Istri Simpanan

Bab 324 - Jangan membicarakan pria lain di depanku



Bab 324 - Jangan membicarakan pria lain di depanku

Hari telah berganti dengan cepat. Hari ini waktunya Soo Yin memulai kuliah, ia bangun pagi-pagi untuk bersiap-siap pergi ke kampus. Ini hati pertama sehingga cukup membuat jantungnya berdebar.     

Pasalnya pertama masuk kampus pasti memiliki pengalaman tersendiri karena tidak memiliki siapapun yang dikenalnya kecuali Jae-hwa. Meskipun ada Li Sa, hubungan mereka tidak terlalu baik. Bertemu dengannya akan semakin menambah masalah.     

Soo Yin kini tengah menunggu taksi karena tidak ingin diantarkan oleh Chung Ho. Ia terkenal menjadi gadis biasa sehingga akan menimbulkan kecurigaan jika sampai diantar jemput. Terlebih lagi satu kampus dengan Li Sa yang pasti akan menghinanya.     

Soo Yin mengenakan gaun berlengan pendek sebatas lutut berwarna kuning cerah. Membiarkan rambutnya terurai di bahu, tak lupa semalam sudah memotong rambut bagian depan sehingga saat ini memiliki poni.     

Sebuah mobil Maybach silver menepikan mobilnya tepat di depannya. Wajah Soo Yin langsung terlihat ceria karena mengetahui siapa yang mengemudikannya. Kemudian berlari-lari kecil menghampiri.     

Dae Hyun keluar dari dalam mobil dengan dahi berkerut tatkala melihat penampilan Soo Yin kali ini yang berbeda dari biasanya. Terlihat sangat remaja sekali.     

"Kupikir kau tidak akan datang kemari." Soo Yin berhambur ke pelukan suaminya karena sudah beberapa hari mereka tidak bertemu.      

Dae Hyun pergi ke luar kota karena ada urusan sedangkan Soo Yin tidak bisa ikut karena harus menemani Kim Soo Hyun di rumah sakit untuk memulihkan kesehatannya.     

"Kau terlihat berbeda hari ini. Aku hampir saja tidak mengenali wajahmu," puji Dae Hyun. Sebenarnya urusannya belum selesai tapi mengingat ini hari pertama Soo Yin kuliah, terpaksa pulang untuk memberikan sedikit dukungan.     

"Benarkah?" Soo Yin melepaskan diri dari dekapan hangat pria yang dicintainya.     

"Sepertinya akan menambah pesaing cintaku menjadi lebih banyak lagi," ujar Dae Hyun dengan ekspresi wajah masam. Hal inilah yang paling ditakutkan olehnya jika Soo Yin akan terpesona oleh pria lain yang jauh lebih muda. Membuat Dae Hyun merasa tidak percaya diri.     

"Apakah aku harus mengubah wajahku agar menjadi jelek?" tanya Soo Yin sambil menautkan kedua alisnya.     

"Sepertinya itu ide yang bagus," sahut Dae Hyun menyetujui idenya.     

"Ughhh." Soo Yin mencebikkan bibirnya.     

"Tidak perlu, yang terpenting kau tidak boleh nakal." Dae Hyun terkekeh melihat kekhawatiran di wajah istri kecilnya. Dicubitnya hidung Soo Yin karena merasa gemas.     

"Masuklah, kita lanjutkan mengobrol di dalam." Dae Hyun membukakan pintu untuk istri kecilnya.     

Soo Yin menurut tanpa ada penolakan sama sekali.     

"Kau bilang minggu depan akan baru pulang, tapi kenapa sekarang sudah berada di Seoul." Soo Yin menyandarkan kepalanya di bahu Dae Hyun. Melampiaskan rasa rindu yang menggebu.     

Dae Hyun menggunakan sebelah tangannya untuk merengkuh pinggang sedangkan tangan satunya untuk mengemudi.     

"Apa kau tidak senang dengan kepulanganku?"      

"Aku hanya tidak menyangka kau benar-benar pulang. Kemarin kau bilang tidak bisa pulang." Soo Yin menegakkan tubuhnya ke posisi duduk bersandar di kursi. Takut mengganggu aktivitas Dae Hyun.     

"Demi dirimu apapun akan kulakukan. Aku bahkan baru saja dari bandara langsung kemari," ucap Dae Hyun.     

"Apa kau akan pergi lagi?"     

"Kemungkinan besar iya, sehingga baik-baik dan jaga diri lah. Katakan padaku jika kau mendapat kesulitan di kampus."     

"Baiklah. Sebelum berangkat temuilah Kim Soo Hyun. Sekarang kondisinya sudah mulai pulih meskipun belum bisa berjalan tapi ia sudah bisa merasakan kakinya kembali," ujar Soo Yin.     

"Apa kau setiap hari ke sana?" Dae Hyun merasa cemburu karena waktu Soo Yin kini lebih banyak digunakan untuk Kim Soo Hyun.     

"Baru dari kemarin aku tidak kesana. Seharusnya hari ini dia sudah mulai terapi, tapi sayang sekali aku tidak bisa ke sana" ujar Soo Yin dengan wajah cerianya sembari menghela nafas panjang. Salah satu hal yang membuat hidupnya bahagia adalah melihat Kim Soo Hyun bisa berjalan lagi.     

"Aku merasa lega akhirnya bisa melihat Soo Hyun tertawa lagi," imbuh Soo Yin. Tak henti-hentinya membicarakan pria lain di depan Dae Hyun. Tanpa menyadari suaminya yang sudah memasang wajah dingin.     

"Bisakah kau berhenti membicarakannya?" Dae Hyun akhirnya mengutamakan isi hatinya.     

Soo Yin menolehkan kepalanya ke arah sang suami yang menekuk wajahnya seperti benang kusut. Tersadar telah salah bicara Soo Yin menggigit bibir bawahnya begitu kuat.     

Kini Soo Yin memilih diam sambil duduk gelisah memainkan jemarinya. Wajahnya menunduk tidak berani memandang sang suami. Ia lupa jika Dae Hyun yg tidak suka jika dirinya membicarakan pria lain di depannya.     

Suasana sangat hening dan terasa sangat canggung. Soo Yin ingin berbicara lagi tapi tak ingin semakin membuat suaminya kesal.     

Dae Hyun melihat dari kaca spion, bibir Soo Yin yang berdarah. Lantas ia merogoh sapu tangan kecil yang ada di saku celananya. Membelokkan mobilnya ke dalam sebuah area restoran.     

"Kenapa kita kesini?" Soo Yin menautkan kedua alisnya. Ini masih jauh dari kampusnya.     

"Apa kau begitu lapar sehingga ingin memakan bibirmu sendiri?" Dae Hyun menoleh ke arah Soo Yin dengan wajah datar.     

Soo Yin memegang bibirnya, mencoba meraba-raba untuk merasakannya.      

"Auhh," erang Soo Yin saat merasakan perih pada bibinya.     

Dae Hyun menjulurkan kepalanya untuk lebih dekat dengan Soo Yin. Membuat jantungnya semakin berdegup kencang karena jarak wajah mereka sangat dekat.     

Dae Hyun menempelkan bibirnya di bibir Soo Yin, membuatnya terbelalak lebar hingga hampir melotot. Namun tetap diam saja di tempatnya.     

Pria itu mengecup berulang kali bekas noda darah yang tidak seberapa. Membersihkannya dengan perlahan hingga menyisakan kecupan manis di antara keduanya.     

"Berapa kali sudah kukatakan jika kau tidak boleh menyakiti dirimu sendiri. Kau bahkan tidak mendengarkan apa yang kukatakan," ucap Dae Hyun setelah melepaskan kecupannya. Lantas diusapnya bibir Soo Yin dengan sapu tangan untuk merapikan lipstik yang agak berantakan karena ulahnya.     

"Aku tidak akan mengulanginya lagi," ucap Soo Yin.     

"Bukankah sudah kukatakan jika berbicara jangan menunduk seperti itu. Tegakkan kepalamu," ujar Dae Hyun sambil memegang dagu Soo Yin. Mengangkatnya hingga kedua bola mata mereka saling beradu. Tatapan cinta dan kasih tergambar pada keduanya.     

"Kau tadi tampak menyeramkan," ucap Soo Yin dengan jujur.     

"Jangan membicarakan pria lain lagi di depanku. Ini adalah untuk yang terakhir kalinya atau aku akan menghukummu," ucap Dae Hyun menatap kedua bola mata Soo Yin dengan intens membuat sang empunya salah tingkah.     

"Hukuman?" Soo Yin mencebikkan bibirnya bersamaan dengan kedua alisnya yang saling bertautan.     

"Seorang istri yang berbuat nakal harus dihukum," ujar Dae Hyun.     

"Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi."     

"Baguslah, sekarang ayo kita sarapan terlebih dahulu," ajak Dae Hyun.     

Soo Yin mengikuti langkah Dae Hyun untuk turun dari mobil. Mereka sarapan terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.