Istri Simpanan

Bab 332 - Kedatangan tamu



Bab 332 - Kedatangan tamu

0Ada rasa penasaran yang terbesar di hatinya karena kedatangan Park Ji Hoon ke villa. Menurut Dae Hyun keluarganya tidak ada yang tahu mengenai villa itu. Semua keluarganya akan mengira jika dirinya menginap di hotel karena sering lembur dan itu sudah cukup meyakinkan karena didukung oleh anak buahnya yang akan mengatakan kepada siapapun yang bertanya jika Dae Hyun selalu menginap di hotel.     
0

Dae Hyun lantas menemui ayahnya yang sudah duduk di ruang tamu.     

"Tumben sekali ayah datang kemari? Sepertinya aku tidak pernah mengatakan apapun tentang villa ini," ujar Dae Hyun tanpa basa-basi sambil menghempaskan tubuhnya di sofa. Tidak perlu pura-pura untuk terkejut mengenai hal itu.     

"Bukankah kau sedang keluar kota? Untuk apa kau sekarang justru berada di Seoul?" Park Ji Hoon sengaja datang kesana untuk menemui Soo Yin karena berpikir jika Dae Hyun belum pulang.     

"Nanti malam aku akan berangkat lagi." Dae Hyun meletakan kakinya menindih kaki yang lain.     

"Dari mana ayah mengetahui aku tinggal di sini?" tanya Dae Hyun.     

"Aku tidak bodoh dan tertipu dengan ucapanmu. Mengaku setiap malam menginap di hotel, bahkan kau menyuruh orang untuk memberikan laporan palsu jika kau tinggal di sana setiap malam." Park Ji Hoon berdecak.     

"Jika tidak mencariku lalu untuk apa Ayah datang kemari?" Dae Hyun menyipitkan matanya , mencurigai ada maksud terselubung dengan kedatangannya ke villa.     

"Aku hanya ingin bertemu dengan menantuku," ujar Park Ji Hoon sambil mengedarkan pandangannya melihat arsitektur villa yang bergaya modern.     

"Dia tidak tinggal di sini," sahut Dae Hyun dengan santainya berbohong mengenai keberadaan istri kecilnya. Dia hanya tidak ingin orang lain mengusik tempat tinggal mereka meskipun keluarga.     

"Tidak usah berbohong. Aku bahkan sudah sering mengikutinya ke tempat ini kalau kau tidak ada," ujar Park Ji Hoon sembari mendengus.     

"Katakan saja jika Ayah ingin berpesan kepadanya. Nanti aku pasti akan mengatakannya," ujar Dae Hyun.     

"Aku hanya ingin menjemputnya karena ponselnya tidak bisa dihubungi."     

"Ada keperluan apa?" Nada suara Dae Hyun sudah mulai meninggi.     

"Aku hanya ingin membawanya ke rumah sakit karena adikmu tidak mau melakukan terapi jika tidak ditemani istrimu," ucap Park Ji Hoon dengan tenang.     

"Menyebalkan sekali dia. Apa Kim Soo Hyun pikir kerjaan Soo Yin hanya mengurusnya saja," gerutu Dae Hyun dengan marah.     

"Dae Hyun, biarkan Soo Yin merawat Kim Soo Hyun. Jika ia pulih dengan cepat maka kau juga bisa dengan lebih cepat hidup bahagia bersamanya," bujuk Park Ji Hoon. Ini hanyalah upaya yang biasa dilakukan untuk kebaikan anaknya meskipun belum tentu baik tindakannya di mata mereka.     

"Ughhh, gara-gara dia hubungan kami semakin sulit," gerutu Dae Hyun.     

"Ingat kau juga memiliki putra yang harus diperhatikan. Jangan hanya memberikan perhatian lebih kepada istri mudamu saja," sindir Park Ji Hoon.     

"Aku juga tahu mengenai hal itu."     

Setelah setengah jam mengobrol tapi tidak ada hasil, Park Ji Hoon memilih pamit untuk pulang karena enggan berdebat dengan putra sulungnya lebih jauh lagi.      

Bisa mengerti kenapa Dae Hyun tidak mengizinkan Soo Yin hari ini datang ke rumah sakit. Mungkin karena hendak menghabiskan waktu bersama. Waktu Dae Hyun hampir terkuras habis oleh pekerjaan.     

"Baiklah, sebaiknya ayah kembali ke rumah sakit. Tapi jika kau berubah pikiran, nanti kau bisa membawanya datang ke sana," ujar Park Ji Hoon. Tidak ada salahnya untuk berusaha lagi.     

"Tidak untuk hari ini," ucap Dae Hyun dengan tegas. Tak peduli sekeras apapun ayah membujuknya, Dae Hyun akan tetap teguh pada pendiriannya.      

Pengorbanan waktu Soo Yin sudah terlalu banyak yang diberikan kepada Kim Soo Hyun. Haruskah di saat ia libur, ingin bersama istrinya tercinta pun harus terhalang? Sudah cukup selama ini mengorbankan perasaannya. Tak peduli jika Kim Soo Hyun tidak mau makan atau melakukan terapi. Dia bukanlah anak kecil seperti Jo Yeon Ho yang keinginannya harus terpenuhi.     

"Baiklah, jika kau berangkat lagi kabari aku segera," ujar Park Ji Hoon sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkan villa Pyeongchang-dong.     

Dae Hyun hanya mendesah kesal. Jika saja Soo Yin tidak lagi sibuk dengan kuliahnya, pastilah saat ini memilih membawa ikut bersamanya.     

°     

Soo Yin masih diam di kamar saja. Membaringkan tubuhnya dalam posisi telungkup sambil membaca buku yang dibelinya beberapa hari yang lalu. Mulai sekarang harus rajin membaπcs jika ada waktu luang.     

Ceklek …     

Suara gesekan pintu yang terbuka membuat Soo Yin menoleh ke arah pintu. Ternyata sang suami yang masuk ke dalam kamar dengan wajah muram.     

"Ayah sudah pulang?" Soo Yin menggeser tubuhnya untuk duduk di tepi ranjang.     

"Sudah," sahut Dae Hyun singkat.     

"Kenapa ayah datang kemari?" tanya Soo Yin sekedar ingin tahu. Tadi Dae Hyun tidak mengizinkannya keluar sehingga dengan patuh tetap di dalam kamar.     

"Dia hanya menanyakan pekerjaan." Dae Hyun tak mungkin mengatakan yang sebenarnya jika ayahnya meminta Soo Yin untuk datang ke rumah sakit. Dia pasti akan langsung meminta untuk di antarkan kesana.     

"Apa ayah tahu jika aku tinggal di sini?"     

"Tentu saja tahu. Hari ini tetaplah di rumah bersamaku. Jangan aktifkan ponselmu karena aku tidak ingin ada yang mengganggu kebersamaan kita. Nanti malam aku harus ke luar kota kembali," ujar Dae sembari mengulurkan tangannya menyentuh pipi Soo Yin. Mengusapnya perlahan dengan lembut.     

"Hmm, aku mengerti," sahut Soo Yin. Mengembangkan senyum keceriaan di bibir tipisnya.     

"Aku membersihkan diri dulu. Tetaplah di sini dan jangan kemana-mana," pinta Dae Hyun sekali lagi.     

Soo Yin menganggukan kepalanya. Lantas duduk bersandar di kepala ranjang, membaca buku kembali yang tadi sempat tertunda. Namun konsentrasinya terganggu karena rasa nyeri di kakinya cukup terasa.      

Soo Yin memutuskan menutup bukunya kembali, lalu meletakkan buku itu di atas nakas.     

Soo Yin mulai memijat pergelangan kakinya yang terasa pegal dengan pelan. Otot-ototnya kaku akibat akhir-akhir ini yang jarang istirahat pada siang hari. Soo Yin hanya tidur pada malam hari dan harus bangun pagi guna segera pergi ke rumah sakit.     

Dae Hyun berjalan menghampiri Soo Yin setelah selesai mengganti bajunya dengan pakaian santai. Hanya memakai kaos polos dan celana pendek saja. Kaos polos yang dipakainya sangat pas di tubuh sehingga gambaran otot-otot perutnya tercetak dengan sangat jelas.      

Selama keluar kota Dae Hyun menghabiskan waktu dengan berolahraga jika tidak bisa tidur. Bayangan Soo Yin bersama pria lain selalu menghantuinya. Untuk mengurangi rasa gelisahnya Dae Hyun melakukan olahraga ringan.     

Tak dapat dipungkiri jika Dae Hyun tidak pernah merasa tenang selama pergi tanpa Soo Yin. Meski raganya di tempat lain tapi Pikirannya selalu berada di Seoul.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.