Istri Simpanan

Bab 237 - Siapa wanita itu?



Bab 237 - Siapa wanita itu?

0Jo Yeon Jo masih belum memejamkan matanya. Dirinya terlalu senang sehingga masih melihat wajah kedua orang tuanya secara bergantian yang sudah tidur terlelap. Jo Yeon Ho lupa kapan terakhir kalinya bisa tidur bersama dengan kedua orang tuanya seperti ini. Terakhir kali teringat ketika ia mengalami demam beberapa bulan yang lalu.  Apalagi sekarang ayahnya yang jarang pulang, memilih tidur di hotel dari pada di rumah.     
0

Sebagai seorang anak yang masih kecil dirinya ingin selalu seperti ini. Ingin seperti teman-temannya yang lain bagaimana mereka melewati hari-hari dengan begitu gembira bersama orang tua mereka. Dulu di saat ayahnya sangat perhatian justru ibunya tidak peduli dan sering marah-marah kepadanya. Sekarang di saat ibunya sudah mulai berubah justru ayahnya yang mengacuhkannya.     

Jo Yeon Ho merekatkan telapak tangannya di dada sambil memejamkan matanya. Berdoa kepada Tuhan agar keluarganya akan tetap utuh. Semoga saja ayah dan ibunya tidak bertengkar lagi seperti waktu itu.     

Setelah selesai, Jo Yeon Ho menggenggam tangan kedua orang tuanya dengan tangan mungilnya. Berusaha memejamkan matanya berharap ini adalah awal yang baik untuk mereka.     

°     

°     

Malam berlalu dengan sangat cepat. Sekarang sinar mentari sudah mulai terpancar meskipun masih malu-malu untuk menampakkan sinarnya di balik pepohonan.     

Jo Yeon Ho sudah terlebih dahulu bangun dibandingkan kedua tuanya. Posisi tidur mereka masih sama seperti ketika sebelum tidur. Anak itu mengusap lembut pipi kedua orang tuanya secara bergantian. Membuat keduanya terbangun.     

Dae Hyun langsung memeluk tubuh mungil Jo Yeon Ho yang sangat menggemaskan. Sedangkan Aeri justru bangkit dari tidurnya kemudian duduk di sisi ranjang.     

"Yeon Ho, ayo kau sebaiknya mandi terlebih dahulu," ajak Aeri pada putranya agar ia kembali ke kamarnya.     

Setelah mencium kedua pipi ayahnya, Jo Yeon Ho segera turun dari ranjang kemudian mengikuti ibunya untuk pergi ke kamarnya. Padahal biasanya Aeri tidak pernah peduli Jo Yeon Ho mandi atau tidak. Aeri hanya melakukan hal itu di depan Dae Hyun jika dirinya benar-benar sudah berubah.     

°     

°     

Mereka turun ke bawah setelah semuanya selesai membersihkan diri. Aeri, Dae Hyun dan Jo Yeon Ho menuruni tangga secara bersama-sama dengan Jo Yeon Ho berada di tengah sambil menggandeng tangan mereka. Orang luar yang tidak tahu pasti akan mengira jika mereka adalah keluarga yang bahagia. Padahal faktanya mereka sejak dulu hanya bersikap seperti itu jika di depan orang lain dan Jo Yeon Ho saja.     

Kedua Bibi Dae Hyun ternyata menginap di sana, padahal biasanya jarang sekali Shin-hye mau menginap di rumah kakaknya.     

Aeri dan Jo Yeon Ho selalu mengukir senyuman di bibirnya. Sangat berbeda dengan Dae Hyun yang justru memasang wajah masam dan tidak suka. Ia malah berulang kali memeriksa ponselnya barang kali Soo Yin mengirim pesan singkat.     

Semua orang saat ini tengah duduk mengitari meja makan. Dae Hyun hanya sibuk melihat ponselnya tanpa mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Ia sama sekali tidak tertarik dengan obrolan mereka.     

Bip …     

Dae Hyun merasakan jika ponselnya bergetar sehingga buru-buru langsung memeriksanya. Ternyata benar tebakannya jika itu pesan dari Soo Hyun.     

[Sayang, aku pagi ini ingin sarapan bersamamu di restoran] Soo Yin.     

[Baiklah, setelah berangkat nanti aku akan menghubungimu] balas Dae Hyun dengan cepat. Ia ingin meluruskan tentang foto itu agar tidak merasa cemburu.     

"Seminggu lagi adalah acara pernikahan putriku. Pokoknya kalian semua harus datang," ujar Hyun Bin. Memang kedatangannya ke UN Village salah satunya adalah untuk memberitahukan keluarga Park Ji Hoon agar mereka datang ke acara pesta pernikahan putrinya.     

"Tentu saja kami akan datang," sahut Ny Park.     

"Kim Soo Hyun, jangan lupa ajak gadismu itu. Perkenalkan dia kepada kami, agar kelak setelah menikah dia tidak canggung," ujar Hyun Bin seraya melirik Kim Soo Hyun yang sedang menyendokkan makanan ke dalam mulutnya.     

"Aku harus meminta persetujuannya terlebih dahulu, Bibi," sahut Kim Soo Hyun sembari meringis. Hatinya berharap semoga saja Soo Yin bersedia menemaninya. Malu rasanya jika datang ke pernikahan sepupunya tapi sendirian. Keluarga besarnya pasti akan terus mengejeknya.     

Dae Hyun memilih diam saja sambil sesekali beradu pandang dengan Park Ji Hoon yang duduk berhadapan dengannya.     

Park Ji Hoon merasa dipusingkan oleh Dae Hyun. Keluarganya mengetahui jika Soo Yin adalah kekasih Kim Soo Hyun. Padahal fakta sebenarnya Soo adalah istrinya Dae Hyun. Dia tidak bisa membayangkan jika suatu saat semuanya terbongkar. Ia sangat menyayangkan kejadian ini terjadi. Seandainya Dae Hyun bisa mengalah sedikit saja pasti semuanya tidak akan menjadi rumit seperti ini.     

"Dae Hyun, kau juga harus membawa istri dan putramu. Jangan sampai tidak datang," timpal Shin-hye.     

"Bibi, tidak perlu khawatir. Mana mungkin kami melewatkan acara pernikahan sepupu kami," sahut Aeri seraya melirik Dae Hyun yang duduk di sampingnya tapi pria itu justru memalingkan wajahnya ke arah lain. Malah pura-pura menyuapi Jo Yeon Ho. Dirinya tidak berselera datang ke acara pesta pernikahan sepupunya jika Kim Soo Hyun benar-benar mengajak Soo Yin.     

Mereka semua melanjutkan sarapan dengsn tenang setelah berbincang-bincang sedikit.      

"Ayah, hari ini adalah pertama kali aku masuk sekolah dasar. Aku ingin Ayah dan Ibu mengantarkanku," rengak Jo Yeon Ho sembari mengerjapkan kedua matanya.     

Dae Hyun terdiam sebentar, menimbang permintaan putra semata wayangnya.     

"Baiklah," sahut Dae Hyun dengan seulas senyum tipis terukir di bibirnya. Ia tidak ingin menolak permintaan yang begitu mudah dilakukan.     

Sesuai janjinya, setelah selesai sarapan dan bersiap-siap Dae Hyun segera mengantarkan Jo Yeon Ho ke sekolahnya. Selama perjalanan Dae Hyun melirik dari kaca spion raut wajah Jo Yeon Ho tampak begitu berbinar. Anak itu duduk bersama Aeri di kursi bagian belakang.     

Sepertinya Aeri memang sudah banyak berubah tapi Dae Hyun segera mengenyahkan pikiran untuk merasa kasihan dengan Aeri. Semuanya sudah terlambat.     

Tak berapa lama perjalanan, akhirnya mereka sudah sampai di sekolah Jo Yeon Ho. Ternyata teman-temannya juga datang bersama kedua orang tua mereka. Beruntunglah tadi Dae Hyun bersedia mengantarkanya jika tidak, Dae Hyun tak bisa membayangkan raut wajah sedih putra semata wayangnya.     

Aeri dan Dae Hyun ikut turun mengantarkan Jo Yeon Ho sampai di depan kelasnya seperti wali murid yang lain.      

"Yeon Ho, jadilah anak yang baik." Dae Hyun mengusap puncak kepala putranya sebelum anak itu masuk ke dalam kelas     

Begitu juga dengan Aeri yang melakukan hal sama.     

Setelah selesai, Dae Hyun segera mengemudikan mobilnya kembali untuk mengantarkan Aeri terlebih dahulu. Meski bisa menyuruhnya pulang naik taksi tapi Dae Hyun bukan seorang pria yang tidak memiliki hati nurani.      

Bip …     

Ponsel Dae Hyun kembali berdering, itu adalah sebuah tanda pesan masuk.     

[Sayang, kau lama sekali] Soo Yin.     

[Aku sedang dalam perjalanan karena baru saja mengantarkan Jo Yeon Ho ke sekolahnya] balas Dae Hyun dengan jujur. Ia cukup trauma jika berkata bohong kepada istri kecilnya.     

"Apa itu pesan dari wanita itu?" tanya Aeri dengan rasa penasaran.     

"Bukan urusanmu," sahut Dae Hyun singkat.     

"Apa wanita itu adalah sekretarismu?" Aeri terus memancing mencari tahu lebih lanjut siapa sebenarnya wanita yang sudah merebut suaminya. Han pernah mengingatkannya untuk berhati-hati oleh Soo Yin. Sayang sekali saat ini Han tidak bisa dihubungi.     

"Bukankah sudah kubilang itu bukan urusanmu?" ucap Dae Hyun dengan nada dingin seraya menoleh memandang Aeri sebentar.     

Aeri merasa sangat kesal karena Dae Hyun tidak memberitahukannya padahal jika sudah tahu maka dengan segera akan memberi pelajaran kepadanya. Tapi hatinya merasa sangat yakin jika gadis jalang itulah yang menggodanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.