Istri Simpanan

Bab 317 - Lambat asal selamat



Bab 317 - Lambat asal selamat

0Dokter memeriksa mulai dari detak jantungnya yang mulai stabil, tekanan darahnya juga normal. Semua bisa dilihat dari monitor yang terpasang di samping ranjang hampir sejajar dengan kepala Kim Soo Hyun.     
0

"Bagaimana keadaan putraku, Dokter? Apakah sebentar lagi dia akan bangun?" ujar Ny. Park dengan penuh harap agar dokter mengabarkan hal baik mengenai putranya. Setengah bulan itu waktu yang sangat lama baginya. Dia rindu bagaimana Kim Soo Hyun yang suka bercanda hanya dengan hal-hal kecil.     

"Sebenarnya ada peningkatan mengenai kondisi tubuhnya serta alat vital lainnya tapi kami tidak bisa memastikan kapan dia akan tersadar," ujar Sang Dokter.     

"Kalau begitu, aku harus pergi untuk memeriksa pasien lain," pamit sang dokter yang sudah setengah jam berada di sana.     

"Terima kasih, Dok," ujar Park Ji Hoon.     

Dokter pria yang bernama Wang itu tersenyum lalu meninggalkan ruangan itu. Setiap hati memeriksa Kim Soo Hyun, sebenarnya tidak tega jika terlalu memberikan harapan besar untuk keluarganya. Namun tak mungkin pula ia mematahkan semangat wanita yang sudah melahirkannya.     

"Kim Soo Hyun, cepatlah bangun," ujar Ny. Park sambil mengusap rambut putranya. Ia duduk di kursi dengan tatapan mata yang selalu tertuju pada Kim Soo Hyun.     

"Sabarlah, aku yakin sebentar lagi dia akan terbangun." Setiap hari Park Ji Hoon berusaha menguatkan sang istri.     

Setelah memastikan Dokter sudah keluar, Jean dan Soo Yin bergantian masuk ke dalam kamar untuk berpamitan pulang. Sedangkan Dae Hyun sudah pergi keluar terlebih dahulu.     

"Ibu, kami pulang terlebih dahulu," pamit Soo Yin sambil menghela nafas berat.     

"Baiklah, Sayang. Terima kasih karena kau mau menuruti permintaanku menemani Kim Soo Hyun setiap malam," ujar Ny. Park sambil memegang kedua tangan Soo Yin.     

"Tidak apa, Bu," ujar Soo Yin. Sebisa mungkin ia menyunggingkan senyuman tipis di bibirnya.     

"Aku juga pulang, Nyonya," pamit Jean.     

"Terima kasih juga untukmu, Jean. Kau mau menemani Soo Yin padahal tidak terlalu dekat dengan Kim Soo Hyun," ujar Ny. Park sambil menatap mata Jean yang menunduk.     

Jean hanya menganggukkan kepalanya karena gugup.     

Sebelum keluar Soo Yin mengambil tas dan mantelnya terletak dahulu sebelum akhirnya keluar. Baru saja mereka menutup pintu hendak keluar, Shin-hye datang bersama sang suami.     

Shin-hye tampak mengingat wajah Soo Yin yang sepertinya tidak asing di matanya. Mereka pernah bertemu beberapa kali.     

"Selamat pagi, Bibi," sapa Soo Yin ramah.     

"Bukankah kau kekasih Kim Soo Hyun?" Shin-hye mulai teringat jika Soo Yin yang waktu itu datang ke pesta pernikahan Hyun Bin.     

Soo Yin hanya tersenyum tipis tidak berani menanggapi perkataan Shin-hye.     

"Bersabarlah, sebentar lagi pasti Kim Soo Hyun tersadar. Dia sangat beruntung memiliki kekasih seperti dirimu yang selalu setia menemaninya," ucap Shin-hye sambil menepuk pundak Soo Yin.     

Bagaikan ada benda keras yang menghujam keras di jantung Soo Yin. Pujian itu sangat tidak pantas sekali ditujukan kepada dirinya. Justru ia merasa di sini orang yang harus bertanggung jawab atas Kim Soo Hyun adalah dirinya. Meski demikian, Soo Yin tidak akan berani mengatakannya karena dirinya terlalu pengecut.     

"Kau pasti lelah setelah semalam menunggu di sini. Sekarang pulang dan istirahatlah," ujar Shin-hye.     

"Terima kasih, Bibi. Kalau begitu kami pulang terlebih dahulu," ujar Soo Yin.     

Selama melewati koridor dan lift hingga lantai bawah, Soo Yin tetap terdiam dan murung. Tak ada sepatah katapun ia lontarkan meskipun ada Jean bersamanya.     

"Soo Yin, Tidak usah merasa bersalah seperti itu. Mungkin Tuhan memang sudah mengaturnya," ujar Jean untuk memberikan sedikit dukungan.     

"Terima kasih, Jean. Kau memang sahabat terbaikku," ujar Soo Yin. Sungguh ia merasa malu kepada Jean perihal semalam.     

Soo Yin pikir Dae Hyun sudah pulang duluan ke UN Village. Namun ternyata pria itu masih berada di parkiran. Ia bersandar duduk di bagian depan mobil sambil menyipitkan matanya untuk menghalangi cahaya matahari yang silau.     

Soo Yin menghampiri suaminya, barang kali ada sesuatu yang ingin dia katakan sebelum pulang.     

"Kenapa belum pulang?" tanya Soo Yin sambil mengerutkan keningnya.     

"Tentu saja menunggumu," sahut Dae Hyun dengan kedua tangan yang terlipat di dadanya.     

"Kupikir kau sudah pergi terlebih dahulu," sahut Soo Yin, Lalu ia menoleh ke arah Jean.     

"Jean, pulanglah bersama kami," ajak Soo Yin.     

"Tidak usah, sebaiknya aku pulang sendiri saja karena aku ingin pergi ke suatu tempat. Berhati-hatilah kalian di jalan," ucap Jean.     

Sebelum Soo Yin menjawabnya, Jean sudah berjalan cepat keluar area rumah sakit. Berdiri di pinggir jalan untuk menunggu taksi datang. Tidak lama kemudian taksi sudah berhenti di depannya sehingga Jean langsung masuk dan pergi meninggalkan mereka.     

Soo Yin hanya menghela nafas pelan sambi mengamati Jean, taksi yang dinaikinya perlahan sudah tak nampak lagu. Sudah melaju menembus jalanan pagi hari di Seoul.     

"Ayo pulang, aku masih ingin tidur," ajak Dae Hyun. Lalu dibukanya pintu agar Soo Yin masuk ke dalam mobil.      

Kebetulan sekali jika hari ini tidak masuk kerja sehingga Dae Hyun gunakan untuk istirahat di villa Pyeongchang-dong saja. Dia tidak ingin kembali ke UN Village karena kemarin ia baru saja kesana menemui sang putra.     

Soo Yin terdiam menuruti perintah Dae Hyun untuk masuk ke dalam mobil.     

Mobil kini perlahan melaju di jalan raya, Dae Hyun tidak berani mengemudikan mobilnya terlalu laju karena ada Soo Yin bersamanya. Sehingga ibu melajukan mobilnya dengan sangat pelan. Pasca kecelakaan yang menimpa Kim Soo Hyun ia sedikit lebih berhati-hati jika membawa orang lain bersamanya terlebih lagi jika itu adalah sang istri.     

"Kenapa lambat sekali?" gerutu Soo Yin.     

Mobil sudah melaju selama setengah jam tapi jarak yang ditempuh hingga sampai ke villa Pyeongchang-dong masih separuhnya. Padahal jika dalam kecepatan normal seharusnya mereka sudah sampai.     

"Bersabarlah sebentar, aku hanya ingin berhati-hati," ucap Dae Hyun tanpa menoleh kan wajahnya ke arah Soo Yin. Pandangaannya terus tertuju ke depan.     

"Tidak usah terlalu berlebihan. Mengemudilah seperti biasanya, mobil ini bahkan lebih lambat dari pada siput," ucap Soo Yin sambil mengerucutkan bibirnya. Ia sudah ingin cepat sampai ke rumah untuk membersihkan diri.     

"Tidak apa lambat yang terpenting kita sampai di rumah dengan selamat," tukas Dae Hyun dengan datar tanpa ada niat mengurangi kecepatannya.     

"Apa kau selalu seperti ini sekarang jika mengemudi?" Soo Yin sudah mulai emosi.     

"Tidak, aku hanya melakukannya hari ini karena kau berada satu mobil bersamaku."     

"Dae Hyun, tolong tambah kecepatannya sedikit agar cepat sampai," rengak Soo Yin yang sudah tidak sabar. Ia melihat mobil yang mereka tumpangi lebih lambat dari pengendara sepeda. Beberapa pengendara sepeda bahkan menyalip mobil mereka.     

"Sabarlah, kau bisa tidur lagi jika bosan," sahut Dae Hyun.     

Soo Yin akhirnya pasrah karena enggan berdebat dengan sang suami. Terserah saja akan sampai di villa jam berapa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.