny. Park untuk memberi alasan.     

Upaya Kim Soo Hyun untuk pura-pura tertidur akhirnya berhasil membuat Li Sa pergi setelah hampir satu jam di sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.