Istri Simpanan

Bab 242 - Menemukannya



Bab 242 - Menemukannya

0Hati Soo Yin terus dilanda kegelisahan hingga membuatnya terisak-isak. Soo Yin merasa jika dirinya sangat cengeng dan manja padahal dulu tidak seperti itu. Berulang kali ia berteriak kepada Chang Yuan barang kali sudah menemukannya. Namun Chang Yuan selalu menjawab belum.     
0

Hawa sejuk mulai menelusup masuk ke pori-pori kulitnya. Pakaian tipis membuatnya kedinginan sejak tadi tapi Soo Yin seoalah tidak merasakannya. Rasa cemasnya lebih besar dari pada hawa dingin yang sampai ke ulu hatinya. Ia memeluk lututnya sembari terus terisak-isak.     

"Soo Yin!"     

Sebuah suara khas yang selalu mampu membangkitkan saraf-sarafnya. Soo Yin segera menoleh ke belakang ketika sayup-sayup suara itu terdengar bersamaan dengan aliran air yang tenang.     

Seorang pria berdiri dengan alis yang tampak berkerut sambil menenteng sesuatu di tangannya.     

Dengan wajah yang tampak lebih berseri, Soo Yin lantas berdiri kemudian melangkahkan kakinya menghampiri suaminya. Dengan butiran kristal yg jatuh dari pelupuk matanya, Soo Yin langsung berhambur ke pelukan Dae Hyun. Membuat pria itu bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi.     

Dia sedikit bingung kenapa Soo Yin bisa berada di sini padahal seingatnya tadi Soo Yin masih berada di hotel. Mengingatnya berada di hotel langsung terlintas dalam benaknya tangan Kim Soo Hyun yang baru saja disentuh saudaranya.     

"Kau masih hidup?" ujar Soo Yin dengan suara paraunya. Betapa lega sekarang hatinya karena mengetahui keadaan suaminya baik-baik saja.     

"Tuan, dari mana saja anda?" tanya Chang Yuan yang muncul dari balik pepohonan. Tadinya berniat untuk mengecek Soo Yin tapi tidak disangka jika menemukan Dae Hyun bersamanya.     

"Sebenarnya untuk apa kalian datang kemari?" tanya Dae Hyun tanpa menjawab pertanyaan kedua orang yang sudah mencarinya.     

"Kami mencemaskanmu takut kau bunuh diri dengan terjun ke sungai," ujar Soo Yin dengan wajah polosnya. Ia masih membenamkan kepalanya di dada bidang suaminya.     

"Bunuh diri?" Dae Hyun terkekeh geli mendengar Soo Yin yang mengira ia bunuh diri.     

"Kau pikir aku sebodoh itu? Jika aku bunuh diri enak sekali Kim Soo Hyun," ujar Dae Hyun sembari berdecak. Ada kekesalan dan kecemburuan yang merasuk dalam jiwanya ketika mengucapkan nama saudaranya.     

"Kami mencarimu sejak tadi tapi kau tidak ada. Jadi kupikir kau terjun ke sungai," ucap Soo Yin sembari menengadahkan wajahnya guna menatap Dae Hyun.     

"Apa kau sudah bersiap menjadi janda?" goda Dae Hyun. Bibir sebelahnya terangkat ke atas.     

"Dae Hyun, kau menyebalkan. Itu tidak lucu," gerutu Soo Yin sembari memukul dada kekar Dae Hyun.      

"Lagian pikiranmu sangat macam-macam sekali," ujar Dae Hyun hendak menggenggam jemari Soo Yin tapi teringat jari itu baru saja disentuh pria lain Dae Hyun mengurungkan niatnya. Cemburu sudah membuatnya benar-benar hatinya buta.     

"Soo Yin, cuci tanganmu terlebih dahulu," ujar Dae Hyun sembari menjauhkan tubuh Soo Yin sedikit dari tubuhnya. Ia kemudian mengeluarkan sebotol air mineral dari kantong plastik yang dibawanya.     

"Memangnya kenapa?" Soo Yin menautkan kedua alisnya.     

"Aku tidak mau menyentuh tanganmu jika belum dicuci hingga bersih," sahut Dae Hyun dengan datar.     

Setelah berhasil membuka botolnya, Dae Hyun segera memegang lengan Soo Yin kemudian mengucurkan air pada jarinya. Sungguh rasanya Dae Hyun masih sangat kesal mengingat bibir Kim Soo Hyun yang menempel di tangan istri kecilnya. Dae Hyun terus mengucurkan air mineral pada kedua tangan Soo Yin secara bergantian hingga habis satu botol.     

Soo Yin hanya menuruti apapun yang Dae Hyun lakukan padanya sambil berusaha mencerna apa maksudnya.     

Dae Hyun mengeringkan tangan Soo Yin menggunakan syal yang melingkar di lehernya.     

"Lain kali jangan biarkan pria manapun boleh menyentuh tanganmu," ujar Dae Hyun sambil bersungut-sungut dan menatap tidak suka pada istri kecilnya.     

"Apakah itu salahku?" gerutu Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya. Itu semua yang terjadi juga karena Kim Soo Hyun memaksanya. Jika tidak, mana mungkin hal itu terjadi.     

"Satu lagi, jangan berikan senyum manismu kepada pria lain. Kau hanya boleh tersenyum menawan bila di depanku saja. Jangan memberikan harapan palsu kepada pria manapun," ujar Dae Hyun yang tidak rela jika pria lain melihat senyuman manis istrinya yang mampu menggetarkan jiwanya.     

"Sayang, kau ini sebenarnya kenapa?" Soo Yin segera berjinjit lantas menyentuh dahi Dae Hyun dengan punggung tangannya. Ternyata suhunya normal dan baik-baik saja.     

"Aku hanya tidak rela jika ada pria lain yang menggodamu."      

"Kau ini sangat aneh. Bukankah kau yang memintaku untuk berbuat baik pada adikmu? Lalu, sekarang kenapa kau justru marah?" tanya Spo Yin sambil memutar bola matanya karena ucapan Dae Hyun cukup membuatnya kesal.     

"Sayang, aku memintamu berbuat baik bukannya membiarkan kulitmu bisa disentuh seenaknya," ujar Dae Hyun.     

"Terserah kau saja," ujar Soo Yin datar enggan menanggapi lagi ucapan suaminya. Kepalanya juga  sudah mulai sempoyongan karena hawa yang begitu dingin.     

"Tuan dan Nona, apakah akan terus berada di sini?" tanya Chang Yuan untuk menghentikan perdebatan panjang di antara mereka.     

"Asisten Chang, kau bawa mobilku setelah orang bengkel datang. Biarkan aku  membawa mobilmu," ujar Dae Hyun. Niatnya untuk menenangkan diri sebentar akhirnya tidak jadi karena kehadiran istri kecilnya.     

Chang Yuan segera merogoh kunci mobilnya dari saku celana kemudian menyerahkannya kepada bosnya.     

Dae Hyun mengamati Soo Yin yang merapatkan tangannya. Dengan cepat ia segera membuka jasnya kemudian memakaikan di bahu sang istri.     

"Kau tampak sangat pucat. Sebaiknya kita pulang saja," ujar Dae Hyun sembari merengkuh pinggangnya dari samping menjadi kemudian menuntunnya berjalan ke arah mobil Chang Yuan yang terparkir di pinggir jalan.     

Soo Yin menganggukan kepalanya, bukan hanya tubuhnya saja yang kedinginan. Bahkan perutnya juga sudah keroncongan sejak tadi minta diisi.     

Mereka saat ini sudah di dalam mobil  untuk melakukan perjalanan pulang. Dae Hyun lebih banyak diam saat melajukan mobilnya. Rasanya tidak semudah itu melupakan kejadian yang sangat tidak mengenakan itu. Ia jadi teringat tentang foto istrinya yang terpampang di layar Kim Soo Hyun.     

Soo Yin juga diam saja, menyadari jika suaminya mungkin sedang cemburu sehingga tidak ingin berdebat.     

"Soo Yin, katakan padaku. Apa kau memberikan fotomu pada Kim Soo Hyun?" tanya Dae Hyun dengan tenang untuk memecah keheningan di antara mereka.     

"Tidak," sahut Soo Yin singkat sambil menoleh ke arah suaminya.     

"Soo Yin, Aku mohon jujurlah denganku," ucap Dae Hyun sembari mendesah.     

"Ada apa sebenarnya dengan dirimu? Aku sudah berkata jujur,* ujar Soo Yin dengan dahi berkerut. Mulai tampak kesal karena Dae Hyun terlalu aneh sikapnya.     

"Jika kau tidak memberikannya foto, lantas kenapa dia memakai fotomu sebagai wallpaper. Sedangkan aku tidak memiliki satupun fotomu."     

"Aku tidak pernah memberikan fotoku  kepada adikmu. Memangnya untuk apa aku memberikannya?" ujar Soo Yin sambil mengingat-ingat jika tidak pernah sekalipun berfoto ataupun memberikan foto kepada Kim Soo Hyun.      

Soo Yin jadi teringat sesuatu. Ia kemudian merogoh ponselnya yang berada di dalam tas. Lantas menunjukkan sebuah foto pada layar ponselnya.     

"Apa foto ini?" tanya Soo Yin.     

"Benar, jadi kau memang memberikannya?" tanya Dae Hyun dengan sedikit amarah.     

"Aku memasang foto ini di pigura dan aku meletakkannya di atas meja kerjaku. Bisa saja dia mengambil foto ini dari sana," ujar Soo Yin.     

"Benarkah?" ujar Dae Hyun dengan wajah terkejut. Ia bahkan tidak mengetahui jika Soo Yin memasang fotonya di sana.     

"Terserah jika kau tidak mempercayaiku," ujar Soo Yin sembari memalingkan wajahnya.     

"Sayang, aku sungguh minta maaf," ujar Dae Hyun sembari menggaruk bagian belakang kepalanya. Merasa bersalah karena sudah salah sangka. Tadinya ia pikir jika Soo Yin memberikan foto itu.     

"Hmmm," sahut Soo Yin dengan cuek.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.