Istri Simpanan

Bab 305 - Tempat yang sama



Bab 305 - Tempat yang sama

 Villa Pyeongchang-dong,     

Malam ini sungguh membingungkan bagi Soo Yin. Haruskah dirinya mempersiapkan diri sebelum bertemu dengan Kim Soo Hyun? Jika saja dia adalah pria yang dicintainya tentunya akan teramat senang. Mungkin akan menghabiskan waktu di salon hanya sekedar untuk berdandan.     

Soo Yin kini masih di dalam kamar belum bersiap-siap dan mengganti pakaiannya. Ia sejenak berpikir pakaian apa yang harus dikenakan olehnya agar Kim Soo Hyun mengurungkan niatnya untuk melamar. Atau lebih tepatnya ingin jika Kim Soo Hyun tidak meliriknya lagi. Haruskah ia berdandan sejelek mungkin agar pria itu merasa jijik?     

Ia lantas meraih ponselnya yang berada di atas ranjang. Sudah sejak siang tadi Soo Yin tidak berani membukanya karena Kim Soo Hyun terus menghubunginya. Pria itu selalu mengingatkannya berulang-ulang hingga membuatnya merasa tidak nyaman.     

Benar saja ternyata sudah ada beberapa panggilan tidak terjawab dari Kim Soo Hyun dan beberapa pesan singkatnya yang intinya sama. Padahal Soo Yin sudah menjawabnya untuk datang.     

 Sebelum berangkat sebaiknya ia meminta pertimbangan kepada Jean. Barang kali dia bisa memberikan sedikit saran.     

Soo Yin menempelkan ponsel ke telinganya. Berharap jika panggilannya sebentar lagi akan terjawab. Namun sangat disayangkan Jean bahkan tidak menyahut. Mungkin dia sedang sibuk sehingga Soo Yin menghentikan usahanya.     

Dengan penuh tekad dirinya akan memakai pakaian yang serapi mungkin. Sepertinya menghindar bukanlah cara yang tepat. Dia akan menyelesaikan semuanya malam ini.     

Soo Yin memutuskan untuk memakai pakaian yang cukup baik. Dipilihnya sebuah gaun berwarna ungu dengan panjang sebatas lutut. Terlihat cantik dan anggun di tubuhnya.     

Malam ini Kim Soo Hyun mengajaknya untuk bertemu di pinggiran sungai Cheonggyecheon. Tempat dimana Dae Hyun saat itu mengatakan cintanya pula. Soo Yin jadi berpikir ternyata mereka memiliki selera yang sama meskipun sifat mereka jauh berbeda.     

Soo Yin melangkah keluar dengan hati yang berdebar tidak menentu. Tak lupa ia sudah membawa kalung yang saat itu diberikan Kim Soo Hyun. Ia akan mengembalikannya malam ini.     

Setelah dua puluh menit perjalanan akhirnya Soo Yin sudah sampai terlebih dahulu di Cheonggyecheon Stream. Ia memang sengaja untuk menunggu  terlebih dahulu dari pada harus ditunggu.     

Ada waktu 30 menit lagi sebelum bertemu dengan Kim Soo Hyun. Rencana awal yang ingin diantarkan Dae Hyun tapi suaminya tidak bisa karena ada pekerjaan mendadak yang harus diselesaikan. Malam ini juga Dae Hyun akan pulang ke UN Village setelah mendapat telepon dari Jo Yeon Ho.      

Soo Yin bisa mengerti jika anak itu pasti merindukan putranya sehingga ia meminta diantarkan Chung Ho yang sekarang sedang menunggu di parkiran.     

Suasana di sana cukup ramai oleh pengunjung yang usianya rata-rata masih muda. Wajar, karena tempat itu sangat cocok dinikmati pada malam hari. Lampu-lampu akan berkilauan sangat indah karena pantulan dari air sungai.     

Soo Yin merapatkan lengannya saat angin mulai berhembus menyusup ke dalam pori-pori kulitnya. Ia hanya menggunakan sweater tipis karena tidak menyangka jika cuaca akan sedingin itu.     

Kakinya terus melangkah mengitari pinggiran sungai dengan jantung yang terus berdetak kencang seirama dengan musik yang mengalun. Soo Yin menggigit bibir bawahnya, mencoba menguatkan diri untuk mengatakan yang sejujurnya. Tidak baik seorang wanita menggantungkan perasaan seorang pria yang jelas-jelas tidak mungkin akan bersamanya.     

Soo Yin terus berdoa semoga Kim Soo Hyun menerima semua alasannya dengan lapang dada. Setelah menolaknya ia memutuskan mungkin tidak akan bekerja lagi di hotel. Ia tidak ingin semakin menyakiti Kim Soo Hyun.     

Bip …     

Langkah Soo Yin terhenti saat ada sebuah pesan yang masuk di ponselnya.     

[Tunggu sebentar lagi, Sayang. Aku akan segera datang] Kim Soo Hyun.     

Tangan Soo Yin langsung bergetar ketika membacanya. Mendengarnya menyebutkan kata sayang semakin mengoyak hatinya. Takut jika Kim Soo Hyun tidak menerima penolakannya.     

Sambil menunggu kedatangan Kim Soo Hyun, ia berjalan ke arah sebuah bangku panjang. Kalung pemberian Kim Soo Hyun sudah berada genggamannya sejak tadi agar begitu datang langsung mengembalikannya.     

===================≠============     

Kim Soo Hyun baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Ini agak terlambat dari jadwalnya karena seharusnya sudah selesai sore tadi. Ia pergi ke kamar mandi untuk melihat penampilannya. Dengan senyuman yang begitu menawan Kim Soo Hyun merapikan dasinya di depan pantulan cermin.     

Jantungnya juga berdebar tidak karuan karena sudah tidak sabar untuk mendengarkan jawaban Soo Yin. Setelah Soo Yin menjawabnya, Kim Soo Hyun berencana langsung membawanya ke UN Village. Untuk mengatakan kepada semua keluarganya bahwa mereka resmi berpacaran dan akan segera melangsungkan pertunangan.     

Kim Soo Hyun pergi ke ruangan kakaknya terlebih dahulu untuk berpamitan. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Kim Soo Hyun masuk ke ruangan Dae Hyun.     

Dae Hyun sedang fokus menatap layar monitor sehingga tidak menyadari kehadiran adiknya.     

"Kakak, sebaiknya tidak usah lembur malam ini," ujar Kim Soo Hyun seraya memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana. Dengan santai berjalan menghampiri sang kakak.     

"Bisakah jika masuk kemari mengetuk pintu terlebih dahulu?" Dae Hyun menatap tajam ke arah adiknya. Ia paling tidak suka jika ada yang nyelonong masuk karena adiknya sudah sering melakukannya.     

"Aku sudah mengetuknya tapi kau tidak mendengarnya," ucap Kim Soo Hyun sambil menggaruk kepalanya bagian belakang.     

"Ada apa kau datang kemari?" tanya Dae Hyun tanpa menghentikan aktivitasnya.     

"Aku hanya mengingatkan pulanglah malam ini segera. Apa kakak tidak merindukan Jo Yeon Ho Kakak ipar?"     

"Nanti aku juga akan pulang," sahut Dae Hyun singkat.     

Dae Hyun sebenarnya enggan jika pulang ke sana karena masih ada Aeri. Namun sepertinya malam ini ia akan memberikannya undangan dari pengadilan yang sudah dipersiapkan oleh Chang Yuan. Ia menunda sedikit lebih lama karena Aeri baru saja keguguran. Tak pantas rasanya di mata umum jika Dae Hyun menggugat cerai di saat Aeri sedang berduka. Dae Hyun pasti akan dikatakan sebagai pria yang tidak punya perasaan.      

Ada nama keluarga yang harus ia jaga. Jika hanya nama baiknya, ia sudah tidak terlalu peduli.     

"Kak, bilang pada semua orang di rumah agar jangan tertidur terlebih dahulu sebelum aku pulang," tukas Kim Soo Hyun.     

"Memangnya kau mau pergi kemana?" Dae Hyun pura-pura tidak mengetahuinya.     

"Aku akan pergi ke suatu tempat untuk bertemu pujaan hatiku." Saat mengatakannya jantung Kim Soo Hyun kembali bergetar.     

"Siapa?"      

"Kakak tidak perlu berpura-pura tidak tahu siapa dia. Setelah selesai kami akan segera pulang dan mengatakan kepada semua orang. Doakan agar semuanya berjalan dengan lancar," ujar Kim Soo Hyun.     

"Hmmm …. Ya sudah, pergilah. Jangan membuatnya menunggu terlalu lama karena cuaca diluar sangat dingin." Dae Hyun tidak ingin istri kecilnya di sana sendirian terlalu lama karena 15 menit yang lalu Soo Yin memberi kabar jika sudah sampai.     

"Baiklah, aku sekarang akan pergi." Kim Soo Hyun segera meninggalkan ruangan itu.     

Bibir Dae Hyun mengukir senyuman yang tertarik ke belakang.     

"Bersiaplah kau akan patah hati," gumam Dae Hyun dengan mengulum senyum.     

Andaikan Soo Yin mengizinkannya, pasti akan ikut bersamanya dan mengatakan sejujurnya kepada Kim Soo Hyun mengenai hubungan mereka     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.