Istri Simpanan

Bab 328 - Perhatian banyak pria



Bab 328 - Perhatian banyak pria

0Soo Yin berpikir ingin memberikan bunga itu kepada sesama calon mahasiswa yang keluarganya tidak bisa hadir. Sekedar untuk membahagiakan sedikit hati mereka dari pada bunga itu terbuang karena pasti Dae Hyun akan menyuruhnya membuang bunga mawar itu. Dirinya hanya akan mengambil satu atau dua buket saja untuk dibawa pulang.     
0

Soo Yin segera menuju ke dalam aula untuk meminta senior mahasiswa mengumumkan siapa saja boleh mengambil bunga itu. Setelah buket bunga itu sudah tertata tapi di depan aula dengan bentuk melingkar. Para pengantar bunga juga sudah meninggalkan kampus.     

"Perhatian semuanya, untuk seluruh mahasiswa yang keluarganya tidak datang, sekarang tidak perlu sedih dan berkecil hati. Kalian bisa mengambil buket bunga yang ada di depan aula secara gratis," ujar mahasiswa senior yang memberikan pengumuman melalui pengeras suara.     

Soo Yin segera keluar dari aula setelah mengucapkan terima kasih sambil membawa satu buket bunga tulip dan bunga mawar di tangannya.     

Soo Yin terus berjalan sambil mengamati rangkaian bunga tulip yang membentuk love. Bunga itu berwarna merah yang melambangkan cinta dan kasih sayang. Ada alasan tersendiri kenapa kenapa begitu bahagia melihat tulip merah itu. Bunga itu adalah pemberian dari orang yang paling spesial dalam hidupnya.      

Jae-hwa yang tadinya sudah menyiapkan buket bunga untuk kecil akhirnya mengurungkan niatnya. Soo Yin sudah memiliki banyak buket bunga bahkan sampai diberikan kepada mahasiswa lain. Buket bunga Krisan yang dibawanya tidak akan berarti apa-apa untuk Soo Yin.     

Dae Hyun memasang wajah masam ketika Soo Yin membawa kedua buket bunga dengan jenis bunga yang berbeda. Padahal dia pikir hanya memesan satu jenis bunga. Lalu siapakah yang mengirim bunga mawar itu? Tak mungkin ada pria lain yang menjadi saingan cintanya lagi.     

Soo Yin tersenyum ke arah Dae Hyun sembari mengangkat bunga tulip di tangannya dengan raut wajah sumringah. Lantas berjalan untuk menghampirinya, tapi baru saja beberapa langkah ada seseorang yang memanggilnya.     

"Soo Yin!" panggil seorang pria yang masih asing di telinganya.     

Soo Yin menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang telah memanggilnya. Ia mengerutkan keningnya ketika melihat pria itu. Pria yang saat itu menolongnya dari kesulitan saat mendapatkan masalah dengan Li Sa dan Hyo Rin.     

"Aku Ji Sang, apa kau masih mengingatku?" tanya pria bertubuh tinggi yang cukup tampan.     

Ji Sang adalah salah satu mahasiswa senior yang ikut mengisi berlangsungnya acara tadi. Wajahnya tidak asing lagi di mata Soo Yin meski sebelumnya hanya pernah bertemu satu kali.     

"Tentu saja masih," ucap Soo Yin terbata. Membungkukkan tubuhnya sedikit sebagai bentuk rasa sopan kepada senior.     

"Selamat sudah masuk menjadi bagian dari kampus ini," ujar Jo Sang. Bibirnya mengukir senyuman tulus. Lalu menyodorkan buket bunga mawar merah kepada Soo Yin.     

Soo Yin cukup terkejut mendapat perhatian dari salah satu mahasiswa kampus yang tampaknya menjadi Idola para mahasiswa. Ketika Soo Yin mengedarkan pandangannya ke sekeliling, beberapa dari mahasiswi tampak memandangnya dengan tatapan tidak suka.     

"Terima lah," pinta Ji Sang karena Soo Yin tak juga mengulurkan tangannya.     

"Terima kasih sekali lagi. Seharusnya tidak perlu repot-repot karena ini bukanlah acara kelulusan," ujar Soo Yin tersenyum tipis. Menyadari jika dari kejauhan ada tatapan tajam dan masalah yang mungkin sebentar lagi akan menimpanya.     

Ada harimau yang bersiap sebentar lagi akan menerjangnya.     

"Ini memang sudah jadi tradisi di kampus," ujar Ji Sang.     

Soo Yin akhirnya memberanikan diri mengulurkan tangan untuk menerima pemberian pria itu.     

"Aku pergi dulu, jika kau ingin bertanya mengenai kampus ini dengan senang hati aku akan membantu," ujar Ji Sang.      

Beruntung saat ini Hyo Rin belum tiba di kampus, jika Hyo Rin melihat maka sudah pasti akan menambah masalah besar untuk Soo Yin.     

Soo Yin menganggukan kepalanya. Merasa lega karena Ji Sang akhirnya pergi. Satu masalah akhirnya kelar.     

"Fiuh," ujar Soo Yin sembari memegang dadanya.     

Jae-hwa sejak tadi mengamati Soo Yin dan Ji Sang. Kepercayaan dirinya kini sudah kembali pulih. Ia merasa tidak boleh kalah dengan senior mahasiswa yang baru saja dikenal Soo Yin. Benar perkataan neneknya, jika terlambat sedikit saja kemungkinan besar akan keduluan orang lain.     

Sebelum melangkahkan kakinya menghampiri Soo Yin, terlebih dahulu Jae-hwa menghela nafas panjang. Dengan jantung berdebar ia menghampiri Soo Yin. Buket itu adalah hasil kerja keras yang memang sudah sisihkan oleh Jae-hwa. Sehingga sayang jika tidak jadi diberikan kepada gadis pujaannya.     

Meski akan mendapatkan masalah tapi biarlah, Soo Yin tetap akan membawa buket bunga itu menghampiri Dae Hyun. Terserah jika di tengah jalan Dae Hyun akan membuang atau menghancurkan seperti bunga yang pernah Jae-hwa berikan.     

Baru saja berbalik hendak menuju dimana Dae Hyun berada, langkah Soo Yin terhenti tatkala tiba-tiba saja Jae-hwa sudah berhenti di depannya. Tangan kanannya disembunyikan di belakang punggung seperti membawa sesuatu.     

"Soo Yin, maaf aku terlambat memberikannya. Seharusnya aku memberikannya lebih dahulu dari pada orang lain," ujar Jae-hwa sembari menyodorkan buket bunga Krisan berwarna putih.     

Soo Yin termangu, bingung kenapa hari ini banyak pria yang sepertinya memberikan perhatian kepadanya.     

"Jae-hwa, seharusnya kau tidak perlu melakukannya. Kita bahkan baru sama-sama masuk kuliah," ujar Soo Yin. Cukup terkejut karena Jae-hwa juga memberikannya.     

"Sebenarnya aku malu karena hanya bisa memberikan bunga ini saja. Sedangkan kau mendapatkan bunga yang begitu banyak yang jauh lebih indah," ujar Jae-hwa.     

Soo Yin terhenyak mendengar pernyataan Jae-hwa. Merasa tidak enak hati karena sudah membuat Jae-hwa merasa tidak percaya diri. Ia tahu jika Jae-hwa pasti sudah bekerja keras untuk mengumpulkannya.     

"Aku yang seharusnya merasa tidak enak hati," ucap Soo Yin lantas merebut bunga itu dari tangan Jae-hwa.     

"Siapa yang mengirim bunga sebanyak itu?" tanya Jae-hwa, penasaran jika yang mengirim pastilah orang kaya.     

"Itu … itu … aku juga tidak tahu karena tidak ada nama pengirimnya. Bisa jadi jika itu adalah salah alamat. Itu sebabnya aku memberikannya kepada yang lain," ujar Soo Yin berbohong. Tak mungkin mengatakan yang sebenarnya kepada Jae-hwa.     

"Hmmm, hanya orang kaya yang ingin menghamburkan uang," ujar Jae-hwa. Masih ada keraguan di hatinya mengenai jawaban Soo Yin. Tak mungkin seseorang salah mengirimkan bunga sebanyak itu.     

"Sepertinya begitu," ucap Soo Yin sambil meringis.     

"Ngomong-ngomong, setelah ini kau akan pergi kemana?" tanya Jae-hwa.     

"Hmmm, mungkin aku akan pulang karena aku harus kembali bekerja," ujar Soo Yin terbata.     

"Sayang sekali padahal aku ingin mengajakmu pergi ke perpustakaan. Aku hari ini masuk kerja shift malam," ujar Jae-hwa. Wajahnya muram menyayangkan tidak bersama dengan Soo Yin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.