Istri Simpanan

Bab 318 - Ingin menghabiskan waktu bersama



Bab 318 - Ingin menghabiskan waktu bersama

0Sepanjang perjalanan Soo Yin duduk gelisah dengan wajah yang cemberut. Selama satu jam akhirnya mereka sampai di villa Pyeongchang-dong. Dengan tergesa-gesa karena ingin buang air kecil, Soo Yin membanting pintu mobil kuat-kuat. Melangkahkan kakinya terlebih dahulu memasuki rumah tanpa peduli Dae Hyun yang berteriak agar berjalan hati-hati.     
0

Soo Yin pergi ke arah dapur untuk mencari kamar mandi karena sudah tidak tahan lagi. Sungguh tidak habis pikir jika suaminya sangat berlebihan seperti itu. Kini ia keluar setelah keinginannya tercapai. Perutnya sudah terasa plong karena tak ada lagi yang perlu ditahan.     

"Kenapa Nona berlari?" tanya Bibi Xia yang sedang bersih-bersih.     

"Aku hanya ingin buang air kecil, Bi. Hampir saja aku tak kuat menahannya," ucap Soo Yin sambil melirik suaminya yang memasang ekspresi datar. Merasa heran karena mengikutinya ke arah dapur.     

"Apa Nona dan Tuan akan sarapan?" tanya bibi Xia.     

"Tidak, Bi. Kami sudah sarapan, tapi jika Bibi akan memasak lebih baik untuk makan siang saja," ujar Soo Yin.     

Tadi ia hanya makan sedikit sehingga sebentar lagi mungkin akan merasa lapar.     

"Baik, Nona."     

Soo Yin melangkah melewati suaminya yang hanya mematung berdiri di dekat meja makan. Setelah kecelakaan yang terjadi pada adiknya, Soo Yin merasa jika Dae Hyun lebih banyak diam. Tidak seperti biasanya ketika selalu berbicara lebih banyak ketika bersamanya.     

Soo Yin menghempaskan tubuhnya di ranjang sejenak, padahal tadinya langsung berniat ingin mandi. Biasanya Soo Yin akan langsung tertidur setelah pulang dari rumah sakit sampai. Namun karena berhubung semalam sudah tidur matanya sekarang belum mengantuk.     

Dae Hyun ikut berbaring di samping Soo Yin. Matanya memandang langit-langit kamar. Beberapa hari belakangan Dae Hyun memang jarang pulang ke villa karena takut mengganggu istirahat Soo Yin. Berhubung semalam sudah tidur, sekarang dirinya tidak perlu khawatir lagi.     

Mereka saling terdiam dengan pikiran masing-masing. Hingga Soo Yin menoleh ke arah suaminya. Perasaan dongkolnya masih membekas di hati.     

"Ada apa menatapku seperti itu? Apa kau merindukanku?" ucap Dae Hyun masih tetap dalam posisinya.     

Soo Yin segera memalingkan wajahnya dan membalikkan tubuhnya menghadap ke arah lain membelakangi Dae Hyun.     

Dae Hyun yang kini justru menoleh lalu mengulurkan tangan untuk mengaitkan jari mereka agar bersatu. Saat ini ingin rasanya ia mengeluh dengan kehidupan yang baginya sangat tidak adil. Jalan yang harus ditempuh untuk bersama Soo Yin sepertinya terasa masih panjang.     

Meskipun Soo Yin tidak pernah mengeluh dengan statusnya tapi Dae Hyun yang merasa cemas jika kelak Soo Yin meninggalkannya. Pernikahan mereka tidak tercatat di catatan sipil. Hanya ada pemuka agama saja saat itu yang menikahkan mereka.     

"Soo Yin, bagaimana kalau kita sudah pergi jauh sekarang dari sini?" ujar Dae Hyun untuk memecah keheningan yang terjadi. Berdua tapi saling diam itu sangat tidak menyenangkan.     

Soo Yin lantas membalikkan tubuhnya.     

"Apa kau sudah gila? Kim Soo Hyun bahkan belum sadar, bagaimana jika kondisi ibu semakin buruk? Apa kau tidak lihat tubuhnya sekarang yang sudah kurus?" tukas Soo Yin sambil melirik suaminya yang tetap tenang. Tujuan Soo Yin menerima permintaan ibu mertuanya bukan semata-mata karena Kim Soo Hyun tapi ia juga merasa kasihan dengan Ny. Park yang terkadang kehilangan harapan.     

"Aku khawatir jika Kim Soo Hyun bangun justru akan mempersulit untuk kita bersama," ujar Dae Hyun sembari meneguk salivanya.     

"Tidak mungkin hal itu terjadi. Justru jika kita pergi sekarang maka keluarga besarmu akan sangat sulit. Ibu pasti akan syok dan semakin banyak pikiran."     

Dae Hyun menghela nafas berat seraya memejamkan mata agar bisa berpikir logis dan bertindak dengan rasional.     

"Aku memang ingin kita bersama. Namun aku tidak mau jika ada masalah yang membuntuti di belakangnya." Soo Yin memiringkan tubuhnya lantas merangkul dada bidang Dae Hyun. Mengusapnya pelan untuk memberikan sentuhan di sana.     

"Jika menunggu tidak ada masalah, pasti itu akan membutuhkan waktu lama karena sepertinya masalah selalu datang seolah ingin memisahkan kita." Dae Hyun mengungkapkan perasaan kalutnya. Ia pikir setelah bercerai dengan Aeri bisa bebas tapi faktanya Kim Soo Hyun juga berusaha menghalang-halangi kebahagiaan mereka.     

"Percayalah, kita tidak akan terpisahkan. Untuk sementara jalani saja hidup ini seperti air mengalir. Aku tidak ingin membuat ibu merasa sedih," ucap Soo Yin. Ia hanya membayangkan jika suatu saat menjadi seorang ibu pasti akan mengkhawatirkan kehidupan putra putrinya.     

"Sejak kapan istriku yang manis ini bisa berpikiran dewasa?" Dae Hyun terkekeh untuk mencairkan suasana serius di antara mereka.     

"Setiap aku ingin melakukannya," sahut Soo Yin dengan enteng.     

"Aku semakin mencintaimu jika kau selalu seperti ini," ujar Dae Hyun sembari membalas pelukan sang istri.     

"Lain kali jangan mengemudikan mobil seperti siput lagi. Kau pikir tidak bosan berada di dalam mobil terus." Baru saja mendapatkan pujian karena sikapnya yang manis. Kini Soo Yin sudah bersikap seperti semula.     

"Bukankah kukatakan jika aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu," ucap Dae Hyun untuk mengulangi ucapannya.     

"Memang benar, tapi jika seperti tadi maka itu hanya akan membuang waktu di perjalanan," ujar Soo Yin. Tangannya tanpa sadar kini sudah menyusup di dalam baju Dae Hyun.     

"Bisakah tanganmu berhenti untuk bermain-main?" ujar Dae Hyun. Sentuhan jari Soo Yin sungguh sangat mengganggunya.     

Menyadari jika apa yang dilakukannya sudah membangunkan beruang tidur, Soo Yin segera menarik tangannya.     

"Temani aku ke toko buku, sepertinya sebentar lagi aku akan masuk kuliah," ujar Soo Yin. Setidaknya sebelum masuk ia sudah mempersiapkan diri dengan membaca buku lebih banyak.     

"Tidak untuk hari ini. Jika kau mau, besok saja kita ke toko buku," ujar Dae Hyun.     

"Memangnya kenapa?" Soo Yin menegakkan kepalanya sedikit untuk menatap Dae Hyun dengan bibir yang maju sedikit ke depan.     

"Hari ini aku ingin menghabiskan waktu bersamamu di villa. Apa kau tidak merindukanku?"     

Dengan sangat cepat kini Dae Hyun membalikkan tubuh Soo Yin hingga saat ini posisi Soo Yin berada di bawah kungkungannya. Kedua tangannya ia cekal agar tidak bisa meronta.     

Soo Yin merasakan jantungnya yang langsung berdegup kencang tak tentu arah. Nafas mereka saling menerpa wajah satu sama lain. Hati Soo Yin semakin berdebar saat Dae Hyun menatapnya.     

"Bukankah setiap malam kita selalu bersama?" ujar Soo Yin pura-pura tidak menyadari apa yang dimaksud oleh Dae Hyun.     

"Memang kita selalu bersama tapi kita selalu berjauhan. Baru semalam kita dekat," ucap Dae Hyun dengan bibir mereka yang sudah sangat dekat.     

"Bibi," ujar Soo Yin untuk mengalihkan perhatian Dae Hyun agar terlepas dari kungkungannya.      

Dae Hyun meregangkan cekalannya kemudian menoleh ke arah pintu. Hal itu digunakan Soo Yin untuk melepaskan diri.     

"Aku membersihkan diri dulu." Setelah berhasil lepas, Soo Yin bergegas ke kamar mandi dan menutup pintu rapat-rapat.     

"Dasar gadis nakal!" ujar Dae Hyun. Memilih membaringkan tubuhnya kembali ke ranjang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.