Istri Simpanan

Bab 260 - Belum ingin pulang



Bab 260 - Belum ingin pulang

0Sekarang hari sudah sore. Sudah cukup lama mereka tertidur sehingga Jo Yeon terbangun ketika teringat dengan layangannya. Diguncangnya tubuh Dae Hyun yang tidur bersama di sampingnya.     
0

"Ayah, bangunlah. Ayo kita ke tempat tadi," ujar Jo Yeon Ho.     

Dae Hyun membuka kedua bola matanya. Ia tadi ingin membangunkan mereka tapi sayang sekali malah ketiduran.     

"Yeon Ho, acaranya sudah bubar sejak siang tadi," ujar Dae Hyun dengan suara serak.     

"Yahhh, layanganku bagaimana?" ujar Jo Yeon Ho dengan wajah yang terlihat sangat sedih dan cemberut.     

"Tidak usah khawatir, ayah sudah menaruhnya di dalam mobil. Sekarang mandilah terlebih dahulu," bujuk Dae Hyun.     

Jo Yeon Ho menganggukan kepalanya lantas turun dari ranjang melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Setelah mendengar jika layangannya sudah ada di mobil hatinya terasa tenang.     

Setelah terdengar suara gemericik air dari kamar mandi Dae Hyun membangunkan istri kecilnya yang masih tertidur sangat pulas. Sebenarnya tidak tega melihat wajahnya yang tampak tenang damai tapi ia takut nanti kalau dia akan kelaparan.     

"Sayang, bangunlah. Ini sudah sore," ujar Dae Hyun seraya mengecup kedua bola sang istri secara bergantian untuk membangunkannya.     

Soo Yin perlahan merasa terganggu sehingga mulai membuka matanya. Mengerjapkan berulang kali sampai benar-benar bisa terbuka dibarengi dengan tubuhnya yang terus menggeliat.     

"Jam berapa sekarang?" tanya Soo Yin setelah benar-benar tersadar sambil mengedarkan pandangannya.     

"Sekarang sudah sore, bangunlah. Nanti setelah itu kita akan makan, aku tidak ingin kalian berdua kelaparan," ujar Dae Hyun sembari menatap sang istri sambil bertumpu pada kedua tangannya.     

"Apa Yeon Ho sudah bangun?" tanya Soo Yin.     

"Dia sedang membersihkan diri. Sayang, aku sangat berterima kasih kepadamu karena mau dekat dengan putraku," ujar Dae Hyun.     

"Tentu saja aku juga harus dekat dengan Yeon Ho. Bermain bersama dengannya juga bisa membuat menghibur hatiku sedikit tentang calon bayi kita," ujar Soo Yin seraya menghela nafas berat. Dadanya kembali sesak dengan air mata yang ingin ke luar dari sudut matanya.     

Dae Hyun menangkup wajah Soo Yin dengan kedua tangannya.     

"Jangan bersedih lagi. Suatu saat nanti kita pasti akan mendapatkan anak yang lucu kembali," ujar Dae Hyun untuk memberikan sedikit ketenangan.     

Ceklek …     

Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka. Membuat Dae Hyun dan Soo Yin refleks terduduk. Jantung Soo Yin langsung berdetak kencang. Ia berharap jika Jo Yeon Ho tidak melihat apapun apa yang mereka lakukan.     

"Yeon Ho, kenapa kau tidak membangunkanku agar kita mandi bersama?" ujar Soo Yin seraya turun dari ranjang. Diliriknya Dae Hyun yang bersikap santai dan biasa saja.     

"Kakak tadi masih tertidur," sahut Jo Yeon Ho dengan polos.     

"Biarkan aku membantumu mengenakan pakaian." Soo Yin mengambil pakaian yang masih berada di dalam paper bag. Ia juga membantu Yeon Ho untuk mengeringkan rambutnya terlebih dahulu. Berharap kelak mereka akan sedekat ini ketika mereka membongkar rahasia.     

"Biarkan aku saja, sekarang mandilah. Kalian pasti sangat lapar," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin menganggukan kepalanya kemudian segera membersihkan diri.     

°     

°     

Mereka saat ini sudah berada di sebuah restoran yang tidak jauh letaknya dari hotel. Jo Yeon Ho tampak berselera untuk makan setelah mengetahui jika layangannya ada di mobil.     

"Apa setelah ini kita akan pulang?" tanya Soo Yin yang baru saja menyelesaikan makan sore.     

"Apa tidak acara lagi?" Jo Yeon Ho tampak belum ingin pulang ke rumah.     

"Sebenarnya masih ada. Biasanya akan dilanjutkan dengan festival lampion. Tapi nanti ibumu pasti akan mencarimu," ujar Soo Yin. Setelah seharian tidak bertemu pasti sekarang Aeri merindukannya.     

"Dia tidak akan mencarinya," sahut Dae Hyun. Jika Aeri memang benar-benar mencarinya pasti sejak tadi sudah menghubungi ponselnya. Nyatanya tak ada satupun panggilan ataupun pesan dari Aeri.     

"Baiklah, nanti kita kembali lagi ke sana," ujar Soo Yin.     

"Bisakah kita mengambil foto bertiga?" tanya Soo Yin. Ia ingin mengabadikan foto mereka sebagai kenang-kenangan.     

"Tentu," sahut Dae Hyun. Demi istri kecilnya meskipun dirinya tidak pernah suka mengambil gambar. Intuk menyenangkan hati Soo Yin, akan bersedia melakukannya.     

Soo Yin segera mengeluarkan ponselnya kemudian mengambil foto bertiga dalam berbagai pose. Ia tersenyum melihat hasilnya karena wajah Dae Hyun yang terlalu tegang.     

"Wajah anda terlihat sangat tegang, Tuan," goda Soo Yin sambil terkekeh geli.     

"Aku tidak suka berfoto," sahut Dae Hyun dengan jujur.     

Meski terlihat tegang, tak dapat dipungkiri jika wajahnya masih sangat tampan. Pantas saja banyak wanita yang mencoba untuk menggodanya.     

Setelah makan mereka segera kembali ke waduk Byeokgolje karena hari sudah mulai gelap. Tepat sekali sesuai dengan dugaan Soo Yin jika di sana sudah sangat ramai. Ini tidak hanya warga sekitar yang mengikutinya. Banyak juga dari wisatawan lokal bahkan mancanegara yang ikut serta.     

Biasanya peserta yang ikut dalam acara itu akan menghidupkan lampion secara serempak lalu menaruhnya di waduk. Membuat pamandangan malam yang sangat indah. Keindahan malam yang ditemani begitu banyak cahaya.     

Acara malam ini juga sebagai acara puncak perayaan festival. Akan ada pengumuman pemenang dalam setiap lomba yang sejak tadi dilakukan.     

Mereka bertiga kini tengah duduk di bangku panjang yang berada di tepi waduk. Menikmati hamparan lampion yang berada di sana. Bahkan ada kapal kecil yang berada di tengah waduk yang dihiasi oleh lampion.     

Soo Yin berada di tengah di antara anak dan ayah itu. Dae Hyun terus merangkul pinggang Soo Yin sejak tadi seolah tidak ingin ada jarak di antara mereka. Jo Yeon Ho sudah dipastikan tidak akan melihatnya sehingga sangat aman karena tempatnya juga remang-remang.     

"Ayo kita pulang, ini sudah malam," ujar Soo Yin sambil menoleh ke arah Jo Yeon Ho yang tengah asyik menikmati hamparan cahaya.     

"Tunggu sebentar lagi," rengek Jo Yeon Ho.     

"Besok di sekolah aku akan menceritakan semuanya kepada teman-temanku," lanjutnya dengan mata yang berbinar. Selama ini temannya selalu saja membuat iri, sekarang waktu yang tepat untuk membalas mereka semua dengan ceritanya hari ini. Ia tadi juga sudah mendapatkan beberapa foto yang sudah di cetak.     

Derrttt … derttt     

Ponsel Dae Hyun berdering. Ternyata itu adalah panggilan Ny. Park. Untunglah bukan Aeri sehingga Dae Hyun menjawabnya.     

"Ada apa, Bu?" tanya Dae Hyun.     

"Kemana sebenarnya kau membawa Jo Yeon Ho ? Hingga sampai matahari sudah tenggelam belum mengajaknya untuk pulang." Suara wanita paruh baya itu terdengar cemas.     

"Sebentar lagi kami pulang, Ibu tidak usah khawatir karena sekarang kami baik-baik saja," sahut Dae Hyun untuk menenangkan ibunya. Bukan Aeri yang merasa khawatir kini justru neneknya yang cemas.     

"Baiklah, ibu akan menunggu kalian pulang. Jangan pulang terlalu malam," ujar Ny. Park.     

Dae Hyun segera mematikan sambungan telepon kemudian mengajak mereka berdua untuk pulang. Awalnya Jo Yeon Ho masih bersikeras belum ingin pulang namun setelah Soo Yin meyakinkan jika nanti akan pergi ke acara festival lagi barulah Jo Yeon Ho mau.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.