Istri Simpanan

Bab 295 - Mengurangi rasa cemburu



Bab 295 - Mengurangi rasa cemburu

0Geoje Island,     
0

Pulau Geoje tak jauh kalah indahnya dengan pulau Jeju. Hanya saja sektor pariwisatanya belum berkembang sehingga belum terlalu dikenal oleh para wisatawan. Padahal sebenarnya pulau itu juga indah dengan adanya jembatan yang membentang antara pulau satu dengan pulau lainnya. Sehingga tidak memerlukan kapal untuk sampai di sana.     

Tujuan utama Dae Hyun ke pulau Geoje juga karena ada yang ingin menawarkan kerjasama untuk mengembangkan pariwisata di sana. Itupun sangat mendadak sehingga tidak sempat berpamitan kepada sang istri.     

Dae Hyun menyewa sebuah penginapan yang jaraknya berjauhan antara satu tempat dengan tempat yang lain. Kamar itu terbuat dari kaca yang transparan. Letaknya di pegunungan dengan hamparan pemandangan hijau yang sangat luas. Kita juga bisa menikmati langit malam dengan taburan bintang dan sinar rembulan jika cuaca cerah seperti ini.     

Di dalam kamar itu fasilitasnya sangat lengkap dari kamar mandi sampai televisi. Biasanya wisatawan harus memesan terlebih dahulu untuk menginap di sana. Beruntung Dae Hyun sangat kenal dengan pemiliknya sehingga tidak butuh waktu lama untuk menempati kamar itu setelah mengetahui Soo Yin akan datang.     

Sudah hampir pagi tapi Soo Yin belum juga tiba. Pria itu hanya mondar-mandir kesana kamar karena matanya bahkan enggan untuk terpejam. Sudah lima jam mereka melakukan perjalanan tapi sampai sekarang tidak ada kabarnya     

Dae Hyun terus saja dilanda kegelisahan. Ia mencemaskan Soo Yin yang menurut Chang Yuan mabuk berat. Tidak pernah diketahuinya selama ini jika Soo Yin mau mabuk. Kecuali saat dahulu awal-awal mereka satu rumah. Ia ingat saat Soo Yin mabuk karena dia tidak mengunjunginya beberapa hari. Setelah itu Soo Yin tidak pernah minum lagi.     

Dae Hyun sudah tidak sabar sehingga memutuskan untuk menunggu Soo Yin di pintu gerbang utama. Ia harus berjalan menuruni tangga yang cukup jauh jaraknya. Padahal udara di pegunungan terasa sangat dingin melebihi dinginnya udara di Seoul.     

Tidak lama kemudian Dae Hyun berdiri di depan pintu gerbang, akhirnya anak buah yang sudah ditunjuk oleh Chang Yuan berhasil sampai di sana dengan selamat.     

"Kenapa kalian lambat sekali? Kalian datang kemari menaiki mobil atau siput?" gerutu Dae Hyun sambil menatap dingin kedua anak buahnya.     

"Maaf Tuan, di tengah perjalanan turun salju sehingga jalan menjadi licin. Kami harus hati-hati karena tidak ingin tergelincir," sahut salah seorang anak buahnya sambil menundukkan kepalanya. Tidak berani menatap bos besarnya.     

"Ya sudah, apa istriku baik-baik saja?" tanya Dae Hyun. Lalu melangkahkan kakinya ke arah penumpang belakang untuk melihat sang istri.     

Dibukanya pintu mobil, Dae Hyun menghela nafas lega melihat Soo Yin terlihat tengah terlelap. Dae Hyun segera membopong tubuh Soo Yin.     

"Sekarang kalian bisa pulang," ujar Dae Hyun menoleh ke arah dua anak buahnya. Sebelum akhirnya menaiki tangga menuju kamarnya. Ia membopong tubuh Soo Yin dengan nafas ngos-ngosan karena jaraknya memang lumayan jauh dan jalanan yang menanjak. Cukup menguras tenaga untuk sampai ke atas.     

Dae Hyun tadinya berniat ingin menyewa penginapan biasa tapi rasanya itu tidak mengesankan untuk sang istri. Tidak masalah jika sekarang letih karena nanti semuanya juga akan terbayar lunas.     

Pelan-pelan Dae Hyun membaringkan tubuh Soo Yin di ranjang dengan ukuran king size. Cukup luas unjuk ditempati berdua.     

Dae Hyun ingin mengganti pakaian Soo Yin yang tampak berantakan. Namun sayang sekali ia tidak meminta Chang Yuan untuk membawa pakaian untuk sang istri.     

Dibukanya mantel Soo Yin yang bekasnya basah mungkin terkena salju kemudian membentangkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Dae Hyun ikut membaringkan di samping Soo Yin sambil memeluk pinggangnya. Aroma Meishilji masih tercium di tubuh Soo Yin tapi Dae Hyun membiarkannya.      

Sekarang Dae Hyun sudah merasa lsga karena sang istri berada di sampingnya. Perlahan kantuknya datang dan bisa tertidur dengan nyaman.     

°     

°     

Sekarang sudah pukul sepuluh pagi, tapi kedua insan itu masih memejamkan mata dengan posisi saling memeluk. Rasa kantuk Dae Hyun membuatnya enggan terbangun meski beberapa kali alarmnya berbunyi.     

Baru hari ini Dae Hyun menghidupkan ponselnya setelah beberapa hari berada di sana. Ia pikir Soo Yin tidak akan separah itu ketika ditinggalkan. Ia tidak menghubungi Soo Yin karena ingin mengurangi rasa cemburu dan posesifnya yang sangat berlebihan kepada Soo Yin. Is sungguh sangat marah setiap mengetahui Soo Yin bersama pria lain. Tapi usahanya kali ini tampak tidak berhasil.     

Kini Soo Yin menggunakan tangan Dae Hyun sebagai bantalan. Hingga Dae Hyun tidak bisa bangun karena takut mengganggu tidur lelapnya. Wajahnya terlihat lelah dengan kantung mata yang melingkar di kedua bola matanya.      

Soo Yin menggeliat sambil merentangkan tangannya karena tubuhnya terasa pegal. Ia mengerjapkan matanya ketika melihat ada seorang tengah menatapnya.     

"Siapa kau?" ujar Soo Yin yang belum terlalu sadar. Ia terlalu mabuk sehingga efek alkohol masih ada di kepalanya.     

"Tentu saja aku suamimu," ucap Dae Hyun sambil menelusuri wajah sang istri dengan jarinya.     

"Suamiku itu sedang pergi entah kemana, tidak mungkin berada di sini," ucap Soo Yin sambil meracau tidak jelas.     

"Sayang, sadarlah," ujar Dae Hyun seraya mengguncang tubuh Soo Yin agar tersadar.     

"Aduh, aku pasti bermimpi. Aku akan tidur lagi agar bisa kembali ke dunia nyata," ujar Soo Yin kembali memejamkan mata. Ia mengira karena terlalu rindu sehingga membuatnya merasa Dae Hyun sekarang ada di depannya.     

Dae Hyun hanya menghela nafas panjang melihat sang istri yang mengira itu semua hanya mimpi.     

"Sayang, aku rindu." Ada suara terisak dari bibir Soo Yin yang tidak disadarinya.     

Dae Hyun memeluk tubuh Soo Yin semakin erat. Tak disangka jika niatnya untuk mengurangi rasa cemburunya justru berakhir seperti itu.     

"Sayang, bangunlah," bisik Dae Hyun sembari menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya. Dikecupnya pipi Soo Yin berkali-kali hingga ia membuka matanya kembali.     

"Apakah aku tidak bermimpi?" ujar Soo Yin sembari mengusap lembut dagu suaminya yang terasa kasar karena bulu-bulu yang tumbuh di sana     

"Soo Yin, kenapa kau seperti ini? Kenapa kau menyiksa dirimu dengan minum sampai larut malam?" ujar Dae Hyun sambari membenamkan kepala Soo Yin di dadanya.     

"Kau menyebalkan, kau jahat. Kau membiarkanku berada di Seoul sedangkan dirimu di sini." Soo Yin memukul dada bidang suaminya sambil terisak.       

"Kau tidak tahu bagaimana aku sangat merindukanmu."     

"Kupikir kau akan baik-baik saja. Aku hanya ingin menenangkan diri dengan pertengkaran kecil yang sering kali terjadi," ucap Dae Hyun sembari menempelkan bibirnya di puncak kepala Soo Yin.     

"Kau bahkan tega membiarkanku setiap hari bersama adikmu. Padahal kau mengatakan aku tidak boleh dekat dengan pria manapun," gerutu Soo Yin.     

"Baiklah, aku sungguh minta maaf. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi," ujar Dae Hyun dengan penuh rasa penyesalan karena sudah membuat sang istri kesepian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.