Istri Simpanan

Bab 314 - Merasa tersingkir



Bab 314 - Merasa tersingkir

0Soo Yin berjalan berdampingan bersama Dae Hyun hingga sampai di restoran yang ada di seberang rumah sakit. Sejujurnya Dae Hyun sangat rindu dengan istri kecilnya karena beberapa hari belakangan mereka jarang sekali makan bersama.     
0

Waktunya sering dihabiskan untuk menunggu Kim Soo Hyun. Meski sering menemaninya tapi Dae Hyun merasa jika sekarang istrinya sering menjaga jarak.     

Malam ini Dae Hyun memesan tempat yang lebih tertutup untuk makan agar mereka lebih leluasa tanpa takut ada yang melihat mereka.     

Kini Soo Yin Dae Hyun sudah duduk di bawah karena sengaja memesan tempat yang tidak ada kursinya. Di sana hanya ada meja.     

"Sayang, bisakah kau tidak terlalu memperhatikan Kim Soo Hyun?" ujar Dae Hyun sambil memasang wajah datar. Setiap melihat istrinya berbicara begitu manis kepada saudaranya, rasanya dadanya terasa sesak.     

"Memangnya kenapa? Apa kau cemburu?" tanya Soo Yin terus terang.     

Dae Hyun mendesah pelan sambil memalingkan wajahnya ke arah lain. Meski hampir setiap malam bersama tapi Soo Yin selalu tidur di kursi di samping Kim Soo Hyun.     

Soo Yin terkekeh melihat suaminya yang seperti anak kecil. Memang sangat diakui jika belakangan ini waktunya hampir tidak ada untuk Dae Hyun.     

"Bukankah sudah kukatakan jangan mengedepankan egomu? Kesembuhan Kim Soo Hyun itu sangat penting. Apa kau ingin ibumu bersedih terus-menerus?" ujar Soo Yin. Berbicara cukup tenang.     

"Itu bukanlah sebuah alasan sehingga kau mengurangi waktumu bersamaku. Aku bahkan merasa jika kau lebih pengertian kepadanya," ucap Dae Hyun.     

"Bukankah setiap malam kita selalu bersama?" Soo Yin mengerutkan keningnya.     

"Kita memang selalu bersama tapi kau selalu tertidur di samping Kim Soo Hyun." Dae Hyun berdecak kesal karena ketidakpekaan Soo Yin mengenai perasaannya.     

Kekesalan Dae Hyun semakin bertambah teringat sidang perceraiannya harus dibatalkan sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Tak mungkin ia menambah masalah sedangkan keluarganya tengah mengalami musibah. Setidaknya ia juga masih butuh Aeri saat ini untuk membantu menjaga ibunya.     

Obrolan mereka terhenti ketika para pelayan masuk membawakan pesanan untuk mereka. Setelah itu mereka makan dalam keadaan diam. Soo Yin terus berpikir agar mengerti apa maksud ucapan suaminya. Rasanya tidur di dekat Kim Soo Hyun bukanlah sesuatu yang salah. Mereka juga tidak melakukan apapun.     

"Sayang, besok temani aku ke toko buku," ajak Soo Yin ketika melihat Dae Hyun diam saja mengacak-acak makanannya.     

"Hmmm," sahut pria itu cuek.     

Soo Yin menyodorkan sendok yang berisi makanan ke mulut Dae Hyun. Awalnya Dae Hyun enggan untuk membuka mulutnya tapi perlahan akhirnya mau setelah melihat wajah Soo Yin yang tersenyum sangat menggemaskan.     

Soo Yin terus menyuapi Dae Hyun sampai makanannya habis. Ia mengakui sikapnya yang berubah karena rasa bersalahnya kepada Kim Soo Hyun.     

Bahkan Soo Yin juga jarang sekali sekarang merasakan pelukan hangatnya. Pantas saja jika Dae Hyun merasa tersingkirkan.     

Mereka sudah selesai makan. Dae Hyun hanya sepatah dua patah kata saja berbicara. Tak ingin terlalu banyak berbicara karena pasti ujung-ujungnya akan terjadi perselisihan di antara mereka. Ia akan berusaha berpikir positif jika Soo Yin perhatian kepada Kim Soo Hyun karena rasa kasihan.     

Setelah selesai makan Dae Hyun mengajak Soo Yin kembali ke rumah sakit. Kasihan dengan Jean yang menunggu sendirian. Baru saja Dae Hyun berdiri Soo sudah menghalanginya. Berjinjit sedikit lalu mengecup bibir pria itu sekilas. Merasa wajahnya memanas karena menahan malu, Soo Yin menyembunyikan wajahnya di dada Dae Hyun. Kedua tangannya sudah melingkar di pinggangnya. Memeluknya dengan begitu berat.     

Dae Hyun cukup terkejut dengan tindakan Soo Yin. Namun tak dapat dipungkiri jika saat ini membuat suasana hatinya membaik. Bunga yang setengah bulan layu kini mekar kembali hanya butuh waktu tidak sampai satu menit.     

"Jangan marah lagi. Aku melakukan semua itu karena ibu bukan karena adikmu," ucap Soo Yin.     

"Mungkin sebaiknya aku harus sering marah agar selalu mendapat hadiah kecupan manis," ujar Dae Hyun yang sudah dapat tertawa.     

"Jika kau marah, aku tidak akan melakukannya lagi," ucap Soo Yin sambil menghirup aroma tubuh suaminya. Rasanya dirinya ingin berlama-lama seperti ini terus.     

Dae Hyun merasakan kehangatan tubuh Soo Yin yang sudah lama tak dirasakannya setelah di pulau Geoje.     

"Sayang, aku sangat merindukanmu," ucap Dae Hyun. Bibirnya terus menempel di puncak kepala Soo Yin.     

"Aku juga, rasanya sudah lama tidak merasakan seperti ini," ucap Soo Yin. Seakan mereka sudah lama terpisah.     

"Besok tidak usah ke toko buku. Aku akan ke villa besok," ujar Dae Hyun.     

"Memangnya kenapa?"     

"Tidak usah banyak tanya. Sebaiknya ayo kita kembali ke rumah sakit. Kasihan jika Jean menunggu terlalu lama." Dae Hyun melepaskan pelukannya perlahan.     

"Baiklah," tukas Soo Yin.     

Sebelum kembali ke rumah sakit, terlebih dahulu Soo Yin membelikan makanan untuk Jean. Setelah pulang dari perjalanan mungkin dia belum makan malam.     

°     

°     

Ketika sampai di kamar rumah sakit, Jean belum beranjak dari tempat duduknya. Matanya masih sembab dan membengkak. Tampak sekali jika dirinya sangat terpukul dan takut kehilangan Kim Soo Hyun.     

Soo Yin jadi merasa kesedihannya selama ini hanya sebuah kepalsuan. Air matanya bahkan tidak tulus jika dibandingkan dengan air mata Jean.     

Jean mengusap matanya menyadari kedatangan kedatangan Soo Yin bersama Dae Hyun.     

"Jean, makanlah terlebih dahulu. Kau pasti belum makan," ujar Soo Yin sembari mengulurkan makanan yang dibelinya.     

"Ah, terima kasih. Seharusnya kau tidak perlu repot-repot seperti ini," ujar Jean.     

"Tidak repot sama sekali," ujar Soo Yin.     

"Tuan, bolehkah malam ini aku ikut menjaga Tuan Kim Soo Hyun di sini?" ujar Jean sambil memandang Dae Hyun.     

"Tentu saja, kau boleh menunggunya. Kau bisa datang setiap malam bersama kami jika mau," ujar Dae Hyun seraya tersenyum.      

"Benarkah?" Wajah Jean tampak berbinar. Meski cintanya bertepuk sebelah tangan tapi Jean ingin melihat Kim Soo Hyun bangun.     

"Kau juga bisa datang kemari jika ada ibuku," tukas Dae Hyun.     

"Tidak, terima kasih. Aku akan menginap di sini jika ada kalian saja," ucap Jean dengan cepat.     

Dae Hyun bersyukur dengan adanya Jean sehingga Soo Yin tidak perlu menunggu dan tidar di samping Kim Soo Hyun seperti malam-malam sebelumnya.     

"Aku akan menemanimu di sini," ujar Soo Yin seraya duduk di samping Jean.     

Baru saja Dae Hyun merasa senang, ternyata Soo Yin justru ingin tetap di sana bersama Jean.     

"Tidak usah, sebaiknya kau tidur bersama suamimu. Lihatlah wajahnya yang cemberut. Aku tidak menyangka jika Tuan Dae Hyun seperti itu jika di dekatmu. Padahal jika di hotel dia terlihat sangat perfeksionis," bisik Jean di telinga Soo Yin sambil melirik Dae Hyun.     

"Dia memang sedang cemburu karena beberapa hari belakangan aku selalu tidur di sini," ujar Soo Yin seraya terkekeh.     

"Tidak usah membicarakanku," ujar Dae Hyun dengan nada dingin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.