Istri Simpanan

Bab 316 - Jangan curang



Bab 316 - Jangan curang

0Jean menggigit jarinya sambil mondar-mandir karena pasangan yang sangat menyebalkan itu justru belum terbangun juga. Ingin rasanya Jean berteriak kencang memaki mereka.     
0

Jika ia menghampiri mereka maka matanya yang masih lajang dipastikan akan tercemar. Namun jika sampai mereka bangun, maka mereka akan ketahuan.     

Jean perlahan mengintip di balik gorden, berharap semoga tidak ada adegan yang membuat matanya sakit.     

"Soo Yin, bangunlah," bisik Jean hati-hati. Takut membuat kaget keduanya. Untunglah tidak ada adegan berbahaya di antara mereka.     

Soo Yin mengucek kedua bola matanya sambil menguap, perlahan duduk ketika samar-samar seperti melihat Jean.     

"Jam berapa sekarang?" Soo Yin mengangkat kedua tangannya. Merentangkannya untuk meregangkan otot-otot tubuhnya.     

"Soo Yin, cepatlah bangun. Tadi baru saja Nyonya Park sudah datang."     

"Benarkah?" Soo Yin langsung terbelalak kemudian menggoyangkan tubuh Dae Hyun agar terbangun. Namun pria itu hanya menggeliat sedikit lalu tertidur lagi. Tidak biasanya Dae Hyun seperti itu. Biasanya Soo Yin yang susah untuk terbangun.     

"Jean, kau berbicara dengan siapa?" tanpa sepengetahuan Jean, Ny. Park kembali ke ke ruangan untuk mengambil sesuatu.     

Soo Yin dan Jean gelisah, kebingungan dengan apa yang harus mereka harus lakukan. Sedangkan saat ini suara langkahnya terdengar semakin mendekat.     

Terpaksa Soo Yin cepat-cepat turun dan keluar sebelum Ny. Park mengetahui dirinya bersama Dae Hyun.     

"Hai, Bu," sapa Soo Yin sambil tersenyum tipis. Menggaruk rambutnya yang berantakan khas bangun tidur. Soo Yin tidak menyangka jika malam ini tidurnya sangat nyenyak.     

"Soo Yin, kau sudah kembali?" Ny. Park merasa aneh dengan Soo Yin yang tampangnya masih kucel dan berantakan.     

'Kembali dari mana ini?' ~ batin Soo Yin sambil memberikan kode kepada Jean.     

"Iya, Nyonya. Soo Yin baru saja sampai, tapi ketika di luar ia kejatuhan ulat di rambutnya. Ini aku sedang mencarinya," ujar Jean. Lalu menyentuh rambut Soo Yin sedikit mengacak-acaknya pura-pura mencari sesuatu. Tidak mungkin Ny. Park percaya begitu saja jika Soo Yin sudah bangun sejak tadi padahal rambutnya berantakan.     

"Seharusnya kau lebih berhati-hati lagi. Lalu dimana Dae Hyun? Apa dia belum kembali?" tanya Ny. Park. Ia ada perlu bicara dengan putranya, itu sebabnya ia kembali.     

"Iya, Bu. Mungkin sebentar lagi kembali," ujar Soo Yin sedikit gugup.     

"Ya sudah, jika dia kembali katakan padanya untuk tidak pergi terlebih dahulu," tukas Ny. Park.     

"Kalian juga tetaplah berada di sini menjaga putraku terlebih dahulu. Maaf, jika aku merepotkan kalian," lanjut Ny. Park dengan raut wajah sedih beralih memandang Kim Soo Hyun yang nafasnya masih teratur.     

Jean dan Soo Yin menganggukan kepalanya secara bergantian.     

"Tidak sama sekali, Bu," ucap Soo Yin buru-buru.     

"Tetaplah di sini, ibu akan memesan sarapan untuk kalian."     

Setelah mengobrol sedikit akhirnya Ny. Park meninggalkan kamar. Jean dan Soo Yin bisa menghela nafas lega. Soo Yin lalu menghempaskan tubuh mereka di sofa.     

"Hampir saja." Soo Yin memegangi dadanya dengan nafas yang ngos-ngosan. Rasanya lebih lelah dari berlari mengelilingi lapangan.     

"Kalian juga, sudah tahu berada di rumah sakit tapi tidak bisa menahan keinginan kalian," gerutu Jean pelan sambil mencebikkan bibirnya. Lantas ia berlalu kembali menghampiri ranjang Kim Soo Hyun.     

Soo Yin menggaruk bagian belakang kepalanya. Entahlah, semalam rasanya kantuknya terasa sangat berat.     

"Apa ibu sudah datang?" tanya Dae Hyun. Ia baru saja keluar setelah mendengar suara ibunya.     

"Hampir saja kita ketahuan oleh ibu. Lain kali aku tidak akan melakukan apa yang kau inginkan," tukas Soo Yin.     

"Aku hanya berusaha membuat tidurmu nyenyak. Lihatlah gara-gara tidurmu tidak teratur matamu berkantung seperti kanguru," ujar Dae Hyun dengan wajah datar. Diliriknya saudaranya yang belum juga sadarkan diri. Ada kerinduan yang mendalam ketika pagi seperti ini. Rindu ketika mereka sarapan bersama.     

'Kim Soo Hyun, bangunlah. Ayolah bersaing secara sehat untuk mendekati istriku. Jangan dengan cara curang seperti ini,"  ~ batin Dae Hyun sambil mendesah pelan. Meski mereka jarang akur dan sering berdebat tapi Dae Hyun sangat sedih meskipun tak pernah memperlihatkannya kepada orang lain.     

Seringkali bibinya mencibir karena Dae Hyun tidak memiliki hati. Jika benar, tidak memiliki hati tak mungkin setiap malam rela begadang bersama Soo Yin.     

Soo Yin mengamati wajah Dae Hyun yang tampak murung. Kedua bola matanya tampak teduh kita melihat saudaranya. Menyesal semalam Soo Yin sudah menuduh yang tidak-tidak. Meragukan jika suaminya tidak merasa sedih sama sekali.     

"Kata ibu jangan pulang terlebih dahulu. Dia sedang membelikan sarapan untuk kita," ujar Soo Yin.     

"Hmmm," sahut Dae Hyun.     

Soo Yin segera ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Setelah bisa tidur nyenyak selama semalaman, sekarang tubuhnya jauh lebih fresh. Memang benar jika istirahat itu sangat penting.     

Tidak berapa lama kemudian, Ny. Park sudah menenteng beberapa bungkusan di tangannya bersama Park Ji Hoon yang berjalan di belakangnya. Ny. Park sering kali mengeluh ingin makan bersama sang putra itulah sebabnya selagi tidak ada Aeri yang suka membuat keributan, Park Ji Hoon ingin mereka sarapan bersama.     

Biasanya Dae Hyun dan Soo Yin pergi meninggalkan rumah sakit setelah dokter datang memeriksa. Mereka ingin mengetahui bagaimana keadaan Kim Soo Hyun.     

Soo Yin menata ranjang yang ditempati semalam seperti semula. Merapikan seprai yang tampak berceceran tidak beraturan.     

Ny. Park sudah merentangkan tikar di lantai agar mereka semua bisa makan di sana. Baru melihat makanannya saja Ny. Park sudah tidak berselera. Ia lantas mengajak semua orang untuk berkumpul dan sarapan bersama.     

"Sayang, kau harus makan," ujar Park Ji Hoon sambil menyodorkan makanan ke mulut sang istri. Namun wanita paruh baya itu menggeleng pelan.     

"Bu, sebaiknya sarapan dulu. Agar ketika Kim Soo Hyun bangun tidak sedih melihat Ibu seperti ini," bujuk Dae Hyun pelan.     

Setelah beberapa kali bujukan barulah Ny. Park mau makan meskipun hanya beberapa suapan. Dae Hyun bisa mengerti jika ibunya sangat mencemaskan keadaan saudaranya. Beruntung sudah beberapa hari ini ia tak lagi menangis.     

Soo Yin dan Jean saling berpandangan. Mereka sebenarnya juga enggan ikut sarapan tapi Park Ji Hoon memintanya. Tidak sopan jika menolak Meski mereka hanya makan sedikit saja.     

Tidak lama setelah mereka sarapan, Soo Yin dan Jean mengemasi semuanya. Hingga bersih tak ada lagi makanan di sana. Ini pertama kalinya mereka sarapan di kamar itu.     

Hari semakin siang kini adalah waktunya Dokter datang memeriksa. Hanya ada Ny. Park dan Park Ji Hoon saja yang berada di sana menemani Kim Soo Hyun. Mereka ingin mengetahui bagaimana keadaan putranya.     

Untuk Dae Hyun, Soo Yin dan Jean menunggu di luar. Sebenarnya tadi sudah akan berpamitan untuk pulang tapi Soo Yin ingin mengetahui terlebih dahulu kabar Kim Soo Hyun saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.