Istri Simpanan

Bab 244 - Tidak akan mengulanginya



Bab 244 - Tidak akan mengulanginya

0Soo Yin gelagapan hingga dengan cepat meletakkan kedua ponsel itu kembali ke atas nakas. Ketika Dae Hyun membalikkan tubuhnya menutup pintu. Soo Yin buru-buru bersikap seperti semula pura-pura cuek. Akan terus bersikap seperti itu sebelum Dae Hyun meminta maaf kepadanya. Baginya seorang pria perlu diuji kesabarannya agar tidak seenaknya sendiri.     
0

"Kenapa kau tadi senyum-senyum sendiri?" goda Dae Hyun sembari mengulum senyum ketika sudah duduk di samping sang istri. Ia berpikir jika Soo Yin seperti itu maka sudah berakhir kesalahpahaman kecil yang terjadi.     

"Memangnya tidak boleh?" ucap Soo Yin dengan nada datar dan cuek.     

"Sayang, makanlah. Kau kan belum makan malam," ujar Dae Hyun sembari menyodorkan sendok yang sudah berisi nasi dan sup rumput laut ke mulut Soo Yin. Ingin ia menyiapkan makanan yang lain tapi takut Soo Yin keburu kelaparan.     

"Aku tidak lapar," ujar Soo Yin berbohong. Bohong jika saat ini tidak lapar karena nyeri di perutnya juga sepertinya akibat terlambat makan.     

"Sayang, apa kau masih marah?" tanya Dae Hyun sembari meletakkan nampan ke atas nakas. Sungguh Dae Hyun tidak tahan jika istri kecilnya diam seperti ini. Ia pikir tadi sudah berhasil membuatnya untuk tidak marah.     

Soo Yin tetap bergeming lantas memalingkan wajahnya ke arah lain. Menatap langit malam yang diterangi cahaya rembulan dari celah-celah jendela kaca. Sebenarnya Soo Yin tidak tega tidak menjawab pertanyaannya. Namun dirinya hanya ingin Dae Hyun tahu jika dicurigai dan dituduh itu sakit rasanya. Apalagi tuduhan itu tidak ada buktinya.     

Digenggamnya jemari Soo Yin oleh Dae Hyun. Kemudian menempelkan bibirnya di tangan Soo Yin hingga cukup lama. Dae Hyun mengecup punggung telapak tangan Soo Yin berulang-ulang.     

"Aku sungguh minta maaf," ujar Dae Hyun lirih penuh dengan rasa bersalah yang mendalam.     

"Aku tidak akan mengulangi tuduhanku yang tidak beralasan. Aku seperti itu karena sangat cemburu. Aku sungguh tidak suka kau dekat dengan pria lain meskipun itu adalah adikku sendiri," ucap Dae Hyun sembari memejamkan matanya. Sedangkan bibirnya masih menempel di tangan Soo Yin.     

"Sayang, jangan menyiksaku dengan sikap diammu seperti ini," ujar Dae Hyun dengan suara sendu sembari membuka matanya. Lantas menengadahkan wajahnya untuk memandang wajah cantik Soo Yin yang masih tetap dalam posisinya.     

"Sayang, bicaralah," bujuk Dae Hyun karena Soo Yin tetap bergeming. Diulurkannya tangan yang sebelah untuk merapikan anak rambut sang istri agar tidak menutupi wajah nan canti itu. Lalu perlahan menyelipkannya di belakang daun telinga.     

Soo Yin masih tetap diam meskipun bibirnya sudah tidak tahan ingin berucap.     

Tidak juga mendapat respon dari istri kecilnya, Dae Hyun turun dari ranjang kemudian duduk di lantai dalam posisi berlutut.     

"Apa yang kau lakukan?" ujar Soo Yin sembari menoleh ke arah Dae Hyun yang sudah di bawahnya. Ia tidak suka dengan tindakan suaminya yang berjongkok di lantai dengan lutut sebagai tumpuan.     

"Jika perlu aku akan bersujud agar kau memaafkanku," ujar Dae Hyun.     

"Kembalilah duduk di atas," ujar Soo Yin sambil menarik pergelangan tangan suaminya..     

"Tidak akan, sebelum kau mau memaafkanku." Dae Hyun tetap bersikeras dalam posisinya. Lebih baik Soo Yin menyiksa tubuhnya dari pada harus menyiksa batinnya.     

"Baiklah aku memaafkanmu," ujar Soo Yin dengan raut wajah datar.     

"Mana mungkin kau memaafkanku sedangkan wajahmu saja terlihat tidak suka begitu," ujar Dae Hyun ketika melihat raut wajah Soo Yin yang masih cemberut.     

"Makanya lain kali pikirkan dahulu sebelum menuduhku. Kau harus tahu jika dituduh yang tidak-tidak itu sangat sakit. Aku bahkan tidak menuduhmu ketika kau menginap di UN Village. Aku selalu berpikir positif jika kau tidak mungkin tidur dengan Aeri meskipun itu bisa saja terjadi," gerutu Soo Yin meluapkan rasa emosinya yang sejak tadi berkumpul di dadanya. Nafasnya sampai terengah-engah karena berbicara terlalu cepat.     

Dae Hyun tetap diam sambil mendengarkan sang istri yang tengah menumpahkan semua emosinya. Karena disadari memang pantas mendapatkannya.     

"Aku hanya marah fotomu berada di ponsel pria lain," ujar Dae Hyun.     

"Lantas itu sebabnya kau menjadi bersikap seenaknya sendiri?" ucap Soo Yin dengan rasa kesal yang masih ada di hatinya.     

"Maaf, Sayang. Aku berjanji tidak akan menuduhmu lagi," ujar Dae Hyun sembari mengangkat jari kelingkingnya.     

"Please?" ujar Dae Hyun dengan sangat memohon.     

"Baiklah, tapi jika kau mengulanginya lagi aku tidak akan pernah memaafkanmu," ancam Soo Yin. Padahal mana mungkin dia bisa tidak memaafkan orang yang dia sayang. Itu hanyalah sebuah bentuk ancaman agar Dae Hyun tidak terlalu berlebihan.     

Dae Hyun segera bangkit kemudian duduk di sisi ranjang, menarik tubuh Soo Yin masuk dalam pelukannya. Mendekapnya dengan erat.     

"Aku berjanji tidak akan mengulanginya," ucap Dae Hyun seraya menempelkan bibirnya di puncak kepala Soo Yin.     

Ceklek …     

Pintu kamar terbuka, Dokter Kang batu saja berdiri di tengah pintu sambil menenteng tas yang berisi peralatan medisnya. Wajahnya langsung berubah masam ketika melihat pasangan yang tengah berpelukan.     

"Jadi kau hanya menghubungiku agar aku melihat kalian yang tengah bermesraan?" ujar dokter Kang sembari berdecak kesal. Namun tetap saja melangkahkan kakinya masuk meski rasanya malas.     

Dae Hyun menoleh karena Dokter Kang cukup membuatnya sedikit terkejut.     

"Apa tidak bisa kau mengetuk pintu terlebih dahulu?" sindir Dae Hyun dengan nada dingin.     

"Kalian saja yang terlalu asyik sehingga tidak mendengarkanku. Hampir saja pintu itu kubuat roboh," sahut Dokter Kang.     

"Cepatlah periksa istriku segera," ujar Dae Hyun sembari menyingkir sedikit agar Dokter Kang bisa memeriksa Soo Yin.     

"Nona Soo Yin, tolong mintakan izin kepada suamimu karena aku harus memeriksa perutmu," ujar Dokter Kang sembari tersenyum. Sebenarnya itu adalah bentuk sindiran bagaimana kala itu Dae Hyun tak mengizinkan menyentuh perut Soo Yin.     

"Tidak apa, Dokter Kang," ujar Soo Yin sembari memandang Dae Hyun dengan tatapan tajam. Agar tidak berlebihan seperti tempo hari.     

Dokter Kang melirik sinis terlebih dahulu ke arah Dae Hyun sebelum akhirnya memeriksa keadaan Soo Yin. Sesuai tadi yang dijelaskan oleh Dae Hyun di telepon.     

"Apa kau sudah beraktivitas di luar rumah?" tanya Dokter Kang setelah selesai memeriksa keadaannya.     

"Aku hari ini pergi bekerja," sahut Soo Yin meringis sembari melirik suaminya yang memasang wajah datar.     

"Ya ampun, jadi suamimu yang kaya raya itu menyuruhmu pergi bekerja?" sindir dokter Kang dengan sengaja untuk memancing sedikit emosinya.     

"Bukan, aku yang ingin pergi bekerja sendiri," sanggah Soo Yin sebelum suaminya terbawa emosi kerena wajahnya sudah terlihat menegang.     

"Dae Hyun, lain kali jangan membiarkan istrimu bekerja. Dia itu butuh istirahat karena daya tahan tubuhnya juga masih lemah," ujar dokter Kang. Ia menoleh Dae Hyun yang berada di sampingnya.     

"Baiklah," sahut Dae Hyun singkat tanpa ingin berdebat dengan sahabatnya yang paling menyebalkan.     

"Nona Soo Yin, sebaiknya kau tetap di rumah selama dua sampai empat hari agar kondisi tubuhmu pulih," ujar Dokter Kang dengan lembut.     

"Apa kami perlu ke dokter untuk memeriksanya?" tanya Dae Hyun.     

"Tidak perlu, jika kau bisa memeriksanya sendiri," ucap Dokter Kang dengan santai.     

Darah Dae Hyun rasanya langsung mendidih mendengar ucapan dokter Kang yang menyebalkan. Namun Dae Hyun berusaha tetap tenang dan jangan sampai terbawa emosi.     

Dokter Kang memberikan obat pereda nyeri sementara. Namun tetap menyarankan agar mereka harus tetap datang ke rumah sakit untuk mengecek kondisi Soo Yin. Ia segera pamit karena sudah larut malam.     

"Jaga istri mudamu dengan baik. Jika kau tidak bisa menjaganya biarkan aku saja," bisik dokter Kang di telinga Dae Hyun ketika berada di pintu.     

"Pergilah, sebelum aku benar-benar meninju wajahmu," ucap Dae Hyun dengan nada dingin.     

"Malang sekali nasibnya harus menikah dengan pria yang sudah beristri. Andaikan saja bertemu denganku lebih dulu," gumam Dokter Kang sebelum buru-buru melangkahkan kakinya menuruni tangga. Tampaknya Dae Hyun sudah terpancing emosinya.     

"Beraninya kau ….," ujar Dae Hyun hendak meninju wajah Dokter Kang namun ia sudah kabur duluan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.