Istri Simpanan

Bab 323 - Penyemangat



Bab 323 - Penyemangat

0Kim Soo Hyun saat ini seperti berada di  tempat asing yang tidak pernah dilihatnya. Dengan cahaya gelap yang mendominasi hingga perlahan ada sebuah sinar besar datang meraihnya.  Ketika sudah berhasil mendekat, sinar itu justru bergerak menjauh.     
0

Tempat yang tadinya terang perlahan gelap karena tak lagi ada sinar. Ia terus mengejar sinar itu yang semakin sangat jauh hingga membuatnya lelah dan ingin menyerah saja.      

Kim Soo Hyun duduk bersimpuh, sampai akhirnya sayup-sayup terdengar suara isak tangis. Ia mengenali suara itu adalah milik gadis yang sangat dicintainya. Bayangan wajah cantiknya tiba-tiba ada di lorong di tengah-tengah cahaya.     

Melihat gadis cantik itu, semangat Kim Soo Hyun kembali menggelora. Ingin ia raih jemari bidadari yang terus melambai ke arahnya. Dengan semangat dan tidak ada keraguan Kim Soo Hyun akhirnya berhasil mendekatinya.     

"Soo Yin," ucap Kim Soo Hyun ketika berhasil meraih tangan gadis itu.      

°     

"Kim Soo Hyun, bangun," teriak Soo Yin histeris, Dae Hyun yang berada di sampingnya terus menenangkannya.     

Soo Yin terus menggenggam erat jemari Kim Soo Hyun di sebelah kanan sedangkan Ny. Park berada di sebelah kiri yang memeluk tubuh sang putra sambil sesenggukan.     

Perawat baru saja selesai  melepaskan semua peralatan medis yang membantu Kim Soo Hyun bertahan. Namun disayangkan jika kondisinya saat ini tak tertolong lagi.     

Hingga Soo Yin merasa ada sesuatu yang bergerak di dalam genggamannya. Matanya menoleh memandang sesuatu yang menimbulkan gerakan pelan.     

"Ibu, jari Kim Soo Hyun bergerak," teriak Soo Yin dengan penuh semangat. Seutas senyum terukir bersamaan dengan air mata yang terus mengalir.     

Dae Hyun yang berada di sisi Soo Yin lantas mengamati tangan Kim Soo Hyun yang memang ternyata bergerak. Ia  segera keluar dari ruangan untuk memanggil dokter agar segera dilakukan pemeriksaan terhadap saudaranya.     

Semua orang menyingkir ketika dokter dan perawat datang. Dokter tampak sangat terkejut dengan kondisi Kim Soo Hyun. Ketika mereka meninggalkan ruang ICU keadaannya sudah sangat lemah karena oksigen di dalam darahnya juga sudah berkurang. Jantung puntak lagi berdetak. Itulah sebabnya ia memberi izin masuk untuk terakhir kalinya para keluarga pasien melihatnya.     

Perawat lantas memasang semua peralatan medis kembali di tubuh Kim Soo Hyun. Para perawat meminta semua orang untuk keluar agar mereka fokus dalam menangani pasien.     

°     

Beberapa waktu kemudian ...     

"Soo Yin," ucap Kim Soo Hyun lirih. Perlahan matanya mulai terbuka. Meski berat ia berusaha menggerakkan jari tangannya.     

"Kim Soo Hyun!" Ny. Park menangis histeris bercampur bahagia melihat putranya membuka mata kembali. Ia Padahal sudah berpikir buruk tentangnya.     

Soo Yin juga merasa sangat bahagia karena Kim Soo Hyun terbangun dari tidur panjangnya. Ia tidak perlu memikirkan rasa bersalah yang mungkin akan dia tanggung seumur hidupnya.     

"Tuan, akhirnya kau bangun," ujar Soo Yin. Bibirnya melukis senyuman yang mampu membuat hati Kim Soo Hyun bergetar.     

"Soo Yin," ucap Kim Soo Hyun. Tangannya terangkat hendak meraih pipi gadis yang dicintainya. Mengusapnya dengan penuh kelembutan.     

"Tuan, syukurlah kau sudah terbangun saat ini. Aku sangat senang," ujar Soo Yin. Tanpa memperdulikan tatapan masam dari Dae Hyun.     

Dae Hyun memejamkan matanya sejenak untuk meredam segala emosi yang merasuk di dada. Antara bahagia bercampur kesal saat ini terasa di hatinya.     

'Lihatlah nanti jika kau sudah sembuh, tidak akan kubiarkan kau menyentuh istriku,' ~ gerutu Dae Hyun. Tidak tahan merasakan cemburu di dadanya, Dae Hyun memilih keluar dari ruangan.     

Park Ji Hoon mengikuti langkah putra bungsunya keluar karena menyadari ada sorot kemarahan terpancar dari matanya. Jangan sampai membuat keributan di saat saudaranya baru terbangun.     

"Kim Soo Hyun," ucap Ny. Park . Lantas mendaratkan ciuman bertubi-tubi pada kedua pipi putranya. Wajahnya kini terlukis kebahagiaan yang tidak bisa tergambarkan. Ini sungguh keajaiban melihatnya bisa membuka mata lagi.     

'Terima kasih, Tuhan.' ~ Dalam hati Ny. Park terus mengucapkan rasa syukur karena doanya terkabulkan     

Kim Soo Hyun memandang secara bergantian pada kedua wanita yang sangat dicintainya. Lantas tersenyum berusaha untuk duduk bersandar di sisi ranjang.     

"Bu, kenapa kakiku sangat sulit untuk bergerak?" ujar Kim Soo Hyun sambil berusa menggerakkan kedua kakinya secara bergantian.     

"Dokter, kenapa dengan kakinya?" ujar Ny. Park sembari memijat kaki putranya.     

"Untuk sementara waktu pasien kemungkinan tidak bisa berjalan karena luka di kakinya juga cukup parah," ujar Dokter Wang yang masih berdiri di sana untuk mengontrol perkembangan pasien.     

"Apa? Maksud anda dia lumpuh?" Bagaikan ada benda tumpul menghujam jantung Ny. Park mendengar kabar buruk yang selalu menimpa putranya.     

"Hanya untuk sementara waktu, setelah dilakukan perawatan dan terapi kondisinya akan pulih kembali," ucap Dokter Wang untuk memberikan semangat kepada pasien.     

"Itu tidak akan lama kan, Dokter?" Ny. Park memastikan jika apa yang terjadi oada putranya tidak terlalu fatal.     

"Jika dia memiliki semangat yang besar maka kondisi tubuhnya akan cepat pulih."      

Setelah dokter sudah memastikan jika kondisi pasien membaik. Ia lantas pergi meninggalkan ruang ICU. Memberikan waktu agar keluarganya bisa mengobrol.     

Soo Yin membantu Kim Soo Hyun untuk bersandar di sisi ranjang dengan menggunakan bantal sebagai sandaran.     

"Soo Yin, maaafkan Aku yang tidak bisa datang," ucap Kim Soo Hyun. Saat ini sudah teringat kecelakaan yang terjadi pada dirinya.     

"Tidak apa," sahut Soo Yin. Sekarang dirinya bisa merasa lega karena pria itu yang bangun, tak ada lagi kecemasan di hatinya.     

"Apa maksudmu?" Ny. Park menautkan kedua alisnya untuk mencerna ucapan putranya.     

"Malam itu aku dalam perjalanan untuk menemui Soo Yin." Terlintas di benak Kim Soo Hyun apa yang membuatnya saat itu teralihkan dari fokusnya. Namun melihat mata Soo Yin yang matanya bengkak, tak mungkin jika dia mengkhianatinya.     

Kepercayaannya pada Soo Yin tidak semudah itu untuk dihancurkan. Itu pasti karena ada seseorang yang berniat menjauhkan dirinya dengan Soo Yin.     

Soo Yin menunduk, perasaannya takut dengan tatapan Ny. Park kepadanya. Jika sebentar lagi dia marah maka Soo Yin akan pasrah. Mungkin saja akan menyalahkannya.     

"Lain kali jika ingin bertemu jangan cari tempat yang terlalu jauh. Kalian bisa berbicara apapun di rumah." Ny. Park hanyalah seorang ibu dari kebanyakan wanita dari luaran sana yang sering menggerutu dengan tindakan anaknya.     

Tidak lama kemudian Dae Hyun dan Park Ji Hoon menyusul ke dalam ruangan.     

"Bagaimana perasaanmu? Apa sudah baikan?" tanya Dae Hyun dengan ekspresi datar. Tak bisa merubah ekspresinya.     

Senang karena akhirnya Kim Soo Hyun bisa tersadar sehingga Soo Yin tidak bersedih lagi. Tidak senangnya karena persaingan cinta di antara mereka semakin kuat.     

"Berkat Soo Yin aku ingin bertahan hidup. Bagiku dia adalah penyemangatku. Terima kasih Kakak, berkatmu aku bisa bertemu dengannya," ujar Kim Soo Hyun sambil tersenyum melirik Soo Yin yang berada di sampingnya.     

Rahang Dae Hyun semakin menegang mendengar penuturan adiknya. Sangat menyesal dahulu meminta Soo Yin menjadi sekretarisnya. Jika itu tidak dilakukannya, maka Soo Yin tidak akan pernah kenal adiknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.