Istri Simpanan

Bab 245 - Jangan membantah



Bab 245 - Jangan membantah

0Setelah memastikan jika dokter Kang sudah pergi, Dae Hyun kembali menghampiri istri kecilnya yang tengah bersandar di sisi ranjang. Lalu merentangkan selimut tebal untuk menutupi kaki Soo Yin.     
0

"Sayang, aku lapar," rengek Soo Yin dengan nada yang begitu manja. Seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi di antara mereka. Jika sudah tidak marah sebenarnya Soo Yin sangat cepat melupakan semua kekesalannya.     

Bukannya marah, Dae Hyun justru tersenyum ke arahnya. Ia sangat menyukai kata itu keluar dari bibir manis sang istri yang terdengar syahdu dan menggemaskan.     

"Kalau begitu biarkan aku mengambilnya lagi di dapur," ujar Dae Hyun sembari mengulurkan tangan mengusap lembut pipi sang istri.      

"Tidak usah, makan yang itu saja," ujar Soo Yin. Ia menunjuk makanan yang tadi belum sempat dimakan.     

"Itu sudah dingin, biarkan aku mengambil yang hangat."     

Soo Yin menggelengkan kepalanya, tak ingin merepotkan suaminya lagi. Itu juga karena salahnya sehingga makanan itu menjadi dingin.     

"Tak apa," ujar Dae Hyun. Ia tahu jika Soo Yin merasa tidak enak hati. Sebagai kepala keluarga seharusnya bisa menjaga emosinya. Ini malah sebaliknya. Dae Hyun merasa malu dengan Soo Yin.     

Soo Yin menghela nafas pasrah. Membiarkan suaminya pergi ke dapur. Untuk kesekian kalinya terus bersyukur meskipun Dae Hyun terkadang sangat menyebalkan seperti tadi.     

°     

°     

Soo Yin menyingkirkan tangan Dae Hyun yang melingkar di perutnya. Menyentuhnya dengan pelan agar tidak membangunkan tidur nyenyaknya. Hari sudah pagi, sinar matahari masih samar-samar terlihat di ufuk timur.     

Soo Yin turun dari ranjang kemudian membuka jendela kaca. Membiarkan angin pagi yang masih segar menerobos masuk ke dalam kamar. Setelah itu barulah Soo Yin pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu.     

Meski hari ini tidak akan pergi kemana-mana tapi Soo Yin tidak ingin berbaring terus di ranjang. Dipakainya baju tipis sebatas atas paha hingga memperlihatkan kaki jenjangnya yang mulus.      

Soo Yin lantas ke luar dari ruang ganti untuk membangunkan suaminya karena  harus bersiap-siap untuk pergi bekerja. Namun Dae Hyun justru sudah duduk bersandar di ujung ranjang sambil memandang terus ke arah Soo Yin tanpa mengedipkan matanya. Dae Hyun seperti melihat bidadari yang berjalan ke arahnya.     

"Mandilah, aku sudah menyiapkan air hangat untukmu," ujar Soo Yin ketika sudah berdiri di sisi ranjang. Berdiri dengan pose layaknya seorang model.     

"Aku tidak ingin pergi bekerja," ujar Dae Hyun dengan suara parau khas bangun tidur.     

"Kenapa?" Dahi Soo Yin tampak berkerut-kerut.     

"Baju yang kau pakai membuatku tidak ingin pergi kemanapun," sahut Dae Hyun sambil memandang paha Soo Yin yang terbuka.     

Soo Yin mengikuti arah pandangan mata Dae Hyun, lantas segera menutupi pahanya dengan kedua tangan. Sungguh tak ada maksud untuk menggoda suaminya.     

"Baiklah, aku akan menggantinya sekarang juga."ujar Soo Yin hendak melangkahkan kakinya untuk pergi. Namun tangannya langsung ditarik Dae Hyun hingga membuat tubuhnya tidak seimbang dan jatuh ke pangkuan suaminya.     

Dae Hyun segera membalikkan posisi hingga Soo Yin yang berada di bawahnya.     

"Tidak usah menggantinya sebelum aku berangkat," bisik Dae Hyun dengan sensual hingga hembusan angin menerpa wajah Soo Yin. Ditelusurinya pipi Soo Yin dengan jarinya.     

"Berangkatlah, nanti kau kesiangan," ujar Soo Yin seraya mendorong sedikit dada Dae Hyun agar ada jarak di antara mereka.     

"Aku tidak ingin kemanapun," bisik Dae Hyun kembali membuat Soo Yin merasa sedikit tidak nyaman.     

"Jika kau tidak bekerja ayahmu pasti akan marah. Bukankah kau tidak suka jika karyawanmu membolos? Lantas kenapa kau justru sering bolos kerja akhir-akhir ini?" tanya Soo Yin.     

"Itu benar, tapi aku mempunyai alasan untuk tidak masuk kerja."     

"Apa?" Soo Yin menggeser tubuhnya agar bisa bersandar sedikit di bantal.     

"Istriku jauh lebih penting dari pada pekerjaan. Sebaiknya hari ini kita ke rumah sakit, agar aku lebih tenang," bujuk Dae Hyun.     

"Aku bisa pergi bersama Jean saja," ujar Soo Yin.     

"Tapi aku ingin mengantarkanmu," ujar Dae Hyun.     

"Tidak perlu."     

Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang akhirnya Dae Hyun mau pergi bekerja. Meskipun harus ada beberapa syarat yang harus dilakukan Soo Yin.      

Saat ini Dae Hyun tengah bersiap-siap. Tadinya ingin menyiapkan sarapan untuk sang istri tapi Soo Yin bersikeras menolak. Dengan alasan tidak enak kepada bibi Xia yang sudah menyiapkan sarapan untuk mereka.     

"Setelah sampai di rumah sakit, jangan lupa kirim pesan padaku," ujar Dae Hyun sambil mencium kening Soo Yin.     

"Tentu saja," sahut Soo Yin sembari membalasnya dengan kecupan di pipi suaminya.     

"Aku berangkat sekarang, berhati-hatilah jika berjalan. Nanti biarkan Chung Ho mengantarkan kalian," ujar Dae Hyun.     

"Tapi …." Belum sempat membantah ucapan Soo Yin sudah dipotong duluan.     

"Jangan membantah karena aku tidak ingin terulang kembali kejadian waktu itu." Dae Hyun meletakan jari telunjuknya di bibir Soo Yin agar tidak bisa membantah.     

Soo Yin hanya menghela nafas pelan lantas menganggukan kepadanya.      

Dae Hyun mengecup bibir Soo Yin beberapa saat untuk membangkitkan gairah semangat kerjanya sebelum berangkat bekerja.     

================================     

Rumah Sakit Bersalin Pyongyang,     

Begitu Dae Hyun berangkat kerja, Soo Yin langsung bersiap-siap. Ia juga sudah meminta Jean untuk menemaninya ke rumah sakit. Karena setelah itu mereka berencana untuk pergi jalan-jalan. Lama sekali mereka tidak pernah jalan-jalan berdua saja.     

Mereka diantarkan oleh Chung Ho sesuai permintaan Dae Hyun yang tidak mengizinkannya pergi naik taksi walaupun bersama Jean.     

"Apa kau sudah membuat janji temu dengan dokternya?" tanya Jean ketika mereka berjalan di koridor rumah sakit.     

"Dae Hyun sudah menghubungi Dokter Mi Young pagi tadi," sahut Soo Yin.     

"Aku sampai sekarang rasanya belum percaya jika kau sudah menikah. Ini terlalu cepat bagiku," ujar Jean sembari melirik Soo Yin yang berjalan di sampingnya.     

"Aku juga awalnya tidak menginginkan hal ini tapi saat itu ayahku butuh uang untuk membayar semua hutang kami." Sejenak Soo Yin mengingat kembali hari dimana Dae Hyun membantu mereka untuk membayar hutang-hutangnya.     

"Mungkin kalian memang sudah jodoh," ujar Jean.     

"Aku mulai mencintainya karena ia begitu perhatian dan selalu bersikap lembut denganku," ujar Soo Yin menceritakan sedikit bagaimana ia dan Dae Hyun bersama. Kemarin Jean terus menanyakan hal itu.     

"Sayang sekali umurnya sudah terlalu tua," gumam Jean.     

"Meski tua seperti itu  yang penting dia mencintaiku. Lagi pula dia itu tidak tua hanya saja memang lebih dewasa," bela Soo Yin. Bagaimanapun juga Soo Yin tidak suka jika sahabatnya mengatakan jika suaminya itu tua.     

"Ah, baiklah." Jean terkekeh geli melihat wajah Soo Yin yang berubah menjadi tegang.     

"Tidak usah marah begitu, nanti kecantikanmu luntur," goda Jean sembari berlari kecil untuk menjauhi Soo Yin yang sudah bersiap hendak memukulnya menggunakan tas.     

Tidak berapa lama kemudian mereka sudah sampai di depan ruangan dokter Mi Young. Soo Yin mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum akhirnya Dokter Mi Young menyuruh mereka masuk ke dalam.     

"Soo Yin, bagaimana perasaanmu? Apakah sudah baikan atau masih sakit seperti semalaman?" tanya Mi Young sembari mengedarkan pandangannya ke pintu mencari keberadaan Dae Hyun.     

"Setelah dokter Kang memberikanku obat pereda nyeri, sekarang sudah mulai membaik," sahut Soo Yin.     

"Baiklah, mari masuk ke dalam," ajak dokter Mi Young ke ruangan yang digunakan untuk USG. Jean membuntuti Soo Yin di belakangnya karena merasa penasaran.     

Dokter Mi Young mulai menggerakkan alat untuk mengetahui keadaan rahim Soo Yin kali ini. Bersyukur kondisinya baik-baik saja sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan.     

"Tumben sekali suamimu tidak ikut?" Dokter Mi Young akhirnya memberanikan diri untuk menanyakan Dae Hyun secara tidak langsung.     

"Dia sibuk bekerja," sahut Soo Yin singkat     

Tak ada percakapan lagi di antara mereka. Sehingga bDokter Mi Young segera memberikan resep obat untuk Soo Yin agar kesehatannya pulih lebih cepat.     

"Kalau begitu kami permisi," pamit Soo Yin juga Jean karena setelah ini mereka akan pergi jalan-jalan.     

Begitu membuka pintu, Soo Yin sangat terkejut hingga hampir menjatuhkan kantong plastik yang dipegangnya ketika melihat siapa yang ada di luar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.