Istri Simpanan

Bab 330 - pandai merayu



Bab 330 - pandai merayu

0Hyo Rin merasa kikuk dan takut. Ia cukup ingat ancaman Dae Hyun agar tidak mengatakan apapun tentang masalah itu lagi.     
0

"Li Sa, ayo sebaiknya kita masuk," ajak Hyo Rin yang merasa takut karena tatapan tajam Dae Hyun kepadanya terasa menyeramkan.     

"Untuk apa Tuan datang kemari?" Li Sa tidak memperdulikan ajakan Hyo Rin. Masih penasaran ada urusan apa datang ke kampusnya.     

"Kebetulan aku hanya lewat saja. Tapi karena melihat Soo Yin jadi sekalian saja menjemputnya karena harus kembali bekerja," sahut Dae Hyun.     

"Oh, aku mengerti."     

"Kami masuk dulu, Tuan," pamit Li Sa. Bagaimanapun dirinya harus bersikap baik karena berharap kelak akan menjadi adik iparnya.     

"Soo Yin, sampai jumpa." Li Sa berpura-pura ramah hingga Soo Yin rasanya ingin muntah ketika mendengarnya.     

Li Sa dan Hyo Rin lantas meninggalkan mereka. Padahal tadi Li Sa masih sangat ingin mencibir dan mengejek Soo Yin. Seakan tidak pernah merasa bosan meskipun sudah sejak lama melakukannya.     

"Kenapa kau kemari? Hyo Rin pasti mengingat wajahmu," ujar Soo Yin cemas ketika melihat Hyo Rin tak lagi nampak. Jujur saja Soo Yin khawatir jika Hyo Rin akan menyebarluaskan kepada mahasiswa di sana apa yang terjadi malam itu.     

"Tenanglah, kau tidak perlu khawatir. Aku akan meminta orang untuk membereskannya," ujar Dae Hyun. Akan membuat perhitungan jika sampai hal itu terjadi.     

"Saat pertama kali kami bertemu, Hyo Rin bahkan menceritakannya kepada Li Sa. Namun beruntung saat itu tidak mengetahui namamu sehingga aku masih aman." Tubuh Soo Yin benar-benar lemas karena mungkin sebentar lagi hubungan mereka akan terbongkar.     

"Sekarang ayo masuk jika kau ingin pulang," ajak Dae Hyun sambil melangkah mendahului Soo Yin.     

°     

Dae Hyun sudah melajukan mobilnya kembali melewati jalanan Seoul untuk kembali ke villa.     

Soo Yin meletakkan ketiga buket bunga di kursi belakang. Sedangkan buket bunga tulip berada di pangkuannya sejak tadi. Sengaja melakukannya agar Dae Hyun tidak bersikap tegang. Sejak di dalam mobil rahang Dae Hyun tampak menegang dengan tatapan dingin yang ke arah depan.     

Soo Yin duduk dengan gelisah berusaha memikirkan cara untuk keluar dari situasi yang tidak mengenakan itu. Tak sekalipun Dae Hyun meliriknya sejak tadi.     

"Sayang, terima kasih dengan buket bunga yang kau kirimkan. Aku sangat menyukainya," ujar Soo Yin membuka suara. Lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Dae Hyun. Dengan gerakan cepat merekatkan bibirnya di pipi Dae Hyun.     

Air yang tadinya membeku kini perlahan mencair. Hawa dingin yang tercipta sejak tadi kini perlahan mulai menghangat. Rahang yang sejak tadi tegang perlahan mengendur.     

Satu sentuhan lembut mampu membuat pertahanan Dae Hyun runtuh seketika. Padahal tadinya ia berniat akan diam sampai tiba di villa agar Soo Yin menyadari kesalahannya.     

"Dari mana kau mengetahuinya jika itu bunga pemberian dariku?" tanya Dae Hyun. Seingatnya ia tidak menyebutkan nama pada kartu ucapannya. Lagi pula ada dua bunga yang dikirimkan.     

"Tentu saja aku tahu. Tak mungkin kau memberikan kartu ucapan dengan ucapan yang berlebihan. Kau bukanlah tipe seperti itu," ucap Soo Yin diikuti dengan tawa renyah.     

"Sepertinya usahaku untuk membuat kejutan gagal karena semua orang mengikutiku," gerutu Dae Hyun.     

"Lantas siapa yang memberikan bunga  mawar itu?" imbuhnya.     

"Tentu saja adikmu, memangnya siapa lagi? Jika aku gadis labil mungkin akan berbunga-bunga dengan ucapannya," sahut Soo Yin sambil terkekeh. Raut wajahnya tampak sangat bahagia sekali melupakan rasa cemburu yang tadinya menggebu.     

"Sedikit beruntung karena dia belum bisa berjalan. Aku yakin dia mungkin akan jauh lebih menghebohkan," gumam Dae Hyun pelan tapi kata-kata itu bisa terdengar di telinga Soo Yin.     

"Jangan marah. Seindah apapun tulisannya aku akan lebih berkesan dengan apa berikan," ujar Soo Yin dengan manja. Merangkul lengan Dae Hyun lalu menyandarkan kepala di pundaknya sebentar.     

"Kau memang pandai merayu," ucap Dae Hyun. Wajahnya sudah terlihat jauh lebih baik. Seperti bunga yang baru saja mekar.     

"Oh ya, bagaimana caranya kau akan mengurus Hyo Rin? Aku benar-benar takut dengannya." Soo Yin menghela nafas pelan sambil menegakkan tubuhnya kembali untuk duduk.     

"Tidak usah dipikirkan karena aku sudah mengurusnya. Aku baru tahu jika namanya Hyo Rin," ujar Dae Hyun dengan pandangan tertuju ke depan. Fokus menatap jalanan.     

"Bagaimana caranya?"     

"Kau tidak perlu tahu yang terpenting dia akan membungkam mulutnya," ujar Dae Hyun dengan santai.     

"Mau kemana setelah ini?" tanya Soo Yin karena Dae Hyun tidak menjawab pertanyaannya ketika hendak masuk ke dalam mobil.     

"Pulang saja, aku ingin istirahat. Namun sebelum pulang singkirkan bunga-bunga menyebalkan itu dari pandanganku. Aku tidak ingin melihatnya karena membuat suasana hatiku memburuk," ujar Dae Hyun sembari melihat dari kaca spion bunga-bunga yang di kursi bagian belakang. Sejak tadi ingin sekali Dae Hyun memusnahkannya dari pandangan.     

"Sayang, bunga itu tidak bersalah sama sekali," bujuk Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya.     

"Aku tidak peduli, dengan adanya pemberian pria lain. Aku merasa jika mereka semua duduk di belakang. Jika kau menginginkan bunga seperti itu kita bisa mampir terlebih dahulu di toko bunga," ujar Dae Hyun dengan penuh penekanan. Tidak ingin ucapannya di bantah.     

"Baiklah," ucap Soo Yin mengalah dari pada suasana hati Dae Hyun menjadi lebih buruk. Ia juga sedang tidak ingin berdebat panjang lebar dengan suaminya.     

"Lain kali jika kau cemburu bilang saja tidak perlu sampai mengungkit masa lalu." Dae Hyun harus meluruskan anggapan Soo Yin yang berpikir aneh-aneh tentangnya dengan Mi Young.     

"Aku tidak merasa cemburu. Aku hanya kesal kau tampak masih sangat akrab dengannya," ujar Soo Yin tidak menyadarinya, karena itu adalah hal yang wajar.     

"Aku hanya tidak sengaja menabraknya yang sedang membawa buku. Buku itu jatuh berserakan sehingga aku membantunya. Tak ada tujuan apapun atas baiknya sikapku terhadapnya," ujar Dae Hyun sambil menghela nafas panjang. Menjelaskan sedikit tentang apa yang tadi terjadi agar Soo Yin mengerti.     

Soo Yin tidak mengakui jika dirinya cemburu padahal tadi wajahnya sangat cemberut seperti benang kusut. Mungkin jika tidak ada pengantar bunga datang sampai sekarang masih marah.     

"Kupikir tadi kalian memang sengaja bersama," ujar Soo Yin.     

"Sudahlah, jangan dibahas lagi." Dae Hyun tidak ingin suasana yang sudah baik memburuk kembali.     

Dae Hyun masih menyayangkan karena kejutan yang diberikan terlalu biasa. Seharusnya tadi memberikan yang berbeda sendiri karena ia tidak tahu jika Kim Soo Hyun akan melakukan hal yang sama.     

"Apa kau tidak ingin pergi ke rumah sakit?" tanya Soo Yin. Sebenarnya ada rasa ingin mengajak tapi ia mengurungkan niatnya.     

"Nanti saja jika aku akan berangkat lagi."     

"Baiklah." Soo Yin memilih tidak menanyakannya lagi. Ia memilih kembali menyandarkan kepalanya dengan manja di bahu Dae Hyun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.