Istri Simpanan

Bab 327 - Kiriman buket bunga



Bab 327 - Kiriman buket bunga

0Soo Yin baru saja keluar dari aula. Benar adanya jika para orang tua memberikan buket bunga spesial untuk para calon mahasiswa. Mereka senang karena keluarganya bisa masuk ke salah satu universitas terbaik di Korea, bahkan di dunia. Sehingga mereka mengadakan sedikit perayaan.     
0

Jae-hwa belum keluar karena ada sedikit kepentingan ingin menanyakan sesuatu dengan para senior kampus. Sampai sekarang masih di dalam aula.     

Soo Yin berjalan menuju parkiran untuk menemukan Dae Hyun karena tak nampak setelah dari beberapa tempat. Mobilnya masih terparkir di sana sehingga tak mungkin jika Dae Hyun sudah pulang.      

Lalu dikeluarkannya ponsel dari rasanya mencoba menghubungi Dae Hyun tapi sayang sekali tidak dijawab.     

Soo Yin memilih berbalik lagi ke dalam untuk mencari keberadaan suaminya. Dia dulu kuliah di sini jadi bisa saja sekarang sedang berkeliling untuk mengingat kembali apa saja yang terjadi beberapa tahun yang lalu.     

Baru saja Soo Yin berjalan di koridor beberapa langkah, matanya memandang Dae Hyun bersama Mi Young berjalan beriringan. Mereka tampak sangat asyik mengobrol. Bahkan Soo Yin bisa tahu jika Dae Hyun membantu Mi Young membawa buku-bukunya.     

"Ughhh, aku bahkan berkeliling mencarinya sejak tadi tapi malah dia berduaan dengan mantan kekasihnya," gerutu Soo Hyun dengan kesal.     

Soo Yin memasang wajah cemberut ketika Dae Hyun memandang ke arahnya. Wajah terkejut juga terlihat dari wajah Dae Hyun.     

"Soo Yin, ternyata kau di sini."      

Soo Yin yang sedang merasa kesal terhenyak ketika ada Jae-hwa menyentuh pundaknya.     

Dengan wajah tersenyum Jae-hwa kini sudah berada di samping Soo Yin.     

"Kakak!" panggil Jae-hwa sambil melambaikan tangannya ke arah Mi Young.     

Soo Yin semakin bingung tatkala Jae-hwa menyebut Mi Young dengan sebutan kakak. Tak mungkin jika ada hubungan kekeluargaan di antara mereka.     

Mi Young dan Dae Hyun berjalan menghampiri Soo Yin dan Jae-hwa yang tetap berdiri di tempatnya.     

Dae Jang dan Soo Yin saling berpandangan beberapa saat dengan beberapa pertanyaan di benak mereka.     

"Kupikir Kakak belum mulai masuk hari ini," ujar Jae-hwa dengan akrab kepada Mi Young.     

"Kalian berdua saling kenal?" Soo Yin. Menaikkan sebelah alisnya mengetahui fakta tersebut.     

"Kami saudara sepupu," sahut Jae-hwa.     

"Aku tidak pernah tahu jika Dokter Mi Young itu sepupumu," ujar Soo Yin sambil mengerutkan keningnya.     

"Aku lupa tidak menceritakannya karena selama ini dia tinggal di luar negeri. Baru beberapa bulan belakangan saja kembali menetap di Seoul," sahut Jae-hwa.     

"Tuan juga mengenalnya?" tanya Jae-hwa kepada Dae Hyun.     

"Tentu saja mereka saling kenal. Mereka adalah mantan kekasih," tukas Soo Yin dengan sangat santai. Lalu memandang  kedua orang yang ada di depannya dengan perasaan agak cemburu.     

"Benarkah?" Jae-hwa tampak terperangah mengetahui fakta sebenarnya.     

"Tanyakan saja pada mereka," ujar Soo Yin sambil melirik Dae Hyun.     

Soo Yin memang pernah mengatakan jika tidak merasa cemburu karena Mi Young hanyalah masa lalu Dae Hyun. Namun tetap saja ia kesal karena Dae Hyun saat ini terlalu dekat. Yang semakin membuatnya lebih kesal adalah sudah  mencari kesana kesini tapi Dae Hyun justru bersama mantan kekasihnya.     

"Apa acara penerimaan mahasiswa sudah selesai?" ujar Mi Young untuk mengalihkan pembicaraan. Posisinya terpojokkan dan merasa canggung karena menyadari jika Soo Yin cemburu. Apalagi setelah mendengar pernyataan Dae Hyun yang cukup mengoyak perih di hati.     

"Sudah, beberapa calon mahasiswa dengan berkumpul bersama orang tuanya," tukas Jae-hwa.     

"Tetaplah di sini, aku juga tadi membawakan buket bunga untukmu. Aku mendengar dari nenek jika kau diterima sehingga saat berangkat tadi aku mampir untuk membelinya," ujar Mi Young.     

"Terima kasih, Kakak. Tidak perlu repot-repot sama sekali." Jae-hwa menggaruk kepala bagian belakangnya. Cukup tersentuh dengan apa yang Mi Young lakukan padanya. Hanya dialah kerabat yang peduli kepadanya.     

"Dae Hyun, biarkan aku membawa bukunya kembali ke perpustakaan," ujar Mi Young sambil memindahkan tumpukan buku ke tangannya.     

"Aku pergi dulu," pamit Mi Young lalu pergi meninggalkan mereka. Itu sebenarnya hanya sebuah alasan agar bisa pergi.     

Soo Yin memasang wajah cemberut. Iri rasanya tadi ketika melihat para mahasiswa lain tertawa dan berjingkrak dengan para anggota keluarganya.     

"Permisi, apa anda bernama Nona Soo Yin?" Tiba-tiba ada seorang pria bertopi datang menghampiri mereka.     

Soo Yin menautkan keduanya alisnya. Mengamati pria itu dengan seksama tapi sepertinya tidak mengenali wajahnya.     

"Benar, memangnya ada apa?" tanya Soo Yin.     

"Aku hanya ingin menanyakan dimana kami harus menurunkan bunganya?"     

"Bunga?" Soo Yin semakin bingung. Tak merasa jika dirinya memesan bunga.     

"Seseorang mengirimkan bunga untuk Nona. Mari ikut aku dan tunjukkan dimana kami harus meletakkan semuanya."     

Sebelum mengikuti langkah pria itu, Soo Yin melirik suaminya yang memasang wajah datar. Lalu ia juga meminta izin kepada Jae-hwa untuk keluar sebentar.     

Pria itu mengajak Soo Yin menuju parkiran untuk membuktikan kepadanya jika tidak mungkin salah kirim.     

Soo Yin terperangah hingga menutupi mulutnya dengan kedua tangan ketika melihat satu mobil penuh bunga Tulip yang sangat cantik dan ada juga bunga mawar pink di sebelahnya.     

"Siapa yang mengirimkannya, Tuan?" tanya Soo Yin.     

"Ini, Nona. Ada dua pemesan berbeda yang memesan bunga ke toko kami secara bersamaan. Keduanya meminta kami mengantarkannya kemari atas nama Nona Soo Yin," ujar pria itu sedikit menjelaskan.     

Soo Yin akhirnya membuka satu kertas ucapan selamat berwarna merah muda dengan gambar motif cinta. Semakin mempercantik kertas itu.     

Selamat atas keberhasilanmu …     

Hanya bunga ini yang saat ini aku bisa kirimkan …     

Maafkan aku yang tidak bisa datang di hari bahagiamu …     

Bunga mawar ini sebagai permintaan maaf dariku ...     

Dariku yang selalu mencintai dan memujamu …     

Soo Yin membaca kata demi kata itu, tidak ada nama yang tertera di dalamnya. Namun jika melihat dari kata-katanya, Soo Yin sepertinya mengetahui siapa yang telah mengirimkan itu semua.     

Kemudian Soo Yin membuka satu kartu ucapan selamat lagi. Warnanya polos, berwarna biru muda.     

Sayang,     

Semoga kau sukses …     

Dari : Teman hidupmu     

Tak ada kata-kata apapun lagi di sana. Dari melihat kata-katanya yang biasa saja dan sederhana, Soo Yin juga bisa menyimpulkan siapa pengirimnya. Cukup mampu meluluhkan hatinya kembali.     

"Apa bunga Tulip itu pengirimannya yang menulis surat ini?" tanya Soo Yin kepada pria pengantar bunga sambil menunjukkan kertas biru muda.     

"Benar, Nona," sahut pria pengantar bunga.     

"Lalu dimana kami harus membawanya?" imbuhnya.     

Soo Yin berpikir sejenak mau diapakan bunga tersebut. Tak mungkin membawanya pulang. Sebenarnya dirinya cukup senang mendapatkan kejutan. Tapi rasanya mereka terlalu berlebihan menghamburkan uang. Seharusnya mereka hanya perlu memberikan satu atau dua saja.     

"Bawa saja ke dekat aula," ujar Soo Yin.     

Para pengantar bunga lantas menurunkan satu per satu buket bunga ke tempat yang sudah ditunjukkan oleh Soo Yin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.