Istri Simpanan

Bab 238 - Mengingatnya kembali



Bab 238 - Mengingatnya kembali

0Dae Hyun membuat janji dengan Soo Yin bertemu di sebuah restoran yang tidak jauh letaknya dari villa Pyeongchang-dong. Sehingga setelah mengantarkan Aeri, pria itu langsung memutar arah menuju ke tempat tujuan. Dae Hyun memeriksa jam yang melingkar di tangannya. Kurang lebih masih ada waktu setengah jam untuk sarapan.     
0

Ketika di UN Village, pria itu tadi sengaja hanya makan sedikit saja karena teringat Soo Yin mengajaknya sarapan.      

Ponselnya sudah berulang kali berdering tapi Dae Hyun tidak menjawabnya. Ia sudah mengetahui itu pastilah Soo Yin yang sudah tidak sabar menunggu. Dari pada menjawabnya, Dae Hyun memilih melajukan mobilnya agar cepat sampai.     

Begitu sampai, Dae Hyun segera bergegas turun dari mobil kemudian segera masuk ke dalam restoran. Ia tadi sudah memesankan meja VIP yang ruangannya tertutup dari pengunjung lain. Sehingga membuat mereka lebih nyaman karena sekarang banyak mata-mata yang sedang mengintai mereka. Tadi juga sudah meminta Soo Yin untuk menunggu di sana.     

Soo Yin menyandarkan kepalanya di atas meja dengan tangan sebagai bantalan. Ia sudah terlalu lama menunggu sehingga sudah tidak sabar. Menunggu itu memang sangat membosankan.     

Dae Hyun membuka pintu dengan nafas yang terengah-engah. Pandangannya langsung tertuju pada gadisnya yang tengah duduk sambil menidurkan kepalanya di meja. Wajahnya tampak masam dan terlihat kesal.     

Soo Yin segera menegakkan kepalanya sembari mengerucutkan bibirnya.     

"Apa kau ingin membuatku mati kelaparan?" ujar Soo Yin sembari mendengus.     

Dae Hyun menghela nafas pelan. Menyadari kesalahannya yang datang terlambat. Ditariknya kursi yang berada di seberang Soo Yin kemudian menghempaskan bokongnya di sana.     

"Maaf, bukankah sudah kubilang jika aku harus mengantarkan Jo Yeon Ho terlebih dahulu. Ini adalah hari pertama Yeon Ho pergi ke sekolah, ia meminta aku dan Aeri mengantarnya," ujar Dae Hyun dengan lembut untuk memberikan pengertian kepada istri kecilnya. Sungguh tidak ada niat untuk membuatnya menjadi marah.     

"Benarkah hari ini Yeon Ho sudah kembali sekolah? Aku jadi ingin melihatnya memakai seragam," ujar Soo Yin seraya memangku wajahnya dengan kedua tangan. Membayangkannya saja sudah membuatnya gemas. Mengingat Jo Yeon Ho di dalam benaknya, membuat Soo Yin melupakan rasa kesalnya menunggu terlalu lama.     

"Apa kau ingin bertemu dengannya?" Ini sepertinya waktu yang tepat untuk membujuk Soo Yin agar mau dekat dengan putranya.     

"Apa boleh aku menemuinya?" tanya Soo Yin yang justru balik bertanya.     

"Kenapa tidak? Dia itu putramu juga, kau bisa bertemu kapan saja dengannya," ujar Dae Hyun. Bahagia rasanya mengetahui jika Soo Yin tampak menyayangi Jo Yeon Ho.     

"Kau harus mengajaknya ke hotel besok-besok," ujar Soo Yin.     

"Tentu saja, aku pasti nanti akan mengajaknya." Dae Hyun berharap Jo Yeon Ho bisa mengobati sedihnya dari rasa kehilangan.     

Tak lama kemudian pelayan restoran sudah datang dengan membawa begitu banyak makanan. Soo Yin hampir mencicipi semuanya karena selera makannya sudah mulai pulih. Saat asyik makan tiba-tiba ekspresinya berubah menjadi muram kemudian meletakkan sumpitnya di piring kembali.     

Dae Hyun yang menyadari perubahan istrinya langsung mengernyitkan dahinya.     

"Apa makanannya tidak enak?" tanya pria itu sembari mengamati guratan sedih wanita yang ada di depannya.     

"Aku … aku teringat calon anak kita," ujar Soo Yin lirih sembari menundukkan kepalanya. Ulu hatinya seperti tersayat-sayat mengingat bagaimana dirinya pernah melewati hari dimana tidak mau makan. Jika boleh memilih ia ingin kembali merasakannya.     

Dae Hyun meraih jemari Soo Yin yang berada di atas meja kemudian menggenggamnya dengan erat untuk mencoba memberikan kekuatan. Namun bibirnya kembali berat untuk berucap hanya sekedar memberinya nasihat untuk bersabar.      

"Sayang, jangan bersedih lagi," ujar Dae Hyun. Hanya itulah kata yang terucap di bibirnya. Ingin mengatakan hal lain tapi takut menyakiti perasaan istri kecilnya.     

Bukannya berhenti, tapi air mata yang sudah terlanjur menggenang di pelupuk matanya langsung luruh berderai bersamaan dengan rasa kehilangannya yang kini kembali hadir.      

Melihat istrinya yang sesenggukan membuat Dae Hyun bangkit berdiri kemudian berjalan mendekati sisi Soo Yin. Mendekapnya ke dalam pelukannya. Agar Soo Yin menumpahkan air mata di dadanya. Cukup lama Soo Yin terisak hingga akhirnya perlahan mulai tenang.     

"Sayang, sebaiknya kita pulang saja ya," bujuk Dae Hyun agar Soo Yin mengurungkan niatnya untuk bekerja.     

Soo Yin segera menghapus air matanya dengan telapak tangan setelah mendengar ajakan suaminya untuk pulang. Jika berada di rumah justru ia pasti akan semakin merasa kesepian dan mengingat semuanya.     

"Aku sudah baik-baik saja," ujar Soo Yin sembari menegakkan kepalanya seperti semula. Diambilnya tisue yang terletak di atas meja hendak digunakannya untuk mengusap sudut matanya tapi Dae Hyun meraihnya dari genggamannya.     

Dae Hyun memutar tubuh Soo Yin agar menghadapnya. Mengangkat dagunya agar bisa menatapnya beberapa saat kemudian diusapnya sudut mata Soo Yin dengan tisue. Sungguh hatinya ikut terluka melihatnya menangis seperti itu. Ingin rasanya Dae Hyun membunuh Han untuk membalaskan dendamnya. Namun Dae Hyun tidak ingin gegabah melakukan hal itu karena ia yakin masih membutuhkan Han.     

"Sayang, jangan bersedih lagi. Kelak kita pasti akan mendapatkannya lagi. Setelah kau pulih aku akan melakukannya untukmu," goda Dae Hyun mencoba menghibur Soo Yin.     

Soo Yin mencebikkan bibirnya kemudian mencubit pinggang Dae Hyun.     

"Selalu saja itu yang kau pikirkan," ujar Soo Yin sembari mengulum senyum. Wajahnya sudah tampak kembali bersinar setelah mendengar ucapan suaminya.     

"Aku hanya tidak ingin membuatmu sedih. Berapapun kau minta pasti aku akan menuruti permintaanmu," ujar Dae Hyun dengan bibir yang terangkat dan membentuk seulas senyum.     

Soo Yin kini semakin lebih keras lagi mencubit pinggang Dae Hyun dengan rona wajah yang langsung memerah. Dae Hyun hanya meringis pasrah menahan rasa sakit demi istri kecilnya.     

"Dasar pria mesum," ujar Soo Yin sembari terkekeh.     

Ternyata mudah untuk mengembalikan mood Soo Yin. Hanya sebuah candaan kecil kini mampu membuatnya tersenyum.     

"Dokter Mi Young mengatakan jika kau harus memakai pengaman dulu. Apa maksudnya?" Soo Hyun teringat jika Mi Young memberi saran agar menunda kehamilannya. Untuk itu Dae Hyun harus memakai pengaman agar tidak kebobolan. Soo Yin berusaha mencari tahu mengenai hal itu namun tak menemukannya.     

"Tidak usah dipikirkan, nanti kita akan konsultasi ke dokter kembali," ujar Dae Hyun. Tak mungkin menjelaskannya kelada Soo Yin takut istrinya tidak bisa mencerna semuanya.     

"Sayang, ini sudah siang. Kau akan ikut ke hotel atau pulang saja?" Dae Hyun tidak tega jika Soo Yin harus bekerja padahal kondisinya belum pulih benar.     

"Aku akan bekerja," sahut Soo Yin dengan cepat.     

"Baiklah, tapi nanti kau tidak usah melakukan pekerjaan apapun. Kau cukup menemaniku saja," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin menganggukan kepalanya. Setidaknya dengan berada di hotel bisa membuatnya sejenak tidak memikirkan calon anaknya kembali. Karen     

Dae Hyun bahkan sampai melupakan tentang foto Soo Yin yang berada di ponsel adiknya gara-gara istrinya bersedih kembali. Namun ia akan tetap membahasnya setelah suasana hati Soo Yin membaik.     

"Ya sudah sebaiknya kita berangkat sekarang," ajak Dae Hyun seraya mengulurkan tangan untuk meraih ponselnya yang berada di atas meja.     

Begitu juga dengan Soo Yin yang memasukkan beberapa barang bawaannya kembali ke dalam tas.     

Setelah selesai mereka segera keluar dari restoran tersebut dengan Soo Yin yang berjalan sedikit jauh di belakang suaminya. Restoran itu cukup ramai sehingga Soo Yin takut jika ada orang yang mengenali mereka berdua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.