Istri Simpanan

Bab 312 - Tidak boleh egois



Bab 312 - Tidak boleh egois

0RS Hallym University Medical Center.     
0

Begitu mobil terparkir, buru-buru Soo Yin melepaskan sabuk pengaman yang melilit tubuhnya. Dengan berbalut mantel tebal dan syal yang menutupi lehernya, perlahan tubuh Soo Yin mulai membaik. Meskipun tak dapat disangkal jika kepalanya saat ini terasa berat dan nyut-nyutan.     

Dae Hyun hanya berdiam diri mengamati sang istri yang tampak sudah tidak sabar. Memandang bibir pucatnya yang digigit.     

"Sayang, tidak usah tergesa-gesa seperti itu," ucap Dae Hyun. Mencekal pergelangan tangan Soo Yin yang hendak membuka pintu.     

Soo Yin menoleh sambil menautkan kedua alisnya melihat Dae Hyun bahkan belum melepaskan sabuk pengamannya.     

"Ayo kita turun," rengek Soo Yin.     

"Tampaknya kau sangat mengkhawatirkan Kim Soo Hyun," ucap Dae Hyun dengan wajah datar. Tak dapat dipungkiri jika saat ini ia merasa ada sedikit rasa cemburu yang hadir di hati kecilnya. Awalnya Dae Hyun ingin bersikap biasa saja, tapi melihat Soo Yin seperti itu rasa cemburunya hadir semakin besar.     

Soo Yin menatap dalam-dalam mata elang Dae Hyun yang terlihat ada tatapan emosi serta kesedihan yang bercampur aduk menjadi satu.     

"Tidak usah berlebihan seperti itu. Aku hanya merasa bersalah saja," ucap Soo Yin, seakan bisa membaca apa yang dirasakan suaminya saat ini.     

"Dapatkah kau tidak terlalu peduli dengan dia," pinta Dae Hyun.     

Soo Yin memutar bola matanya.     

"Tidak usah egois seperti itu, pikirkan perasaan ibu sekarang." Tak ingin berdebat lebih panjang yang hanya membuat mereka semakin rumit, Soo Yin putuskan untuk membuka pintu mobil.     

Dae Hyun mengusap gusar wajahnya. Tidak tahu kenapa perasaan egonya harus sebesar itu. Padahal kondisi Kim Soo Hyun saat ini terbaring lemah tak berdaya. Dengan langkah berat, Dae Hyun akhirnya mengikuti Soo Yin.     

Soo Yin berjalan mendahului Dae Hyun. Langkahnya cepat dan sangat tergesa-gesa. Pikirannya belum bisa tenang sebelum melihat keadaan Kim Soo Hyun dengan mata kepalanya sendiri.     

Soo Yin masuk ke dalam lift padahal Dae Hyun belum tampak. Ruangan yang ditempati Kim Soo Hyun berada di lantai tiga. Sesuai apa yang dikatakan oleh Dae Hyun sebelumnya.     

Soo Yin mengatur nafasnya sebelum membuka pintu. Berharap ada keajaiban jika sekarang Kim Soo Hyun sudah sadar.     

Ny. Park sudah duduk di kursi di samping tempat tidur Kim Soo Hyun bersama Aeri di sampingnya. Sejak tadi sesenggukan tak kuasa melihat putranya tidak berdaya.     

Baru saja membuka sedikit pintu, Soo Yin tak kuasa mendengar tangisan pilu Ny. Park yang menginginkan agar Kim Soo Hyun agar segera terbangun. Aeri bahkan kewalahan, tidak bisa memenangkannya.     

Soo Yin berusaha untuk kuat kemudian membuka pintu hingga menghasilkan bunyi yang terdengar di telinga Aeri dan  Ny. Park     

Pandangan Ny. Park teralihkan dari Kim Soo Hyun yang sudah sudah terpasang bermacam alat di tubuhnya. Raut wajah Ny. Park lebih bersinar ketika melihat kedatangan Soo Yin. Seoalah-olah sudah kedatangan dewi penolong.     

Soo Yin mematung melihat kondisi Kim Soo Hyun kali ini. Tangannya sangat gemetar melihat pria yang terbaring dengan kondisi yang menurutnya memprihatinkan. Hati Soo Yin tiba-tiba secara sesak.     

Ventilator atau alat bantu pernafasan terpasang di hidungnya serta alat lain yang Soo Yin tidak ketahui namanya. Kepalanya diperban serta ada yang terpasang di lehernya.     

Sekuat tenaga Soo Yin menyeret kakinya berjalan mendekati ranjang Kim Soo Hyun. Meski sebenarnya matanya tak kuasa untuk melihatnya.     

"Tuan Kim Soo Hyun," ucap Soo Yin lirih dengan bibir bergetar. Kakinya benar-benar terasa lemas tapi sekuat tenaga dia berusaha untuk tetap berdiri.     

Ny. Park lantas berdiri kemudian memeluk tubuh Soo Yin dengan sangat erat. Ia mengira jika Soo Yin pasti sangat sedih dan terpukul karena kejadian itu.     

"Soo Yin, syukurlah kau segera datang. Kata dokter sebelum tidak sadarkan diri, Kim Soo Hyun terus memanggil namamu." Air mata yang sudah berhenti mengalir kini luruh kembali setelah hadirnya Soo Yin di sana.     

Soo Yin masih terpaku sambil mengamati keadaan tubuh pria itu. Ada luka bekas goresan kaca di tangannya. Dalam hati ia terus mengucapkan permintaan maaf atas apa yang terjadi.     

"Ibu, jangan terlalu berharap kepadanya. Bisa saja Soo Yin membayar dokter itu untuk mengada-ada," ucap Aeri sedikit sinis.     

"Soo Yin, Ibu mohon tetaplah berada di sini sampai Kim Soo Hyun bangun," pinta Ny. Park.     

Soo Yin tetap bergeming di tempatnya meski bisa merasakan pelukan hangat dari ibu mertuanya. Pikirannya kosong bersama Air mata yang sudah mengalir begitu saja.     

Tidak mendapatkan respon dari Soo Yin, perlahan Ny. Park melepaskan pelukannya. Lalu tiba-tiba saja wanita paruh baya itu bersimpuh, berlutut di hadapan Soo Yin. Membuat Soo Yin tersadar dari lamunannya.     

"Ibu, apa yang kau lakukan?" ujar Aeri sambil menarik pergelangan tangan Ny. Park agar bangkit berdiri.     

"Ibu, tolong jangan seperti ini," ucap Soo Yin yang langsung membungkukkan tubuhnya, membantu Ny. Park berdiri.     

"Aku akan tetap seperti ini sampai kau mau menuruti permintaanku," ucap Ny. Park.     

"Ada apa, Bu?" Dae Hyun yang baru saja masuk terkejut melihat ibunya yang sedang bersimpuh di hadapan Soo Yin.     

"Ibu hanya ingin Soo Yin tetap berada di sini sampai Kim Soo Hyun sembuh," tukas Ny. Park sambil terus terisak.     

"Ibu tidak perlu seperti ini. Aku berjanji akan membantu sebisaku sampai Kim Soo Hyun sembuh," ucap Soo Yin. Tak enak rasanya melihat ibu mertuanya memohon sampai berlutut seperti itu.     

"Sekarang bangunlah, Bu." Dae Hyun membantu ibunya untuk berdiri sambil melirik Soo Yin. Ia tahu jika Soo Yin tidak tega melihat ibunya seperti itu.     

"Terima kasih, Sayang. Tetaplah di sini menemani ibu," ucap Ny. Park dengan bibir tertarik ke belakang mengukir senyuman. Hatinya merasa sangat lega.     

"Sekarang, istirahatlah. Biarkan kami yang berjaga di sini," ujar Dae Hyun. Sudah semalaman ibunya tidak tidur sehingga ia khawatir jika kesehatan ibunya juga menurun.     

"Sebaiknya aku pulang, aku ingin mengganti pakaianku terlebih dahulu. Apakah Ibu akan pulang bersamaku?" tanya Aeri. Sebenarnya kebetulan sekali Soo Yin datang karena dirinya juga sangat lelah dan butuh istirahat.     

"Tidak, aku akan tidur di sofa. Pulanglah, karena Jo Yeon Ho pasti mencarimu," ujar Ny. Park.     

"Baiklah, Bu," ucap Aeri pada ibu mertuanya. Kemudian beralih memandang sang suami.     

"Sayang, aku pulang dulu karena aku khawatir jika Jo Yeon Ho mencariku." Tanpa Dae Hyun bisa menolak, Aeri mencium kedua pipinya secara bergantian. Lalu meninggalkan ruangan itu.     

Dae Hyun melirik Soo Yin yang memasang wajah datar. Raut wajah cemburu tak terpancar di wajahnya kali ini. Rasa bersalah sudah menutup kecemburuannya.     

Ny. Park kini sudah berbaring di atas sofa. Dae Hyun merentangkan selimut untuk menutupi tubuh ibunya. Tak lama kemudian wanita paruh baya itu terlelap. Keberadaan Soo Yin di sana membuatnya lega.     

Soo Yin duduk di bangku di samping ranjang dimana Kim Soo Hyun terbaring. Memegang tangannya yang tergores. Ia menundukkan kepalanya dengan penuh rasa penyesalan.     

"Kim Soo Hyun, aku sungguh minta maaf," ucap Soo lirih.     

"Sudahlah, ini semua bukan kesalahanmu," ujar Dae Hyun yang sudah duduk di sampingnya. Mengusap pundak Soo Yin dengan lembut. Jika bukan karena terpaksa, ia pasti tidak akan membiarkan Soo Yin menggenggam tangan saudaranya. Namun benar kata Soo Yin, jika saat ini tidak boleh mementingkan egonya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.