Istri Simpanan

Bab 300 - Menyatukan kembali 21+



Bab 300 - Menyatukan kembali 21+

0Soo Yin terus menggigit bibir bawahnya karena ada rasa takut yang melanda hatinya.     
0

"Aku takut, jangan melakukannya dengan kuat," ujar Soo Yin di sela hasrat yang dirasakannya.     

Tiba-tiba saja teringat pesan dokter Mi Young dalam benaknya.     

"Tunggu!" ujar Soo Yin menghentikan Dae Hyun yang tengah bersiap-siap.     

"Apa lagi, Sayang?" Suara Dae Hyun terdengar begitu frustasi karena sudah tidak tertahankan.     

"Dokter Mi Young mengatakan jika kau harus memakai pengaman jika akan berhubungan. Dia mengatakan jika aku tidak boleh hamil terlebih dahulu. Memang apa maksudnya?" tanya Soo Yin dengan polos. Menikah di usia yang belum matang membuatnya kurang mengetahui tentang hal itu.     

Dae Hyun menghela nafas panjang kemudian bangkit lalu membuka laci. Untunglah di dalam sudah ada pengaman yang memang sudah disediakan pengelola resort. Dae Hyun dengan cepat lalu memasangnya.     

"Apa itu akan membuat sakit seperti pertama kali?" tanya Soo Yin dengan raut wajahnya yang begitu polos. Membuat Dae Hyun semakin gemas melihatnya.     

"Percayalah, ini tidak akan terasa seperti waktu pertama kali." Dae Hyun terus meyakinkan Soo Yin dengan sabar meskipun hasratnya hampir sudah tidak tertahankan lagi.     

Soo Yin menggigit bibirnya bawahnya dibarengi dengan diremasnya seprai. Rasanya seperti terkoyak lagi meski tidak sesakit dahulu hingga rasa perih itu hadir kembali. Dae Hyun melakukannya pelan karena menyadari sang istri yang meringis kesakitan.     

Dae Hyun juga tidak menyangka jika rasanya akan seperti pertama. Itu mungkin karena mereka sudah agak lama tidak melakukannya. Terlebih lagi efek obat yang diberikan oleh dokter Mi Young.     

"Bertahanlah sebentar karena ini tidak akan lama," ujar Dae Hyun sembari mengusap keringat yang membasahi dahi Soo Yin.     

Mereka mulai menyatukan tubuh mereka dengan cinta yang sudah lama memuncak ingin terlampiaskan. Rasa perih yang awalnya sangat terasa kini sudah berganti dengan kenikmatan dunia. Hingga Soo Yin berkali-kali merasakan nikmatnya sampai melayang ke langit ke tujuh.     

Soo Yin pikir dengan memakai pengaman rasanya akan sangat sakit seperti waktu pertama kali. Tak disangka jika itu tidak berpengaruh.     

Cuaca yang dingin kini telah berganti dengan rasa panas yang menjalar. Keringat sudah mengalir membasahi keduanya. Dae Hyun bahkan tidak puas. Ia terus melakukannya hingga beberapa ronde. Mereka baru berhenti setelah hampir sore hari.     

Tubuh yang lelah, membuat Dae Hyun terbaring di samping sang istri. Soo Yin langsung tertidur pulas sedangkan Dae Hyun hanya mengobati rasa lelahnya sebentar saja untuk berbaring kemudian duduk kembali.     

"Tidurlah dengan nyenyak." Dae Hyun mengecup kening Soo Yin yang kedua kelopak matanya sudah tertutup.     

Dae Hyun kemudian mengulurkan tangan untuk meraih selimut yang terlipat rapi di sisi ranjang. Menutupi tubuh polos Soo Yin yang tanpa sehelai benang pun.     

Setelah itu ia segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.     

°     

Tak terasa matahari sebentar lagi hampir tenggelam. Ini adalah saat yang tepat untuk menikmati pemandangan matahari terbenam. Resort itu dibuat dengan tujuan untuk menikmati pemandangan alam yang menakjubkan. Itu mengapa letaknya di tempat padang berbukit. Agar para pemesan bisa melihat lebih bebas kemanapun.     

Teringat ketika berada di pulau Jeju, Soo Yin marah ketika membangukannya pada sore hari. Dae Hyun sekarang berniat untuk membangunkannya. Ia sudah berada di samping sang istri dengan berbaring miring menggunakan sebelah tangan sebagai penopang kepalanya.     

"Sayang," bisik Dae Hyun lembut tepat di telinga Soo Yin. Lalu menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya. Posisi tidur Soo Yin telungkup masih seperti sedia kala.     

"Bangunlah, apa kau tidak ingin melihat matahari terbenam?" bisik Dae Hyun kembali.     

Kini Soo Yin hanya  merespon dengan menggeliat sedikit, merentangkan kedua tangannya tapi kedua kelopak matanya belum terbuka. Raut wajahnya terlihat letih paska pergumulan panas siang tadi.     

Melihat Soo Yin yang lelah membuat Dae Hyun tidak tega mengganggu tidurnya. Ia memilih untuk bangkit lalu membuka kembali tirai yang menutupi atap agar bisa melihat langit malam. Cuaca sejak sore hari sangat cerah membuat tempat itu semakin cocok.     

Paper bag yang berisi pakaian Soo Yin, ia taruh ditempat yang tidak diketahui Soo Yin agar tidak kemana-mana malam ini. Besok Dae Hyun harus mengadakan pertemuan. Hanya hari ini saja dia bisa menikmati seharian penuh bersama sang istri.     

Matahari perlahan sudah benar-benar terbenam. Dae Hyun hanya menikmatinya sendiri karena Soo Yin hanya menggeliat lalu menutup kelopak matanya kembali meski sudah berulang kali membangunkannya.     

Soo Yin masih saja tertidur pulas membuat Dae Hyun merasa bosan. Ia lebih suka terkena omelannya dari pada harus menunggunya tidur.     

Dae Hyun melihat jam yang ternyata sudah pukul tujuh malam. Sebentar lagi adalah waktunya malam.     

"Soo Yin, apakah kau ingin membiarkan suamimu terus kesepian seperti ini?" Dae Hyun menghela nafas pasrah. Sejak tadi ia hanya berbaring di samping Soo Yin berharap istrinya akan segera terbangun.     

Sayup-sayup Soo Yin bisa mendengar suara Dae Hyun yang memanggil namanya. Sejak tadi sebenarnya ia sudah tahu tapi rasa kantuk dan lelah benar-benar tidak bisa ia tahan lagi. Ia mulai meregangkan kedua tangannya sambil membalikkan tubuhnya untuk telentang.     

"Jam berapa sekarang?" tanya Soo Yin sambil mengucek kedua bola matanya.     

"Sekarang sudah malam, bangunlah. Apa kau tidak ingin melihat bulan yang bersinar sangat terang," ujar Dae Hyun tepat di wajah Soo Yin hingga hembusan nafasnya bisa Soo Yin rasakan.     

Soo Yin perlahan membuka matanya, ketika melihat sinar bulan matanya seketika membulat. Dia bisa melihatnya sambil berbaring seperti itu.     

Untuk menghilangkan rasa kantuknya, Soo Yin berusaha duduk kemudian bersandar pada sisi ranjang. Ia tidak tersadar jika tubuhnya polos sehingga menurunkan selimut sampai batas perut.     

Dae Hyun memijat kepala saat melihatnya. Hasratnya kembali terpancing hingga ia ingin melakukannya kembali. Sebisa mungkin Dae menahannya karena mengingat Soo Yin yang pasti masih lelah.     

"Kenapa tidak dari dulu mengajakku ke tempat ini?" ujar Soo Yin sembari bersandar di dada Dae Hyun.      

Jantung Dae Hyun semakin berdegup kencang hingga hawa panas mulai menguasai dirinya.     

"Sayang, bisakah kau menjauhkan tubuhmu sedikit?" ujar Dae Hyun hati-hati takut menyinggung perasaan Soo Yin.     

"Memangnya kenapa?" Soo Yin memiringkan tubuh lalu menengadahkan wajahnya.     

"Apa kau ingin menyiksaku? Atau kau memang ingin menggodaku lagi?" tanya Dae Hyun.     

Soo Yin mengerutkan keningnya sesaat sambil berpikir apa yang dimaksud oleh suaminya.     

"Apa kau tidak ingin mandi atau memakai baju?" Dae Hyun memandang ke arah dada Soo Yin lalu benar-benar mengalihkan pandangannya sebelum terjadi lagi.     

Sontak Soo Yin menunduk untuk melihat tubuhnya.     

"Arghhhh!" teriak Soo Yin sambil menarik selimutnya ke atas guna menutupi tubuhnya. Ia sungguh tidak teringat jika tidak mengenakan pakaian, karena dia pikir sebelum tidur sudah mandi terlebih dahulu.     

"Menghadaplah ke arah sana terus," ujar Soo Yin sembari bangkit kemudian melilitkan selimut di tubuhnya.     

"Baiklah," sahut Dae Hyun. Jika tidak ingat istrinya belum makan malam sudah dipastikan tadi ia akan melakukannya lagi.     

Soo Yin segera kabur masuk ke dalam kamar mandi. Menutup pintunya rapat-rapat sebelum Dae Hyun menyusulnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.