Istri Simpanan

Bab 235 - Bibi Dae Hyun



Bab 235 - Bibi Dae Hyun

0UN Village,     
0

Rupanya benar ada kedatangan kedua adik Park Ji Hoon yang tidak lain adalah bibi Dae Hyun. Mereka berkunjung setelah mendapatkan kabar jika Aeri mengalami kecelakaan sekaligus keguguran.     

Semua orang tengah berkumpul di ruang keluarga termasuk Aeri yang juga berada di sana. Meski kondisinya belum terlalu pulih tapi tetap bersikeras untuk menemui kedua bibi Dae Hyun.     

"Aeri, bibi turut berduka karena kau sudah kehilangan janinmu," ujar wanita paruh baya yang bernama Shin-hye. Dia adalah salah satu bibi Dae Hyun yang paling muda.     

"Terima kasih, Bibi. Kalian sudah mau datang menjengukku," ujar Aeri seraya tersenyum tipis.     

"Aku dengar Dae Hyun tidak pulang saat kau berada di rumah sakit. Pria macam apa dia yang tidak mau menemani istrinya di saat hal yang paling sulit," timpal Hyun Bin sambil bersungut-sungut.     

"Dia sedang banyak pekerjaan yang harus dilakukannya sehingga tidak bisa pulang ke Seoul," ujar Ny Park. Sebagai seorang ibu bagaimanapun kesalahan putranya tetap saja akan membelanya terlebih lagi di depan keluarganya.     

"Istri itu jauh lebih penting dari pada pekerjaan. Seharusnya Kakak bisa menyuruhnya untuk pulang," ujar Shin-hye sembari memandang kakak iparnya dengan tatapan tidak suka.     

Ny Park hanya bisa menghela nafas pasrah mendengar mereka terus menjelek-jelekkan putranya. Faktanya memang itulah yang sebenarnya terjadi meski ia tahu jika Dae Hyun mempunyai alasan tersendiri. Namun tidak mungkin mengatakan masalah yang terjadi sebenarnya di antara Aeri dan Dae Hyun kepada kedua iparnya. Bisa-bisa semuanya akan menjadi kacau.     

Untunglah Ny Park bukan tipe wanita yang suka memberitahukan masalah dengan anggota keluarganya.     

Dae Hyun bisa mendengar ucapan kedua bibinya yang seolah-olah menghakiminya. Ketika sampai di ruang keluarga, Dae Hyun pura-pura tidak mendengar hal itu sehingga berusaha untuk bersikap baik-baik saja.     

"Hai, Bibi. Apa sudah lama kalian sampai di sini?" sapa Dae Hyun seraya mengembangkan senyum lebarnya. Walau hanya untuk sekedar basa-basi karena jika dirinya bersikap tidak sopan maka dipastikan ibunya akan mendapatkan masalah.     

Begitu pula dengan Kim Soo Hyun yang juga menyapa kedua bibinya. Barulah setelah itu pamit ke kamarnya untuk beristirahat. Dia enggan mendengarkan ceramah dari kedua bibinya jika sedang berkumpul seperti ini. Pasti mereka akan menanyakan kapan dia menikah.     

"Kim Soo Hyun, kami dengar jika kau sudah mempunyai tambatan hati. Katakan siapa gadis itu?" tanya Hyun Bin seraya mengedipkan sebelah matanya.     

Kim Soo Hyun menghentikan langkahnya, tidak sopan rasanya mengacuhkan pertanyaan dari bibinya. Ia menoleh sambil tersenyum.     

"Tidak perlu khawatir, jika sudah waktunya nanti aku pasti akan mengatakannya kepada kalian," sahut Kim Soo Hyun kemudian segera melangkahkan kakinya untuk pergi. Ternyata benar seperti dugaannya, topik itu tidak akan pernah terlewat untuk ditanyakan.     

"Kakak, sepertinya kau tahu sesuatu tentang gadis itu," ucap Shin-hye kepada Hyun Bin.     

"Tentu saja, karena aku pernah bertemu dengannya saat dia berkunjung ke rumah ini," sahut Hyun Bin.     

"Benarkah? Cepat katakan kepadaku siapa gadis itu. Aku sudah tidak sabar ingin melihat Kim Soo Hyun menikah," ujar Shin-hye dengan raut wajah gembira.     

"Dia adalah sekretarisnya Dae Hyun," ujar Hyun Bin.     

"Aku jadi sangat penasaran ingin mengetahui secantik apa dia. Semoga saja dia gadis baik-baik," ujar Shin-hye.     

Telinga Dae Hyun terasa panas mendengarkan mereka yang terus membicarakan Soo Yin. Meski mereka tidak membicarakan tentang keburukannya namun Dae Hyun tidak suka jika mereka menginginkan Kim Soo Hyun segera menikah dengan Soo Yin.     

Begitu juga dengan Aeri merasa sangat kesal dengan kedua bibi Dae Hyun karena mengacuhkannya. Mereka malah asyik membicarakan Soo Yin. Padahal tujuan mereka datang kemari untuk menjenguknya. Sebenarnya Aeri ingin mengatakan jika Soo Yin itu adalah gadis yang mencoba merebut Dae Hyun darinya tapi itu tidak mungkin karena Dae Hyun pasti akan menyanggahnya. Sehingga Aeri dengan rasa malas hanya mendengarkan perbincangan mereka tanpa mau ikut berbicara.     

"Dae Hyun, apa kau tidak ingin menghibur Aeri yang sedang sedih?" ujar Hyun Bin yang melirik Dae Hyun justru diam saja duduk di ujung sofa tanpa menyapa istrinya sejak tadi.     

Sejenak dipandangnya Aeri yang tampak diam saja. Sebagai seorang pria ada rasa belas kasihan yang hadir di hatinya. Terlepas anak itu entah anak siapa namun Dae Hyun juga merasa iba meskipun jika mengingat Han membuatnya semakin membenci Aeri.     

"Aku pamit untuk istirahat ke kamar saja," ujar Aeri sembari bangkit berdiri. Percuma saja duduk di sana jika mereka justru mengacuhkannya.     

Melihat Dae Hyun yang justru diam saja membuat Ny Park menatap tajam. Kemudian memberikan kode agar Dae Hyun membantu Aeri berjalan. Jangan sampai kedua bibinya merasa curiga.     

Dae Hyun menghela nafas panjang kemudian ikut berdiri untuk membantu Aeri berjalan menaiki tangga.     

"Biarkan aku bantu," ujar Dae Hyun singkat seraya menuntunnya agar tidak terjatuh.     

Mereka sama-sama diam selama menaiki tangga hingga sampai di dalam kamar.     

"Apa kau sungguh baru pulang?" tanya Aeri memecah keheningan yang terjadi di antara mereka. Hanya untuk memastikan jika Dae Hyun benar-benar berada di pulau Nami. Sehingga kemungkinan Han tidak tertangkap olehnya. Karena sejak malam itu Gan tidak ada kabarnya lagi.      

Aeri sama sekali tidak tahu apa yang terjadi dan yang direncanakan oleh Han. Yang dia tahu hanyalah jika Han akan pergi ke Paris untuk bersembunyi setelah rencananya berhasil. Han tidak menceritakan apapun tentang rencananya untuk mencelakai Soo Yin. Han hanya mengatakan agar Aeri tidak perlu memikirkan hal itu.     

Sebenarnya Aeri juga penasaran apakah Soo Yin ikut bersamanya atau tidak. Namun Aeri tidak memiliki keberanian, ia takut Dae Hyun akan curiga.     

"Memangnya kau pikir aku ada dimana?" tanya Dae Hyun yang menyadari ada keraguan di mata Aeri.     

"Aku hanya bertanya saja," ujar Aeri gugup.     

Dae Hyun berjalan mendekatinya karena mencium sesuatu yang mencurigakan.     

"Apa kau yang mengabarkan desas desus jika Soo Yin mencoba merayuku?" bisik Dae Hyun tepat di depan wajah Aeri hingga Aeri bisa merasakan hembusan nafas pada wajahnya.     

"Ti … tidak, bukankah aku sedang sakit? Aku bahkan tidak ada waktu untuk kemanapun," sahut Aeri dengan tergagap.     

"Bukankah sudah kukatakan jangan mengkambing hitamkan seseorang ke dalam hubungan kita? Ada atau tidaknya wanita lain aku tetap ingin kita berpisah," ujar Dae Hyun dengan penuh penekanan. Selama ini Dae Hyun tidak pernah mengiyakan tuduhan Aeri tentang Soo Yin. Meski terkadang mengakui jika memang ada wanita lain di hatinya tapi Dae Hyun tidak memberitahu siapa wanita itu.     

"Dae Hyun, kenapa kau begitu tega kepadaku? Setelah kau mendapatkanku justru kau kini mencampakkanku," ujar Aeri dengan bulir mata ketakutan perlahan luruh dari pipinya. Ia takut karena posisinya akan terancam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.