Istri Simpanan

Bab 333 - Kecupan manis



Bab 333 - Kecupan manis

0Dae Hyun mengernyitkan keningnya ketika melihat Soo Yin yang terdengar merintih kesakitan meski hanya samar-samar terdengar di telinganya.     
0

"Sayang, kenapa kakimu? Apa terasa sakit?" Dae Hyun khawatir saat melihat sang istri memijat kakinya sendiri.     

"Tidak, mungkin karena jarang berolahraga membuat kakiku cepat lelah," ujar Soo Yin sambil meringis. Ia lantas memukul kakinya karena nyeri di saat yang tidak tepat.     

"Sayang, jangan menyakiti kakimu seperti itu," ujar Dae Hyun, ketika melihat raut wajah istri kecilnya yang tampak kesal beberapa kali meninju kakinya dengan kepalan tangan..     

Dae Hyun lantas duduk di depan sang istri, mengangkat kedua kakinya. Lalu meletakkan di atas pangkuannya. Mengusap lembut bekas dari pukulan tangan Soo Yin pada kakinya sendiri.     

"Jangan melakukannya lagi. Jika kau lelah seharusnya kau istirahat bukan menyakiti kakimu," ujar Dae Hyun sambil meniupnya..     

"Aku hanya kesal karena kakiku nyeri di saat yang tidak tepat," ucap Soo Yin sambil mencebikkan bibirnya.     

"Jika sakit, katakan saja. Aku akan mengurangi tekanannya agar tidak terlalu kuat," ujar Dae Hyun. Mulai menekan-nekan jarinya pelan di kaki takut Soo Yin.     

Soo Yin menganggukan kepalanya. Untuk kesekian kali, perasaannya tersentuh dengan perlakuan yang begitu lembut Dae Hyun kepadanya. Meski sifatnya terkadang kaku tapi ada sisi yang begitu lembut. Ini memang bukan untuk pertama kalinya Dae Hyun pernah melakukannya, tapi hati Soo Yin tetap saja tersentuh. Pada tadi ia mengatakan jika lelah dan butuh istirahat.     

Soo Yin memegang pergelangan tangan Dae Hyun. Menghentikannya agar tidak perlu melakukan hal itu.     

"Bukankah kau ingin istirahat? Biarkan aku memijat kakiku sendiri saja," tolak Soo Yin dengan lembut . Ada perasaan tidak enak di hatinya. Bagaimanapun yang seharusnya memijat adalah Soo Yin tapi ini justru sebaliknya.      

"Bersamamu seperti ini sudah membuat pikiranku istirahat sejenak untuk tidak memikirkanmu," ujar Dae Hyun seraya tersenyum. Ia tidak perlu tidur untuk membuat tubuhnya terasa bugar kembali. Melihat Soo Yin bersikap manis dan manja sudah membuatnya jauh lebih bahagia.     

Sikap itulah yang sejak dulu tidak pernah didapatkan dari Aeri. Hingga akhirnya kini benar-benar menyerah untuk hubungan mereka. Hubungan mereka kali ini tinggal sebuah status     

Wajah Soo Yin memerah mendengar pernyataan suaminya. Semakin mengembangkan bunga yang mekar di hatinya. Menumbuhkan rasa cinta yang semakin besar di hatinya.     

"Mulai sekarang jangan melakukan aktivitas yang terlalu melelahkan. Kau harus istirahat dengan cukup agar bisa berkonsentrasi untuk kuliah," ujar Dae Hyun.     

"Hmmm, baiklah. Aku bahkan tidak melakukan apapun selama ini," ujar Soo Yin.     

"Mulai sekarang jangan terlalu memperdulikan permintaan Kim Soo Hyun. Dia itu sudah dewasa sehingga tidak perlu menuruti permintaannya." Terdengar nada kesal dari ucapan Dae Hyun ketika mengatakan tentang saudaranya.     

"Hmmm." Soo Yin menganggukan kepalanya lagi. Ingin patuh dan tidak ingin membantah ucapannya.     

"Dan ingat satu lagi ….," ucap Dae Hyun.     

"Apa?" Soo Yin menautkan kedua alisnya sambil menatap kedua mata elang sang suami.     

"Jangan terlalu dekat dengan pria manapun. Kau harus menjaga jarak karena ada hati dingin yang harus kau jaga. Kau harus menjaganya agar selalu tetap hangat," ucap Dae Hyun sambil menepuk dadanya.     

Soo Yin mengulum senyum, ingin terkekeh geli mendengar ucapan suaminya. Memang benar jika hati Dae Hyun terkadang sangat dingin. Namun jika sudah menghangat dia akan menjadi sosok pria yang sangat romantis.     

"Kenapa tersenyum begitu?" tanya Dae Hyun. Tangannya sejak tadi tidak berhenti memijat kaki sang istri.     

"Tidak, aku hanya merasa lucu saja mendengar ucapanmu," ucap Soo Yin. Tak dapat lagi menahan untuk tidak tertawa.     

Dae Hyun senang bisa melihat Soo Yin tertawa lepas seperti itu. Wajahnya yang belum ada kerutan terlihat semakin menggemaskan.     

"Sayang, terima kasih untuk hari ini. Kau sudah sangat baik padaku," ucap Soo Yin dengan tulus.     

"Seorang suami memang harus bersikap baik kepada istrinya." Dae Hyun mengulurkan sebelah tangannya untuk memegang tengkuk Soo Yin agar wajah mereka semakin dekat. Lalu mendaratkan kecupan manis di keningnya.     

Rasanya hati Soo Yin ingin melayang tinggi. Andaikan saja mereka bisa seromantis ini setiap waktu pasti sangat menyenangkan.     

Soo Yin mendekatkan tubuhnya lalu menyembunyikan kepalanya di dada Dae Hyun. Ingin selalu seperti itu terus. Biarkan waktu untuk berhenti agar mereka bisa bersama lebih lama.     

"Sayang, apa kau tidak mengunjungi Jo Yeon Ho?" Soo Yin menarik tubuhnya kembali untuk duduk seperti semula.     

"Aku sebenarnya ingin sekali mengunjunginya tapi aku enggan bertemu Aeri." Dae Hyun mendesah pelan. Jika saja tidak terjadi kecelakaan itu pasti sekarang sudah bercerai. Setelah urusannya selesai dia akan benar-benar mengurus kembali perceraiannya.     

"Aku mengerti, tapi sekarang Aeri jarang sekali pergi ke rumah sakit dengan alasan menjaga Jo Yeon Ho," ujar Soo Yin. Namun hal itu membuatnya cukup merasa senang sehingga tidak ada yang mengusiknya selama berada di rumah sakit.     

"Mungkin nanti sebelum berangkat aku akan pulang kesana sebentar," ujar Dae Hyun. Benar kata ayahnya jika ada putranya yang harus diperhatikan.     

"Ayo kita turun, aku ingin menyiapkan makan siang," ujar Soo Yin.     

"Tidak usah, lebih baik makan di kamar saja. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada dirimu. Kakimu bahkan masih terasa sakit," ujar Dae Hyun.     

"Aku tidak mau makan di kamar," ucap Soo Yin.     

"Memangnya kenapa?"      

"Aku tidak mau kau memakanku," goda Soo Yin sambil terkekeh geli.      

"Benar sekali, bukankah kita tadi merencanakan sesuatu?" bisik Dae Hyun di telinga Soo Yin.     

"Rencana?" Soo Yin membelalakkan matanya.     

"Aku yakin kau masih mengingatnya," ucap Dae Hyun sembari menggigit kecil ujung telinga Soo Yin.     

Soo Yin bergidik lantas menjauhkan tubuhnya sedikit. Padahal tadi hanya berniat untuk menggodanya. Namun sepertinya suaminya justru beranggapan serius tentang ucapannya.     

"Kakiku masih terasa nyeri," ujar Soo Yin pura-pura memijat kakinya.     

"Tidak usah bohong. Kau tadi bahkan mengatakan jika kakimu baik-baik saja," ucap Dae Hyun sambil mengerling nakal.     

"Kau lelah, sebaiknya istirahat saja. Biarkan aku turun untuk menyiapkan makanan," ujar Soo Yin hendak menggeser tubuhnya untuk menepi.     

Dae Hyun tidak membiarkan begitu saja Soo Yin lolos. Istrinya yang sudah menggodanya, dia pula yang harus bertanggung jawab.     

"Jangan kabur, karena kau harus bertanggung jawab," ucap Dae Hyun. Tidak melepaskan kaki Soo Yin yang berada di pangkuannya.     

"Aku tidak melakukan apa … hmph …." Sebelum Soo Yin berhasil mengatakannya, Dae Hyun sudah terlebih dahulu menutup mulutnya dengan bibirnya.     

Melumatnya pelan yang memberikan sensasi sangat manis bagi keduanya.      

Akhirnya Soo Yin benar-benar tidak turun dari ranjang. Mereka terus menyatukan cinta sampai sore hari, tanpa ada rasa lelah dan bosan. Malam ini Dae Hyun harus kembali pergi lagi sehingga butuh asupan manis untuk menambah staminanya.     

Butuh suasana bahagia agar selama pergi keluar kota dirinya akan merasa tenang meninggalkan Soo Yin.     

==================================     

Selalu beri dukungan untuk cerita ini ya.     

Berikan power Stone, coment, dan review.. meski tidak bisa membalas satu persatu tapi Comentar kalian sangat berharga...     

Terima kasih     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.