Istri Simpanan

Bab 298 - Tertunda



Bab 298 - Tertunda

0Dae Hyun menghela nafas panjang dengan nafas yang masih memburu di dada. Haruskah ia melanjutkan apa yang tengah mereka lakukan di tengah perjalanan? Atau berhenti saja karena tidak tega mendebarkan suara perut Soo Yin yang keroncongan?      
0

Ia menutup mata sejenak sambil berpikir di tengah menikmati ciuman yang Soo Yin berikan. Setelah berpikir sejenak, lebih baik melanjutkan nanti dari pada Soo Yin jatuh sakit. Itu lebih fatal akibatnya karena kemungkinan besar justru harus menunggu lebih lama lagi.     

Dae Hyun akhirnya melepaskan ciumannya meski hasrat itu sudah memenuhi kepalanya dan bersiap meledak. Namun apalah daya karena tak mungkin melakukannya di saat sang istri kelaparan. Dia bukan seorang maniak yang tidak bisa menunda keinginannya.     

Perlahan Dae Hyun mulai mengancingkan kemeja Soo Yin kembali satu per satu.     

Soo Yin membuka matanya perlahan. Ia tidak sadar jika perutnya minta diisi. Mungkin karena sudah terlalu larut dalam permainan yang tengah Dae Hyun lakukan sehingga tidak merasa jika lapar.     

"Kenapa berhenti?" ujar Soo Yin dengan nafas yang masih tersengal. Tatapan sayu dan wajahnya terlihat cemberut karena Dae Hyun menghentikan permainannya.     

"Kita makan terlebih dahulu. Aku tidak ingin kau kelaparan sampai sore," ucap Dae Hyun seraya menarik bibirnya ke belakang mengukir senyuman nakal.     

"Aku tidak lapar," sahut Soo Yin sambil mengerucutkan bibirnya.     

"Jika tidak lapar, kenapa perutmu berbunyi?" Dae Hyun terkekeh geli.     

"Sekarang kita makan terlebih dahulu. Nanti setelah mendapatkan stamina barulah kita melanjutkannya lagi. Sampai kapanpun yang kau inginkan," ucap Dae Hyun sambil mengerling nakal.     

Soo Yin segera bangkit dari tidurnya kemudian berjalan ke arah kamar dengan wajah cemberut. Ia kesal karena baru setengah perjalanan tapi harus berakhir. Ia merutuki perutnya yang tidak bisa diajak kompromi.     

Dae Hyun hanya menghela nafas panjang melihat Soo Yin yang berlalu kemudian menutup pintu kamar mandi dengan sangat keras. Wajar jika Soo Yin marah karena seharusnya Dae Hyun tak menggodanya sebelum mereka sarapan. Namun tadi ia sungguh tidak sanggup menahan kembali gejolak di hatinya.     

Dae Hyun segera meminta pelayan untuk mengirimkan makan siang ke kamar mereka karena ini sudah tidak bisa disebut makan pagi. Jika tidak mendung pasti saat ini panas matahari sudah masuk.     

Soo Yin membasuh mukanya sambil menggerutu tidak jelas. Sungguh ia merasa kesal kepada suaminya. Dengan bersungut-sungut akhirnya Soo Yin keluar dari kamar mandi setelah berada di sana selama setengah jam.     

"Akhirnya kau keluar juga, kupikir kau tertidur di dalam," ujar Dae Hyun sembari menggaruk bagian belakang kepalanya yabg tidak terasa gatal.     

Soo Yin menatapnya tajam sekilas lalu memalingkan wajahnya ke arah lain. Kekesalan masih merasuk di jiwanya.     

"Masih marah?" Dae Hyun menghadang langkah Soo Yin dengan merentangkan kedua tangannya.     

"Minggirlah, aku ingin tidur," ucap Soo Yin datar yang hendak melangkah ke arah ranjang.     

"Ayo kita makan siang terlebih dahulu. Aku berharap jika kau menyukainya." Tidak peduli Soo Yin yang terus meronta, Dae Hyun menarik pergelangan tangannya untuk mengajaknya makan di luar.     

Hanya beberapa langkah mereka sudah sampai di depan sebuah pondok kecil yang terdiri dari dua kursi dan satu meja. Atapnya berbentuk seperti payung raksasa  yang berwarna warni.     

Di meja sudah ada satu porsi besar makanan seafood dan satu buah kelapa muda, ada satu gelas jus. Masing-masing ada dua sedotan dan sendok.     

"Kenapa hanya memesan satu?" tanya Soo Yin dengan dahi berkerut.     

"Agar kita bisa makan sepiring berdua dan minum juga satu gelas berdua," sahut Dae Hyun dengan entengnya. Ia lalu menarik kursi agar Soo Yin duduk di sana.     

Angin sepoi-sepoi bertiup menerpa rambut Soo Yin yang terurai membuatnya semakin berterbangan dan berantakan. Cuaca yang sejuk membuatnya mengusap lengan untuk mengurangi rasa dingin yang dirasakannya.     

"Jika kau kedinginan, kita makan di dalam saja," ajak Dae Hyun sambil mengamati sang istri.     

"Di sini saja," sahut Soo Yin seraya menaruh tangannya di antara kedua kakinya.     

"Tunggu sebentar, biarkan aku ke dalam," ujar Dae Hyun. Lalu ia masuk kembali ke dalam kamar.     

Tidak lama kemudian akhirnya Dae Hyun keluar sambil membawa mantel di tangannya. Ia memakaikannya di pundak Soo Yin. Pastilah tubuhnya terasa dingin karena baju yang dikenakannya tipis.     

"Terima kasih," ucap Soo Yin yang sudah tidak marah lagi. Mendapatkan perlakuan yang begitu manis dan romantis meluluhkan hati Soo Yin. Matanya terus mengedarkan sepanjang jauh memandang terlihat sangat indah dari luar hingga mampu melupakan kekesalannya.     

"Makanlah terlebih dahulu," ujar Dae Hyun seraya mendekatkan sendok yang sudah berisi makanan ke mulut Soo Yin.     

"Biarkan aku makan sendiri," ujar Soo Yin dengan nada manja.     

"Tidak, ini sebagai permintaan maafku." Dae Hyun tersenyum, bersikukuh dengan apa  yang dilakukannya.     

Akhirnya Soo Yin hanya menurut dengan perkataan suaminya. Suami yang tidak pernah berubah dalam memperlakukan istrinya dengan baik. Meskipun mereka sering kali bertengkar karena hal-hal kecil tapi itu mungkin semua hanyalah bumbu-bumbu cinta yang akan menemani kebersamaan mereka hingga tua.     

"Rasanya aku tidak ingin pulang dari tempat ini," ujar Soo Yin.     

"Ya sudah, kita tinggal di sini saja mulai sekarang," sahut Dae Hyun dengan enteng tanpa memikirkan beban dan segala resikonya.     

"Bagaimana dengan keluargamu jika tau?" Wajah Soo Yin terlihat serius.     

"Mereka juga tidak akan terlalu curiga karena aku akan membangun resort di kawasan ini," ujar Dae Hyun.     

Pulau Geoje sebenarnya pulau yang tidak kalah indahnya dengan pulau Jeju. Hanya saja di kalangan wisatawan masih terlalu asing dan menganggap jika pulau itu adalah pulau yang terpencil dan jauh dari keramaian.     

"Apakah kita tidak pergi jalan-jalan?" tanya Soo Yin. Sangat menyayangkan jika sudah berada di tempat itu tapi tidak kemana-mana.     

"Nanti saja jika kau masih kuat untuk berdiri," goda Dae Hyun sembari terkekeh.     

Wajah Soo Yin langsung memerah menahan malu yang dilontarkan sang suami. Ia teringat saat di pulau Jeju. Berjalan ke kamar mandi saja kesusahan.     

"Nanti saja setelah kau mendapatkan pakaian, baru kita bisa pergi keluar. Apa kau berniat memakai pakaian itu di depan semua orang?" tanya Dae Hyun. Padahal ia dengan sengaja tidak membelikan pakaian agar Soo Yin tidak pergi kemana-mana. Hanya ingin melewatkan waktu berdua saja.     

Soo Yin mencebikkan bibirnya menanggapi perkataan suaminya sambil melihat kakinya yang jenjang memang terlihat polos. Lantas menganggukan kepalanya menyetujui ucapan sang suami.     

Mereka sudah selesai makan tapi Soo Yin belum ingin beranjak dari sana padahal cuaca tampak tidak bersahabat. Sehingga hawa dingin langsung menelusup ke pori-pori mereka.     

"Kemarilah, Sayang," panggil Dae Hyun sembari menepuk pangkuannya.     

"Ada apa"?" tanya Soo Yin sambil mengerutkan keningnya.     

"Sudah, kemari saja," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin melakukan apa yang diperintahkan oleh Dae Hyun untuk bangkit berdiri kemudian duduk di pangkuannya.     

Jika sedang santai seperti itu mereka seperti pasangan om dan keponakannya. Wajah Soo Yin jauh terlihat muda jika tanpa polesan make up. Tinggi Soo Yin yang hanya sebatas bahu Dae Hyun membuatnya terlihat masih seperti anak-anak.     

Setelah Soo Yin berada di pangkuannya, Dae Hyun memeluk tubuh mungil itu agar tidak merasa kedinginan. Soo Yin terus menunjuk ke beberapa tempat indah untuk mengetahui keberadaannya.     

Tanpa rasa bosan Dae Hyun terus menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang Soo Yin ajukan. Soo Yin terlihat sangat antusias dan ingin berkunjung ke berbagai tempat yang sudah diceritakan. Sayang sekali karena beberapa tempat terlihat berkabut sehingga tidak terlihat dengan jelas.     

Mereka cukup lama di luar hingga perlahan salju mulai turun. Membuat tubuh mereka kedinginan meski sudah memeluk satu sama lain     

"Sayang, ayo kita masuk. Cuaca sedang tidak bersahabat," ajak Dae Hyun.     

"Baiklah," ucap Soo Yin sambil bangkit berdiri dari pangkuan sang suami.      

Dae Hyun lalu merengkuh pinggang Soo Yin agar mereka berjalan secara berdampingan.      

==================================     

Terima kasih untuk readers semua yang sudah memberikan dukungannya melalui power stone, review, komentar dan giftnya.     

Untuk ke depannya saya membuat versi Inggris Istri Simpanan dengan judul Hidden Wife : Best Husband.     

Saya mohon dukungan power stone untuk novel versi Inggris agar bisa masuk new ranking...     

Sekali lagi saya mohon dukungannya..:face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.