Istri Simpanan

Bab 304 - Tidak Ingin kemanapun



Bab 304 - Tidak Ingin kemanapun

0Seoul, Korea Selatan.     
0

Villa Pyeongchang-dong,     

Dae Hyun dan Soo Yin sudah tiba di Seoul saat pagi dini hari tadi. Kini pasangan itu masih sama-sama terlelap karena tubuh mereka sangat lelah setelah melakukan perjalanan cukup lama.     

Bip ….     

Terdengar suara pesan masuk yang berasal dari ponsel Soo Yin di barengi dengan suara dering alarm yang terus berbunyi.     

Dengan mata yang tertutup rapat, tangan Soo Yin meraba-raba nakas yang berada tepat di samping ranjang. Pelukan Dae Hyun yang erat membuatnya kesulitan untuk bergerak. Hingga Soo Yin memilih membuka matanya dan memindahkan tangan Dae Hyun pelan-pelan ke atas kasur.     

Mata Soo Yin seketika terbelalak ketika membuka lantas membaca pesan itu.      

[Soo Yin, bagaimana kabarmu? Apakah kakekmu sudah baik-baik saja? Kuharap kau tidak lupa jika nanti malam kita harus bertemu] Kim Soo Hyun.     

Soo Yin memijat pelipisnya karena ia bahkan lupa jika ini sudah akhir pekan. Ia menggigit bibir bawahnya karena tidak tahu harus membalas apa.     

"Sayang, bangun." Soo Yin menggoyangkan tubuh Dae Hyun beberapa kali. Ingin meminta saran apa yang harus dia lakukan saat ini.     

"Ada apa, Sayang?" sahut Dae Hyun dengan suara parau. Ia sedikit mengangkat kepalanya tapi kemudian meletakkan lagi di bantal.     

"Bagaimana ini?" ujar Soo Yin dengan perasaan cemas.     

"Bagaimana apanya? Apa kau sudah diterima di universitas?" tanya Dae Hyun di bawah kesadarannya yang masih setengah. Ia tadi seperti sayup-sayup mendengar jika Soo Yin mengatakan tentang kampusnya.     

Soo Yin sampai lupa belum mengatakan kabar gembira itu.     

"Aku diterima, tapi …."     

"Benarkah?" Dae Hyun langsung terduduk ketika mendengar kabar itu.     

"Tidak usah terlalu gembira seperti itu," ujar Soo Yin cemberut karena sekarang ada hal yang jauh lebih penting untuk di khawatirkan.     

"Jika sudah diterima, lalu kenapa kau tidak bersemangat dan cemberut seperti itu?" tanya Dae Hyun dengan dahi berkerut.     

"Lihatlah, itu pesan dari adikmu." Soo Yin menyerahkan ponselnya kepada sang suami.     

Dae Hyun sejenak membacanya dengan perasaan tenang.     

"Baguslah, kau tinggal menjawab tidak mencintainya dan semuanya akan beres," sahut Dae Hyun enteng tanpa peduli dengan resikonya.     

"Bagaimana dengan ibu?"     

"Tidak perlu cemas karena kau masih tetap jadi menantunya. Aku yakin ibu pasti bisa mengerti jika perasaan seseorang tidak bisa dipaksakan." Dae Hyun mengusap rambut Soo Yin yang kumal dan berantakan.     

"Aku tidak tega jika harus menolaknya." Seumur hidup Soo Yin belum pernah pacaran. Meskipun dekat dengan beberapa lelaki tapi itu hanya sekedar teman biasa. Jadi wajar ia merasa takut jika nanti harus melakukan penolakan.     

"Jika kau merasa takut maka biarkan aku yang mengatakannya. Bagaimana kalau kita berterus terang saja? Sekarang tidak ada yang harus ditutup-tutupi," ujar Dae Hyun untuk memberikan penawaran      

"Jangan!" sergah Soo Yin dengan cepat. Sejujurnya dia belum siap mental jika harus ketahuan. Semua keluarga Dae Hyun pasti akan sangat terkejut.     

"Kenapa?"      

"Kalian bahkan belum bercerai. Aku tidak ingin jika dituduh sebagai perebut suami orang," ujar Soo Yin.     

"Baiklah, aku mengerti. Minggu ini aku akan mengajukannya ke pengadilan. Jika Aeri nanti tidak mau datang maka sidang akan tetap diputuskan," ujar Dae Hyun.      

Jika Aeri tidak mau datang maka akan diputuskan secara sepihak olehnya. Terserah jika Aeri akan menolak, menunggunya menyetujuinya untuk bercerai sama saja menunggu tumbuhnya tanaman di Padang pasir.     

"Benarkah bisa seperti itu? sebaiknya kau selesaikan segera urusan kalian karena aku tidak ingin terlibat," ujar Soo Yin sambil menyandarkan kepalanya di dada Dae Hyun. Meskipun Dae Hyun sudah mengatakan jika sangat mencintainya tapi dia tidak akan tenang sebelum ikatan pernikahan mereka terlepas. Ia cukup sadar jika sekarang menjadi egois ingin memiliki Dae Hyun seutuhnya.     

"Jika saja Aeri menandatangani surat perceraian itu sebenarnya semua akan mudah. Sungguh tidak kusangka jika dia tidak mau," ucap Dae Hyun sembari menghela nafas pelan.     

"Mungkin karena dia sangat mencintaimu sehingga tidak mau," ujar Soo Yin.     

Dae Hyun hanya mendengus. Ia sangat yakin jika Aeri tidak mencintainya selama ini.     

"Nanti malam antarkan aku menemui Kim Soo Hyun. Tapi kau harus ingat tidak boleh muncul dan tidak usah mengatakan apapun," ujar Soo Yin.     

"Tenanglah, aku akan membiarkan kalian berdua untuk berbicara. Anggap saja malam ini adalah terakhir kalian dekat," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin merasa lega jika ada Dae Hyun di sana sehingga ia mengajaknya.     

"Cepatlah mandi, bukankah kau akan pergi bekerja? Lihatlah matahari sudah mulai naik," ujar Soo Yin sambil menjauhkan tubuhnya sedikit.     

"Biar saja, mereka juga pasti mengira jika aku masih di pulau Geoje," sahut Dae Hyun. Lantas ia membaringkan tubuhnya kembali. Ia tadi buru-buru terbangun karena ia pikir ada masalah yang sangat penting.     

"Jangan tidur lagi," rengek Soo Yin sambil menggoyang lengan sang suami.     

"Memangnya kenapa? Apa kau ingin melakukan sesuatu bersamaku?" Dae Hyun lantas memiringkan tubuhnya. Bibirnya yang seksi mengukir senyuman nakal.     

"Dasar mesum!" gerutu Soo Yin sambil melemparkan bantal ke wajah Dae Hyun.     

"Maksudku, mungkin kau ingin berolahraga bersamaku. Memangnya apa yang kau pikirkan?" tanya Dae Hyun sambil mengerling.     

"Sudahlah, aku akan mandi," ucap Soo Yin dengan wajah yang memanas karena sudah berpikiran yang tidak-tidak di pagi hari.     

Dae Hyun akhirnya tetap bangun karena tidak bisa tidur lagi. Ia berjalan menuju balkon untuk menghirup angin segar di pagi hari. Sebelum mandi ia ingin berolahraga sebentar agar tubuhnya terasa bugar. Ia tidak ingat terakhir kali kapan pergi ke pusat kebugaran. Sepertinya hari ini sangat pas jika ingin pergi ke sana. Ia juga ingin mengajak Soo Yin.     

Perutnya yang dulu kotak-kotak perlahan akan menjadi satu kotak jika tidak ke sana lagi. Itu akan sulit untuk membentuk kembali otot-otot tubuhnya. Sebelum terlambat lebih baik ia pergi.     

Begitu keluar Soo Yin sudah mengganti pakaiannya. Ia trauma jika tidak memakai pakaiannya secara langsung karena Dae Hyun pasti akan meminta yang dia ingin. Pagi ini tidak sanggup jika melakukannya karena tubuhnya terasa sangat lelah.     

Soo Yin mengerutkan keningnya ketika melihat pintu balkon yang terbuka. Setelah dilihat ternyata Dae Hyun ada di sana.     

"Sayang, apa yang kau lakukan?" tanya Soo Yin yang sudah berdiri di pintu.     

"Ayo kita pergi berolahraga ke pusat kebugaran," ajak Dae Hyun yang sudah menghentikan aktivitas olahraganya.     

"Badanku sakit semua," tolak Soo Yin.     

"Justru itu kita harus berolahraga agar sehat."     

"Jika kau ingin pergi maka pergilah sendiri karena aku tidak ingin kemana-mana," ucap Soo Yin sambil berlalu masuk ke dalam.     

"Jika kau tidak ingin pergi maka lebih baik kita melakukan olahraga bersama." Dae Hyun mengulum senyum sambil mengedipkan sebelah matanya.     

Soo Yin berbalik sambil menatap tajam ke arah Dae Hyun setelah itu lantas keluar meninggalkan kamar. Ia ingin menyiapkan sarapan bersama bibi Xia di dapur.     

Berhubung Soo Yin tidak mau diajak fitness, Dae Hyun akhirnya pergi bekerja karena Chang Yuan sudah menghubunginya untuk datang ke hotel.     

Sedangkan Soo Yin tetap di rumah karena tidak ingin bertemu dengan Kim Soo Hyun. Ia harus menguatkan hatinya agar sanggup menyatakan penolakannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.