Istri Simpanan

Bab 331 - pikiran yang terganggu



Bab 331 - pikiran yang terganggu

0Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di villa Pyeongchang-dong. Sebelum mereka sampai, Soo Yin sudah memberikan buket bunga kepada orang lain di pinggir jalan.     
0

Hanya menyisakan bunga tulip pemberian Dae Hyun saja yang ada pada genggamannya. Ia akan meletakkannya di atas meja meskipun Dae Hyun sudah meminta untuk membuangnya. Alasannya tidak ada yang spesial pemberiannya kali ini. Padahal menurut Soo Yin pemberian sekecil apapun akan sangat berarti jika dari Dae Hyun.     

Begitu sampai di kamar, Dae Hyun langsung menghempaskan tubuhnya di ranjang yang empuk. Tubuhnya terasa lelah karena semalam kurang tidur kemudian pagi harus sudah sampai di Seoul.     

Soo Yin baru saja membersihkan diri ketika keluar dan mendapati sang suami sudah terlelap. Ia lantas duduk di sisi ranjang memandang lekat wajah suaminya yang tampak damai ketika tertidur. Wajahnya terlihat lelah dengan garis halus yang terukir di dahinya. Lingkaran matanya juga menghitam setelah diamati dari jarak dekat.     

Semenjak Kim Soo Hyun masuk rumah sakit, Dae Hyun harus melakukan pekerjaannya sendiri sehingga sangat sibuk. Soo Yin menyesal karena tadi membuatnya marah dan kesal. Namun bersyukur karena hatinya sudah membaik.     

Dicintai oleh pria yang terlalu serius dalam segala urusan membuat hubungan mereka naik turun. Tak selalu berjalan mulus tapi Soo Yin merasa jika hubungan mereka penuh dengan warna.     

Soo mengecup kedua kelopak mata Dae Hyun dengan lembut. Tidak ingin mengganggu tidur nyenyaknya. Dari pada di dalam kamar mengganggunya, Soo Yin memutuskan untuk turun saja ingin membantu menyiapkan makan bersama bibi Xia. Sehingga ketika Dae Hyun bangun akan merasa senang.     

Baru saja memijakkan kakinya di lantai, tangan Soo Yin sudah digenggam erat Dae Hyun.      

"Tidak usah pergi kemana-mana," ucap Dae Hyun parau dengan kedua kelopak mata yang masih tertutup rapat.     

"Aku tidak ingin mengganggumu," ujar Soo Yin.     

"Justru jika kau pergi dari sisiku akan membuat pikiranku terganggu." Dae Hyun membuka matanya sedikit yang memang terasa sangat lengket.     

"Tetaplah di sini." Dae Hyun lantas menarik tubuh mungil Soo Yin hingga jatuh ke dada bidangnya yang kekar. Mendekapnya erat sambil menghirup aroma tubuhnya.     

"Jika aku di sini maka kau tidak akan bisa istirahat dan tertidur," ujar Soo Yin sembari menempelkan pipinya di dada suaminya. Mendengarkan detak jantungnya yang berdetak sangat kencang dan cukup keras terdengar di telinganya.     

"Memangnya apa yang akan kau lakukan?" tanya Dae Hyun sengaja memancing ingin mendengar jawaban yang terlontar dari bibir istrinya.     

"Hmmmm …." Soo Yin tidak menjawabnya, tangannya terus menelusuri dada bidang Dae Hyun.     

"Katakan saja jika kau menginginkannya," ucap Dae Hyun sambil mengulum senyum. Berusaha menahan kuat efek sentuhan yang diberikan oleh Soo Yin cukup mengganggunya.      

Mata yang tadinya enggan terbuka kini justru tak ingin lagi terpejam. Soo Yin sudah benar-benar mengganggu tidurnya.     

"Aku tidak menginginkan apapun," ucap Soo Yin tanpa menghentikan jemarinya yang terus meraba dada bidang suaminya.     

"Benarkah?" goda Dae Hyun.     

Dengan gerakan sangat cepat kini sudah mengungkung tubuh Soo Yin di bawahannya. Saling bertemu pandang dengan ungkapan cinta dari kedua bola mata mereka.     

"Katakan jika kau menginginkannya," ucap Dae Hyun dengan sensual. Ia ingin mendengar permintaan manis istri kecilnya.     

"Aku tidak mau," tolak Soo Yin dengan wajah yang memerah. Namun tanpa disadarinya sudah melepaskan satu per satu kancing Dae Hyun.     

"Sekarang kau sangat pintar menggoda," bisik Dae Hyun di telinga Soo Yin sambil menggigit ujung daun telinganya. Memberikan efek geli pada Soo Yin.     

Dubrak ...     

Tiba-tiba saja pintu terbuka hingga lebar, bibi Xia muncul di depan pintu. Ia tadi berniat mengetuk tapi karena posisi pintu yang tidak tertutup membuatnya terdorong kuat.     

"Maaf, Tuan." Bibi Xia lantas membalikkan tubuhnya. Merasa bersalah karena masuk kamar tuannya di saat yang tidak tepat. Namun saat ini memang keadaannya genting     

Soo Yin refleks mendorong tubuh Dae Hyun. Merasa malu karena kepergok bibi Xia dengan posisi yang tidak seharusnya dilihat. Untunglah mereka belum melakukan apapun. Hanya posisinya memang agak canggung.     

"Ada apa, Bibi?" tanya Dae Hyun yang sudah berdiri kemudian berjalan menghampiri wanita paruh baya itu. Sedikit ada rasa kesal karena baru saja akan melakukan pemanasan sudah ada yang mengganggu.     

"Di luar … di luar …." Bibi Xia terbata.     

"Katakan saja ada siapa, Bi?"      

"Di bawah ada Tuan Park Ji Hoon," ucap bibi Xia dengan gemetar. Ia tidak tahu jika Park Ji Hoon sudah mengetahui hubungan Dae Hyun dan Soo Yin sejak lama.     

"Suruh saja masuk," ujar Dae Hyun.     

"Baik, Tuan." Bibi Xia segera menutup pintu kemudian meninggalkan mereka. Keadaannya begitu darurat sehingga tidak mungkin untuk tidak mengganggu.     

"Ada apa ayah datang kemari?" ujar Soo Yin dengan dahi berkerut kemudian duduk di sisi ranjang.     

"Entahlah, biarkan aku menemuinya," ujar Dae Hyun hendak melangkah pergi tanpa mengancingkan kemeja yang sudah terbuka.     

"Tunggu sebentar." Soo Yin buru-buru menarik pergelangan tangan Dae Hyun agar menghentikan langkahnya.     

"Kenapa? Kita lanjutkan nanti saja," goda Dae Hyun yang membuat wajah Soo Yin langsung memerah.     

"Kancingkan dulu bajumu. Apa kau tidak malu keluar dengan kancing yang terbuka?" ujar Soo Yin sambil mencebikkan bibirnya. Lantas berdiri di depan sang suami. Mengancingkan satu per satu kancing bajunya.     

"Biarkan saja, ini sebagai upaya menyindir ayah jika kedatangannya ke sini mengganggu kita," ujar Dae Hyun sambil terkekeh.     

"Pergilah," ujar Soo Yin setelah semuanya terkancing kembali.     

"Apa kau tidak ingin menemui ayah mertua?" ujar Dae Hyun sambil mengedipkan matanya.     

"Bukankah ayah tidak tahu jika aku juga tinggal di sini?" tanya Soo Yin.     

"Hmm, benar. Aku ingin tahu apa yang membawanya sampai ke rumah ini. Seingatku aku tidak pernah mengatakannya," ujar Dae Hyun sembari meletakkan jarinya di bibirnya.     

"Pergilah, jangan biarkan ayah menunggu." Soo Yin mendorong pelan tubuh suaminya untuk keluar.      

Belum sampai keluar pintu, dengan gerakan cepat Dae Hyun berbalik dan merekatkan bibirnya sekilas di bibir Soo Yin. Merasakan manisnya bibir ranum Soo Yin hingga beberapa detik.     

Jika tidak karena ayahnya yang datang, mungkin Dae Hyun sudah meminta Chung Ho untuk mengusirnya.     

Soo Yin berusaha mendorong tubuh Dae Hyun karena takut ayahnya menunggu terlalu lama.     

"Kau ini," ucap Soo Yin sambil memegang bibirnya setelah Dae Hyun melepaskan ciumannya.     

"Bersabarlah, kita akan melanjutkannya nanti," ucap Dae Hyun dengan rasa tidak rela.     

"Tetaplah di sini karena aku juga tidak ingin kau bertemu dengan ayah," imbuh Dae Hyun. Ada rasa curiga karena tiba-tiba saja Park Ji Hoon datang ke sana, itu pasti karena suatu hal.     

Soo Yin menganggukan kepalanya. Lalu mendorong tubuh Dae Hyun agar segera keluar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.