Istri Simpanan

Bab 243 - Pria yang diinginkan



Bab 243 - Pria yang diinginkan

0Jika tadi Dae Hyun yang diam kini Soo Yin yang justru bersikap sangat cuek. Setiap wanita pasti akan marah jika dituduh yang bukan-bukan. Apalagi wanita muda seperti Soo Yin yang memang emosinya sering kali berubah-ubah.     
0

Sejak dalam perjalanan Dae Hyun menanyakan kemana mereka akan makan malam namun Soo Yin justru tidak mau kemana-mana. Wanita itu ingin pulang saja dari pada makan di luar. Tak ada lagi selera untuknya makan.     

Soo Yin terlebih dahulu keluar dari mobil lantas membanting pintu kuat-kuat. Dae Hyun menghela nafas panjang sembari menjambak rambutnya sendiri. Menyesali sikapnya yang kekanak-kanakan. Namun apalah daya jika rasa cemburu mengalahkan segalanya. Dipandanginya Soo Yin yang tengah melangkahkan kakinya memasuki villa.      

Jika saja bisa meredam rasa cemburunya pasti tidak akan terjadi seperti ini. Padahal Soo Yin tadi sudah begitu mengkhawatirkan dirinya.     

"Arghh! Ini semua gara-gara Kim Soo Hyun," ujar Dae Hyun sembari memukul stir kemudinya. Diusap wajahnya dengan gusar sebelum turun dari mobil untuk menyusul istrinya. Malam ini juga masalahnya harus segera diselesaikan.     

Dae Hyun memejamkan matanya sejenak untuk menenangkan hatinya sebelum berbicara dengan istri kecilnya. Ia harus menghilangkan rasa cemburunya sebelum berbicara karena takut jika sampai terbawa emosi.     

Setelah kepalanya mulai dingin, Dae Hyun memutuskan untuk menyusul sang istri yang sudah berada di dalam kamar.     

Begitu masuk Dae Hyun mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Ia memilih duduk di sisi ranjang, tiba-tiba saja tangannya terulur untuk meraih ponsel Soo Yin yang berada di dekatnya.     

Dibukanya galeri yang berisi foto-foto Soo Yin kemudian mengirimkan ke ponselnya. Sudah berapa lama menikahi Soo Yin tapi tidak ada satupun foto di ponselnya. Ia merasa iri dengan Kim Soo Hyun yang tampaknya sangat mencintai Soo Yin. Selalu saja bertindak lebih awal dari pada dirinya. Memang diakui jika ia bahkan belajar bagaimana bersikap romantis sebenarnya dari adiknya.     

Soo Yin baru saja keluar dari kamar mandi seraya memegangi perutnya yang  sedikit tidak nyaman. Semenjak kehilangan calon anaknya Soo Yin merasa perutnya terkadang masih sakit. Mungkin memang benar jika kondisinya belum benar-benar pulih dan butuh istirahat. Ia bahkan lupa kalau seharian ini belum minum obat yang diberikan Dokter Mi Young.     

Dea Hyun tersenyum begitu melihat istrinya sudah keluar dari kamar mandi. Diletakkan ponselnya kembali ke ranjang berjejer dengan ponsel Soo Yin. Dihampirinya sang istri yang masih berdiri di depan pintu.     

Aroma mawar langsung merasuk indra penciumannya yang berasal dari rambut Soo Yin yang masih basah. Dada sang istri yang terbuka sungguh membuat jantungnya berdebar. Apalagi handuk yang menutupi tubuhnya hanya mampu menutupi sampai batas atas paha saja. Pria normal mana yang tidak tergiur dengan pemandangan seperti itu. Namun Dae Hyun terus menekankan diri untuk tidak mengganggunya. Dia tidak boleh menyentuhnya sampai istrinya benar-benar sehat.     

"Tetaplah disini, biarkan aku yang mengambilkan pakaian untukmu." Dae Hyun menuntun Soo Yin agar dia duduk depan meja rias saja.      

Soo Yin hanya menurut tanpa sepatah katapun terucap di bibirnya karena tengan merasakan nyeri di perutnya.     

Dae Hyun segera memilih baju tidur yang tertutup agar Soo Yin tidak membangkitkan gairahnya. Sepasang piyama berwarna hijau dengan gambar tokoh kartun. Setelah mendapatkannya bersama pakaian dalam, Dae Hyun keluar menghampiri istrinya kembali.     

Cemas langsung merasuk ketika melihat Soo Yin yang tampak membungkukkan tubuhnya sambil meringis kesakitan. Seketika Dae Hyun langsung melemparkan pakaian itu ke atas ranjang.     

"Sayang, kau kenapa?" Dae Hyun dilanda kepanikan saat ini.     

"Perutku sakit," ujar Soo Yin sembari merintih.     

"Kalau begitu sebaiknya kita ke rumah sakit sekarang," ajak Dae Hyun yang sudah bersiap membopong tubuh istrinya yang masih mengenakan handuk.     

"Ambilkan saja obat yang ada dilaci," ujar Soo Yin dengan mata yang terpejam untuk menetralkan rasa sakitnya.     

Dae Hyun bergegas mencari obat yang disebutkan oleh Soo Yin kemudian segera memberikannya beserta air minum.     

Tidak butuh waktu lama untuk obat itu bereaksi. Kini Soo Yin sudah merasa lebih baik. Ia hendak berdiri untuk mengenakan pakaiannya tapi Dae Hyun keburu menekan pundaknya.     

"Biarkan aku memakaikannya," ujar Dae Hyun. Diambilnya baju Soo Yin yang sudah tergeletak di atas ranjang.     

"Biarkan aku saja," ujar Soo Yin dengan rona wajah yang memerah. Bagaimana mungkin membiarkan suaminya memakaikan bra pada tubuhnya.      

"Tidak apa," sahut Dae Hyun dengan sekuat tenaga berusaha untuk menahan hasratnya yang sudah lama tidak tersalurkan.     

Soo Yin sebenarnya cukup merinding merasakan sentuhan jemari Dae Hyun yang sesekali menyentuh kulitnya. Hingga ia bisa menghela nafas panjang setelah Dae Hyun selesai memakaikan baju untuknya.      

"Berbaringlah, aku akan meminta dokter Kang untuk datang kemari. Aku juga akan menyiapkan makan malam untukmu." Sejenak dikecupnya kening Soo Yin beberapa saat sebelum akhirnya Dae Hyun menghubungi dokter Kang untuk datang ke vila. Ia tidak peduli jika sekarang sudah malam dan mengganggu istirahat Dokter itu.     

Soo Yin menganggukan kepalanya, sebenarnya hendak menolak agar tidak perlu menghubungi dokter Kang tapi Dae Hyun sudah menghilang di balik pintu. Dae Hyun yang bersikap seperti inilah yang diinginkannya. Bersikap dewasa dan penuh pengertian. Bukan Dae Hyun yang pencemburu dan menuduhnya terlalu berlebihan.     

Penasaran apa yang dilakukan Dae Hyun dengan ponselnya. Soo Yin segera memeriksa kedua ponsel yang terletak di atas nakas. Soo Yin tidak perlu bertanya apa kode untuk membuka kunci karena Dae Hyun mengatakan jika kode sandinya adalah tanggal lahir Soo Yin.     

Is tersenyum-senyum sendiri saat melihat fotonya berada di ponsel Dae Hyun. Meski tak digunakannya sebagai wallpaper tapi sudah cukup membuatnya senang. Saat Soo Yin memerika ponsel suaminya, sayang sekali tidak ada satupun foto Dae Hyun. Benar jika pria kurang suka mengambil fotonya sendiri. Di galeri hanya terdapat foto Jo Yeon Ho saja dengan berbagai pose.      

Setelah melihat-lihat lebih banyak, akhirnya Soo Yin menemukan beberapa foto yang diambil ketika mereka pergi ke Namsan Park untuk pertama kali. Barulah disana ada foto Dae Hyun bersama Jo Yeon Ho. Ternyata ada fotonya bersama Dae Hyun juga. Soo Yin tidak ingat jika mengambilnya karena posisinya tampak tidak siap. Mungkin Jo Yeon Ho yang mengambilnya tanpa sengaja.     

Soo Yin segera mengirim foto itu ke ponselnya termasuk foto bertiga mereka. Di dalam foto, Dae Hyun seperti seorang ayah yang bersama kedua buah hatinya. Soo Yin jadi tersenyum geli melihatnya. Soo Yin jadi membayangkan bagaimana jika mereka tua nanti. Pasti rambut Dae Hyun sudah memutih ketika mereka memiliki anak seumuran dengannya.     

"Hmmm, ada apa senyum-senyum sendiri?" Dae Hyun baru saja masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan di tangannya. Jika saja bukan karena Kim Soo Hyun pasti mereka sudah makan malam sekarang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.