Istri Simpanan

Bab 326 - Menjaga perasaan istriku



Bab 326 - Menjaga perasaan istriku

0Kini acara penerimaan resmi calon mahasiswa sebentar lagi akan dimulai. Semua calon mahasiswa sudah berkumpul di aula. Soo Yin sudah duduk di sana 15 menit yang lalu tapi belum melihat Jae-hwa. Ia merasa sepi karena tidak ada yang diajak ngobrol. Soo Yin bukan tipe gadis yang mudah bergaul dengan orang yang baru dikenalnya. Butuh waktu berbulan-bulan agar menjadi akrab seperti dengan Jean.     
0

"Kau mencariku?" ujar Jae-hwa yang muncul dari belakang. Membuat Soo Yin hampir saja terlonjak kaget.     

"Ah, kau dari mana saja?" ujar Soo Yin sedikit gugup dan terbata. Tidak biasanya Jae-hwa begitu percaya diri dengan dirinya.     

"Aku habis dari toilet," sahut Jae-hwa lalu menghempaskan tubuhnya di kursi tepat di samping Soo Yin. Meletakkan tangannya di belakang punggungnya.     

Soo Yin ingin menggeser tubuhnya sedikit menjauh tapi rasanya tidak enak. Perlakuan Jae-hwa hari ini sungguh membuatnya bingung. Tidak biasanya Jae-hwa berani.     

"Oh, ya. Apa paman hari ini datang?" tanya Jae-hwa memulai percakapan di antara mereka. Hal itu cukup mengejutkan karena biasanya Soo Yin yang selalu memulai percakapan.     

Soo Yin merasa heran apa yang sebenarnya terjadi dengan Jae-hwa. Yang diketahuinya Jae-hwa tipe pria yang pendiam.      

"Tidak, ayahku sibuk sehingga tidak bisa pulang ke Seoul," sahut Soo Yin sambil menghela nafas berat.     

"Bagaimana denganmu? Apa nenek akan datang?" Soo Yin balik bertanya.     

"Tentu tidak, aku tidak mengizinkan mereka untuk pergi karena takut kelelahan. Usia mereka tidak lagi muda. Sepertinya hanya orang tua kita yang tidak datang," uap Jae-hwa sambil mengamati penampilan Soo Yin hari ini yang terlihat sangat berbeda.     

Soo Yin memalingkan wajahnya ke arah lain. Risih dengan Jae-hwa yang terus memandangnya.     

"Aku baru sadar jika kau hari ini terlihat berbeda," puji Jae-hwa dengan gugup. Pasalnya ini pertama kalinya berani mengungkapkan isi hatinya.     

"Ini pasti karena rambutku yang  dipotong,'?" Ujar Soo Yin sambil merapikan poninya.     

"Benar, kau masih terlihat seperti SMA dulu," ujar Jae-hwa      

"Kau bisa saja," ucap Soo Yin dengan wajah memerah.     

Jae-hwa cukup bahagia mereka berada di fakultas yang sama. Itu artinya kesempatan untuk dekat dengannya. Ia sudah memutuskan untuk menjadi lebih dekat dengan Soo Yin. Berdasarkan nasihat neneknya seorang pria harus berani mengungkapkan perasaannya jika tidak ingin keduluan pria lain.     

Kini acara penerimaan mahasiswa baru sudah dimulai. Semuanya langsung terdiam menyimak apa yang sedang berlangsung.      

Mereka mendengarkan para senior mahasiswa yang berpidato. Kemudian menyebutkan nama-nama kembali para calon mahasiswa yang sudah diumumkan beberapa waktu yang lalu.     

Semua orang bersorak ria karena acara berlangsung sangat menyenangkan. Sesudah acara tersebut, besok barulah akan diadakan ospek. Tujuan penerimaan mahasiswa adalah agar mereka saling mengenal dan mengetahui siapa saja orang-orang yang satu angkatan dengannya.     

°     

Menunggu Soo Yin yang sedang mengikuti acara di aula, Dae Hyun berkeliling melihat-lihat kembali kampus. Sudah puluhan tahun Dae Hyun tidak kuliah disana tapi tempatnya tidak berubah. Ada perpustakaan yang dulu menjadi tempat favoritnya bersama Mi Young.     

Meski hanya sebentar saja bersama Mi Young di kampus yang sama, tapi ia selalu ingat mereka sering menghabiskan waktu bersama di perpustakaan.     

Hanya sampai semester dua Mi Young dan Dae Hyun kuliah bersama. Setelah itu Mi Young benar-benar pindah dan Dae Hyun tidak pernah bertemu dengannya lagi. Sebelum akhirnya beberapa bulan ini bertemu.     

Dae Hyun terus berjalan sambil memasukkan tangan di saku celananya. Matanya memandang beberapa gedung yang sudah menjulang tinggi, Dae Hyun tidak menyadari jika ada seseorang yang berjalan ke arahnya dengan begitu banyak tumpukan buku di tangannya.     

Brukkkk…     

Tabrakan pun tak dapat terhindarkan hingga buku itu berjatuhan ke lantai.     

"Maaf," ucap Dae Hyun. Buru-buru ia membantu memunguti buku yang berceceran. Hingga sejenak tatapan mereka saling beradu pandang.     

Mi Young menatap kedua bola mata Dae Hyun dengan perasaan hampa. Ada sesuatu yang tertangkap di kedua bola mata itu.     

"Mi Young? Untuk apa kau berada di sini?" Pertanyaan itu begitu saja meluncur dari bibir Dae Hyun. Wajar menanyakannya karena Mi Young pindah kuliah waktu itu.     

"Ah, aku akan menjadi dosen cadangan di sini," sahut Mi Young segera tersadar, dari tatapan penuh kedamaian dari mantan kekasih yang tidak bisa dipungkiri masih memiliki perasaan terhadapnya.     

"Benarkah?" Dae Hyun menautkan kedua alisnya.     

"Benar. Lalu untuk apa kau di sini? Apa kau akan menjadi dosen juga?"  tanya Mi Young.     

"Tidak, aku datang kemari hanya untuk mengantarkan Soo Yin. Ia baru saja di terima di universitas ini." Tak ada yang perlu ditutup-tutupi dari Mi Young sehingga Dae Hyun mengatakan yang sejujurnya.     

Mereka kemudian berdiri setelah merapikan buku itu kembali. Tidak tega Dae Hyun melihat Mi Young yang kesusahan membawa buku. Sehingga ia putuskan untuk membantunya.     

"Tidak usah repot-repot, biarkan aku membawanya sendiri," tolak Mi Young.     

"Tidak masalah," sahut Dae Hyun cepat.     

"Lalu sekarang dimana istrimu?" tanya Mi Young ketika melihat ke arah aula. Tampak calon mahasiswa sudah keluar dari sana     

"Mungkin sebentar lagi juga keluar," ujar Dae Hyun. Dipandanginya Mi Young sebentar,  ada rasa iba mengetahui jika pernikahannya telah gagal.     

"Mi Young, aku turut prihatin dengan apa yang menimpa rumah tanggamu. Aku tidak tahu jika Je Ha adalah pria yang bejat," imbuhnya.     

Mi Young tesenyum tipis karena Dae Hyun pasti mengetahui tentang kehidupan pribadinya dengan Je Ha. Hubungan mereka kali ini sangat rumit. Je Ha tidak menceraikannya tapi sering kali banyak wanita yang dibawa pulang ke rumah. Statusnya hanya sebagai istri yang tidak berguna.     

"Dari mana kau mengetahuinya?" Mi Young menautkan kedua alisnya. Ia tidak tahu jika Dae Hyun yang menjebloskannya ke penjara.     

"Soo Yin hampir saja menjadi korbannya. Aku tidak habis pikir jika kau menikah dengan pria seperti dia," ucap Dae Hyun.     

"Maaf, aku sudah menjebloskannya ke penjara," imbuhnya.     

"Jadi kau yang melakukannya?" Ada perasaan senang mengetahui hal itu.     

"Hmmm, sekali lagi aku minta maaf."     

"Tidak masalah, semoga itu bisa membuatnya jera."     

"Apa kau menyesalinya? Apa kau menyesal karena tidak mempertahankan hubungan kita?" Mi Young teringat saat orang tuanya mengatakan kepada Dae Hyun akan menjodohkannya dengan Je Ha. Dae Hyun bahkan diam saja tanpa melakukan pembelaan.     

"Tidak, aku tidak menyesal sama sekali. Berpisah denganmu membuatku bisa bertemu dengan Soo Yin meskipun waktunya sedikit terlambat," ujar Dae Hyun. Melirik wajah Mi Young sebentar yang berjalan beriringan.     

Mulut Mi Young terbungkam dengan pernyataan Dae Hyun yang cukup menyakiti hatinya. Padahal sepanjang hidupnya, pria itu yang selalu di hatinya. Ini jauh lebih sakit daripada melihat Je Ha membawa pria lain.     

"Apa kau tidak berpikir jika apa yang kau ucapkan menyakiti perasaanku?" ujar Mi Young dengan getir. Masih mengharapkan jika Dae Hyun mengatakan hal manis kepadanya.     

"Aku hanya ingin menjaga perasaan istriku. Apa yang terjadi denganmu hanyalah masa lalu. Aku tidak ingin mengungkitnya lagi." Pandangan Dae Hyun ke depan. Matanya langsung menangkap wajah Soo Yin yang terlihat cemberut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.