Istri Simpanan

Bab 319 - waktu cepat berlalu



Bab 319 - waktu cepat berlalu

0Niatnya ingin pergi ke toko buku hari ini harus gagal karena Dae Hyun bahkan tak membiarkan Soo Yin untuk turun dari ranjang. Setelah masuk kamar sejak pulang tadi, mereka belum ada keluar sama sekali.     
0

Bibi Xia yang sudah menyiapkan makan siang bahkan tidak berani mengganggu. Ia tahu jika majikannya sekarang jarang sekali bersama. Mengerti pula akan gairah daun muda yang sedang memanas.     

Kepala Soo Yin agak sempoyongan setelah kelelahan karena penyatuan cinta mereka. Soo Yin membalut tubuhnya dengan selimut dengan kondisi yang sudah memerah karena stempel kepemilikan yang Dae Hyun buat. Soo Yin lantas memijakkan kakinya ke lantai untuk berpindah tempat duduk di depan cermin. Ia merasa ngeri melihat dadanya ketika di cermin. Seperti terkena suatu penyakit atau gigitan serangga hingga membuatnya bergidik.     

"Mau kemana?" ujar Dae Hyun dengan suara parau, tangannya terulur memegang pergelangan Soo Yin. Setelah beraktivitas panas bersama Soo Yin cukup menguras tenaganya.     

"Aku ingin mandi," sahut Soo Yin sembari berusaha melepaskan pergelangan tangannya. Lantas menyeret kakinya dengan terseok-seok menuju kamar mandi, setiap melakukannya tubuhnya terasa remuk. Bahkan kakinya terasa pegal hingga ada luka memar di beberapa bagian.     

Dae Hyun mengusap rambutnya gusar sambil mencoba duduk bersandar di kepala ranjang. Ia memandang jam yang sudah menunjukkan pukul empat sore. Tak terasa jika waktu cepat sekali berlalu. Padahal rasanya baru saja sebentar berada di villa.     

Ada waktu beberapa jam lagi untuk mereka istirahat. Setelah itu mereka harus bergantian dengan orang tuanya menjaga Kim Soo Hyun.     

Setelah beberapa saat akhirnya, Soo Yin keluar dari kamar mandi. Sudah memakai pakaian lengkap, hanya rambutnya saja yang masih terbalut handuk. Soo Yin tidak ingin mengambil resiko jika hanya memakai handuk saja.     

"Bangunlah, apa kau tidak ingin mandi. Kau bahkan sejak pagi tidak mandi," gerutu Soo Yin sambil melihat suaminya yang masih terbaring di atas ranjang. Tampak sangat malas-malasan padahal biasanya dia yang sangat rajin.     

"Aku sudah mandi keringat," sahut Dae Hyun sambil membuka sedikit matanya.     

"Ughhh!" umpat Soo Yin.     

"Jika kau lelah sebaiknya nanti malam tidak usah datang ke rumah sakit," ujar Dae Hyun.     

"Tidak, aku baik-baik saja. Aku akan meminta Jean menemaniku kembali," sahut Soo Yin. Ia duduk di depan cermin sambil mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.     

"Tidak usah terlalu merasa bersalah, kau juga butuh istirahat." Dae Hyun yang masih bertelanjang dada menggeser tubuhnya mendekati Soo Yin.     

"Jangan macam-macam," sergah Soo Yin sebelum Dae Hyun mendekatkan wajahnya ke pundaknya.     

"Sayang, aku masih rindu," rengek Dae Hyun.     

Soo Yin menolehkan wajahnya sambil melotot ke arah Dae Hyun. Berpikir jika suaminya itu maniak se*s.     

"Tidak usah berpikiran mesum lagi. Apa kau tidak lihat bekas merah yang ada di leherku? Ini bahkan tidak akan hilang selama dua hari," ucap Soo Yin sambil mencebikkan bibirnya ke depan.     

"Bukankah aku hanya mengatakan jika aku rindu? Apa ada yang salah dengan kata-kataku?" ujar Dae Hyun sambil mengulum senyum. Jika tertawa pasti Soo Yin akan marah.     

"Sudahlah, lupakan saja. Sekarang pergilah untuk membersihkan diri. Setelah makan malam kita akan pergi ke rumah sakit," ujar Soo Yin seraya berdiri.     

"Lalu, kau mau kemana?"     

"Aku ingin keluar. Apa kau tidak sadar jika sejak tadi tidak kemana-mana? Hanya di kamar, aku butuh menghirup udara segar," ucap Soo Yin berhenti sejenak kemudian melangkah pergi.     

"Baiklah, aku akan menyusul setelah selesai mandi."     

Soo Yin ke taman belakang villa. Sudah beberapa hari dia tidak melihat tanaman yang ada di sana.     

Ternyata ada Chung Ho di sana yang tampak tengah menanam sesuatu di dalam pot. Berkatnya taman itu terlihat jauh lebih indah dengan pot yang tertata sangat rapi.     

"Chung Ho, apa yang kau sedang tanam?" tanya Soo Yin sambil berjalan menghampirinya.     

"Aku hanya menanam lavender, Nona," sahut Chung Ho. Tanganya tengah berkutat pada media tanam.     

"Bolehkah aku membantu?" Soo Yin lantas berjongkok di depan pria itu.     

"Tentu saja, Nona," sahut Chung Ho. Meski usianya masih muda tapi dia memang gemar menanam sesuatu. Sehingga di sela-sela pekerjaannya ia putuskan untuk membuat taman kecil itu jauh lebih indah.     

Setelah selesai mandi Dae Hyun menyusul sang istri. Ia kini tengah bersandar miring di tengah pintu. Melihat istri kecilnya yang tampak sangat asyik bercocok tanam bersama Chung Ho. Kemudian menghampiri mereka sambil membawa dua botol air mineral, barangkali mereka haus. Ia duduk di bangku panjang yang letaknya tidak terlalu jauh.     

Chung Ho menjaga jarak dengan Soo Yin ketika melihat sorot mata yang tajam terus memandang ke arah mereka. Ia tahu dari bibi Xia agar jangan terlalu akrab dengan Soo Yin meskipun sering kali menjadi supir pribadinya.     

"Sayang, kemarilah," ajak Soo Yin sambil melambaikan tangannya.     

Dae Hyun hanya berdiam di tempatnya. Menggoyangkan kakinya yang menyilang saling menindih. Ia tidak terlalu suka melakukan hal-hal seperti itu.     

"Sudahlah, ayo ke dalam. Hari sudah mulai petang," ajak Dae Hyun.     

"Sebentar lagi, tunggu sampai matahari tenggelam," ujar Soo Yin. Belakang villa menghadap langsung ke pemandangan hijau pepohonan. Soo Yin tidak pernah merasa bosan berada di sana jika sendirian.     

Soo Yin mengusap wajahnya yang gatal dengan tangan yang terkena tanah, membuat kotor di pipinya. Chung Ho hendak membantu membersihkannya tapi mengurungkan niatnya. Tatapan tajam sejak tadi terus mengamati mereka.     

"Nona, sebaiknya masuk saja. Ini sudah sore, biarkan aku melanjutkannya sendiri," ujar Chung Ho.     

"Baiklah." Soo Yin menurut lantas menghampiri suaminya.     

"Lihatlah wajahmu kotor terkena tanah," ujar Dae Hyun.     

"Tetaplah di sini, aku akan ke dalam sebentar," pinta Soo Yin lalu masuk ke dalam rumah yg untuk mencuci wajahnya.     

Dae Hyun rasanya sudah sangat ingin hidup damai dan tenang bersama Soo Yin. Ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Soo Yin. Memberikan seluruh perhatian dan kasih sayang hanya kepadanya seorang. Tanpa khawatir ada yang mengganggu.     

Tak lama kemudian Soo Yin kembali sambil membawa ponsel di tangannya. Ia terlonjak kaget karena suara dering ponsel sehingga hampir saja membuangnya.     

Ada nama ibu yang tertera di layar ponsel. Itu berarti Ny. Park yang menghubunginya. Soo Yin menghampiri Dae Hyun sambil melihat layar ponselnya.     

"Siapa?" tanya Dae Hyun penasaran. Pasalnya jarang sekali ada yang menghubungi Soo Yin jika bukan orang disekitarnya.     

"Ibu," sahut Soo Yin sambil hendak mendaratkan bokongnya di bangku tapi Dae Hyun lebih dulu menarik pinggang Soo Yin agar duduk di pangkuannya.     

Soo Yin tidak menolak karena sedang menjawab telepon.     

"Hallo, Bu. Apa ada sesuatu yabg terjadi?" tanya Soo Yin.     

"Ibu hanya memberitahumu untuk malam ini tidak usah datang ke rumah sakit."     

"Memangnya kenapa, Bu?" Balas Soo Yin dengan cepat dan tergagap. Ia khawatir apa yang terjadi semalam diketahui oleh mereka.     

"Sebaiknya kau istirahat saja karena malam ini banyak keluarga yang akan menginap di sini," ujar Ny. Park.     

"Baiklah, Bu. Aku akan ke sana besok pagi."     

Setelah percakapan singkat, akhirnya Soo Yin mematikan sambungan telepon lalu mendesah pelan.     

"Ada apa?" tanya Dae Hyun melihat wajah sang istri yang ditekuk pasca menerima panggilan.     

"Malam ini tidak jadi ke rumah sakit."     

"Benarkah?" Antara bahagia sekaligus sedih yang Dae Hyun rasakan kali ini.     

Soo Yin menganggukan kepalanya sekali lagi.     

Dae Hyun mendekap Soo Yin yang ada di pangkuannya dengan sangat erat. Akhirnya malam ini bisa bersamanya kembali. Dae Hyun mulai menggigit kecil tengkuk Soo Yin hingga membuat gelayar aneh itu datang kembali.     

"Dae Hyun, berhentilah jangan terus menggodaku," rengak Soo Yin karena tubuhnya merasa geli.     

"Akhirnya malam ini kita bersama lagi," ucap Dae Hyun dengan raut wajah yang begitu senang. Meski bayangan Kim Soo Hyun yang terbaring mengganggu pikirannya.     

Chung Ho yang melihat pemandangan tersebut memilih menyudahi apa yang sedang dilakukannya. Melihat mereka yang sedang memadu kasih membuatnya tidak tahan. Chung Ho tidak habis pikir jika Soo Yin sudah sangat merubah.     

Ia teringat kembali bagaimana Soo Yin yang marah-marah saat pertama kali datang ke villa. Sampai beberapa kali mencoba untuk kabur. Sungguh tidak disangka jika mereka saat ini tampak sangat akur dan terlihat bahagia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.