Istri Simpanan

Bab 329 - Buncit dan botak



Bab 329 - Buncit dan botak

0Jika menerima ajakan Jae-hwa maka masalah besar pasti akan menimpanya. Masalah bunga saja belum selesai. Soo Yin tidak ingin menambah masalah lagi.     
0

"Lain kali kita pasti bisa ke perpustakaan bersama. Bukankah selanjutnya kita berada satu kelas?" ujar Soo Yin sambil tersenyum tipis.     

"Benar, baiklah jika kau ingin pulang maka aku akan ke perpustakaan sekarang. Sepertinya Mi Young sudah menungguku di sana karena aku ingin bertanya sedikit selagi dia ada disini," ujar Jae-hwa sambil mendesah panjang.     

"Aku pulang dulu, sekali terima kasih bunga yang kau berikan," ucap Soo Yin.     

"Sampai jumpa."     

Soo Yin menganggukan kepalanya lalu mereka sama-sama membalikkan tubuh untuk berjalan ke arah tujuan masing-masing.     

"Soo Yin!"     

Baru saja Soo Yin sekali melangkah, Jae-hwa sudah memanggilnya. Mau tidak mau Soo Yin menghentikan langkahnya padahal dia ingin segera menemui suaminya.     

"Hati-hati di jalan dan sampai jumpa besok," ujar Jae-hwa.     

"Hmmm," ujar Soo Yin seraya menolehkan wajahnya sedikit ke belakang untuk memandang Jae-hwa.     

°     

Dae Hyun seperti sedang melihat pertunjukan seni antara putri dan pangeran. Menyaksikan sang istri diberi bunga oleh kedua pria yang mungkin akan menjadi pesaingnya. Kim Soo Hyun saja sudah merepotkan kini justru bertambah lagi dengan jauh yang lebih muda.     

Tidak tahan karena hatinya semakin memanas, Dae Hyun akhirnya melangkahkan kakinya keluar menuju parkiran. Biarlah menunggu di parkiran dari pada membuatnya semakin emosi dan pada akhirnya akan terjadi pertengkaran di antara dirinya dengan Soo Yin.     

Sebisa mungkin mengenyahkan kegelisahan dalam benaknya. Meyakinkan dirinya jika Soo Yin tidak mungkin tertarik dengan pria muda seperti mereka.     

Tepat ketika Dae Hyun keluar, Soo Yin menghampiri di tempatnya tadi berdiri. Soo Yin mengedarkan pandangannya ke sekeliling tapi tak ada tanda-tanda keberadaan suaminya. Padahal sangat jelas tadi masih melihatnya berdiri di sana. Soo Yin menepuk jidatnya, pasti Dae Hyun saat ini sangat marah.     

Soo Yin tetap membawa empat buket bunga di tangannya. Tidak mungkin meninggalkan ketiganya di kampus. Ia takut jika Jae-hwa dan Ji Sang  mengetahui hal itu pasti akan merasa kecewa karena tidak menghargai pemberian orang lain.     

Dengan langkah lesu Soo Yin menyeret kakinya untuk keluar menuju parkiran. Namun setelah memandang ke tempat dimana tadi mobil Dae Hyun berada, kali ini tidak menemukannya kembali.     

"Ughhh, dia bahkan meninggalkanku," gerutu Soo Yin sambil berjalan keluar dari gerbang. Jika tahu ditinggalkan lebih baik tadi ke perpustakaan bersama Jae-hwa.     

Dengan wajah cemberut Soo Yin berjalan ke arah pintu gerbang. Tangannya kesusahan membawa bunga karena ukurannya cukup besar. Banyak para mahasiswa yang memandang iri kepadanya. Namun Soo Yin tidak menghiraukan tatapan mereka.     

Baru saja sampai di depan gerbang, Soo Yin harus berpapasan dengan Li Sa dan Hyo Rin. Membuatnya menghela nafas panjang karena Soo Yin merasa sepertinya sebentar lagi mereka berdua akan membuat masalah.     

"Soo Yin, kupikir kau tidak akan diterima di kampus ini," cibir Li Sa sambil tertawa mengejek.     

"Lihatlah bunga di tangannya, itu pasti dari pria botak yang biasa dikencaninya," timpal Hyo Rin tak ingin kalah untuk mengejek Soo Yin     

Soo Yin memutar bola matanya, ingin sekali rasanya membungkam mulut mereka dengan buket bunga yang dibawanya.     

Ingin juga mengatakan jika bunga mawar merah itu bahkan dari kekasih Hyo Rin. Ia yakin jika Hyo Rin akan pingsan mendengarnya. Hanya saja Soo Yin ingin hidup tenang dan tidak ingin mendapatkan masalah.      

"Soo Yin, jika kau tidak berkencan dengan pria botak dengan perut buncit kau pasti tidak akan bisa membayar biaya kuliah di universitas ini," ejek Li Sa yang diiringi tawa yang cukup puas di bibirnya.     

"Semoga kelak ada pria baik-baik yang menerimamu setelah kau dicampakkan," timpal Hyo Rin tak ingin kalah.     

Soo Yin sebenarnya ingin marah dan memaki mereka tapi mengurungkan niatnya. Bertengkar dengan mereka sama saja bertengkar dengan orang gila. Yang paling membuatnya marah adalah mengatakan jika suaminya botak dan buncit.     

"Kenapa kau diam saja? Apa kau benar-benar mengakuinya?" ujar Li Sa sembari terkekeh senang.     

"Lebih baik seperti diriku dari pada kalian hanya menjadi pecundang seumur hidup. Kerjaannya menghabiskan harta milik orang tua," cibir Soo Yin tak kalah sadis. Terus dicaci membuat bibirnya tidak tahan untuk mengeluarkan hinaan.     

"Apa kau bilang?" Wajah Li Sa memerah dengan amarah yang sudah di ubun-ubun ingin meledak.     

"Tidak usah marah seperti itu," ujar Soo Yin dengan berani. Dari pada mengalah masih saja di ganggu, lebih baik memberanikan diri.     

"Dasar tidak tahu malu. Kau berhubungan dengan Jae-hwa tapi kau juga mendekati Kim Soo Hyun," ujar Li Sa untuk mengalihkan pembicaraan agar Soo Yin tak lagi berbalik mencibirnya.      

Li Sa baru ingat jika dirinya memiliki foto Soo Yin yang sedang berpelukan dengan Jae-hwa yang sudah dikirimkan kepada Kim Soo Hyun. Tapi Li Sa mengira jika Kim Soo Hyun belum melihatnya karena kecelakaan yang menimpanya.     

"Apa maksudmu? Aku tidak ada hubungan apapun dengan Jae-hwa," ucap Soo Yin.     

Mereka terus saja berdebat karena Soo Yin juga berani membalas setiap apa yang Li Sa dan Hyo Rin yang dilontarkan kepadanya.     

°     

Dae Hyun sudah memarkirkan mobilnya di luar area kampus, menunggu Soo Yin yang belum juga tampak. Sehingga memutuskan untuk keluar dari mobilnya. Lantas berjalan kembali untuk masuk. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, dilihatnya Soo Yin yang tengah berdebat dengan Li Sa.     

Dae Hyun memutuskan untuk menghampirinya karena pastilah saat ini Soo Yin sedang mendapatkan masalah.     

"Hmmm." Suara deheman khas Dae Hyun mengalihkan kedua gadis yang sedang mencibir Soo Yin.     

Kedua gadis itu menolehkan kepalanya ke belakang. Takut jika itu adalah salah satu dosen.     

Hyo Rin membelalakkan matanya hingga hampir terjatuh ketika menoleh. Masih teringat dalam benaknya jika Dae Hyun adalah pria yang yang sudah memberikannya uang dalam jumlah banyak saat itu di bioskop.     

Begitu pula dengan Dae Hyun yang menautkan kedua alisnya. Lantas mengubah wajahnya menjadi dingin. Jika sampai Hyo Rin berbuat macam-macam dengan Soo Yin, dirinya tidak akan tinggal diam.     

Soo Yin menggigit bibir bawahnya merasa khawatir, pasti Hyo Rin akan mengadu kepada Li Sa jika Dae Hyun yang beberapa bulan lalu menonton bersamanya.     

"Tuan Dae Hyun?" ujar Li Sa. Ekspresinya langsung berubah menjadi ramah. Melupakan sedikit kekesalan dengan ucapan yang tadi Soo Yin lontarkan.     

"Ada apa ribut-ribut?" tanya Dae Hyun dengan nada datar, tatapannya tajam kepada Hyo Rin menyiratkan agar tidak membicarakan apapun kepada Li Sa jika tidak ingin mendapatkan masalah.     

"Tidak ada, kami hanya mengucapkan selamat kepada Soo Yin atas keberhasilannya sudah diterima di universitas ini," sahut Li Sa sambil tersenyum dan menyentuh tangan Soo Yin.     

'Dasar bermuka dua!' cibir Soo Yin dalam hatinya. Ingin sekali menutup mulutnya dengan sepatu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.