Istri Simpanan

Bab 233 - Dasas-desus yang beredar



Bab 233 - Dasas-desus yang beredar

0The Silla Seoul Hotel.     
0

Berita tentang Aeri yang kehilangan janinnya sudah membuat gempar hotel. Para wanita berbondong-bondong menceritakannya hampir setiap hari. Yang membuat mereka tidak habis pikir adalah karena bos mereka belum pulang juga padahal istrinya saat membutuhkannya.     

Dae Hyun dengan cuek masuk ke dalam ruangannya. Meski tatapan beberapa orang tampak menghakiminya. Ia tidak peduli jika orang-orang akan menganggapnya seorang pria yang tidak memiliki perasaan.     

Ada juga desas desus yang berkembang jika Dae Hyun sudah dirayu oleh sekretarisnya. Sehingga tidak mau mau pulang ke Seoul meski istrinya berada di rumah sakit.     

Begitu masuk ke ruangan, Dae Hyun mengerutkan keningnya mendapati ayahnya tengah duduk di sofa. Ternyata sudah kembali ke Korea.     

"Kupikir kau sudah lupa jalan untuk kembali ke hotel ini," sindir Park Ji Hoon tanpa mengalihkan pandangannya dari koran yang sedang dibacanya.     

"Kapan Ayah kembali ke Seoul?" tanya Dae Hyun tanpa memperdulikan sindiran ayahnya karena enggan untuk berdebat.     

"Ayah kembali ke Seoul karena kau membuat ulah. Bukankah sudah kukatakan jangan berbuat macam-macam," ujar Park Ji Hoon dengan suara meninggi meski wajahnya terlihat tampak tenang.     

"Tenanglah, sebentar lagi aku juga akan menyerahkan jabatanku kepada Kim Soo Hyun sehingga Ayah tidak perlu cemas jika hotel ini akan jatuh ke tangan paman dan bibi," ucap Dae Hyun dengan santai seraya menaruh tasnya di atas meja.     

"Apa maksudmu?" Park Ji Hoon tampak tercengang mendengar pernyataan dari putranya.     

"Kim Soo Hyun sepertinya sudah mulai bisa diandalkan dan pekerjaan juga sudah lumayan bagus. Aku ingin memberikan jabatanku kepadanya agar hidupku menjadi tenang. Sehingga aku tidak perlu menyembunyikan hubunganku dari orang lain," sahut Dae Hyun. Ia bersandar di kursi sejenak membayangkan betapa bahagianya kehidupannya dengan Soo Yin kelak tanpa selalu was-was memikirkan keadaan hotel.     

"Apa kau sudah tidak waras? Dia mau bekerja keras demi istrimu jika dia sampai tahu jika Soo Yin sudah menikah pasti adikmu akan kembali seperti dulu lagi," ujar Park Ji Hoon yang berdiri dari duduknya. Perkataan Dae Hyun membuat kepalanya pusing.     

"Maka dari itu aku sekarang masih menyembunyikannya. Aku akan mengatakan semuanya setelah proses pengangkatan jabatannya berjalan dengan lancar. Sehingga dia tidak akan mengelak dari pekerjaannya," ucap Dae Hyun sembari menghela nafas panjang.     

"Bagaimana dengan Aeri? Apakah kau akan mencampakkannya begitu saja? Kau bahkan belum pulang hingga sekarang." Park Ji Hoon sudah mulai naik darah. Putranya yg tidak menyadari jika pada keluarganya sedang terjadi keributan. Itulah sebabnya ia kembali ke Seoul.     

"Ayah, bukankah sudah kukatakan jika aku akan menceraikannya secepat mungkin," ujar Dae Hyun sembari mendesah kesal.     

"Apa kau sudah gila? apa kata orang jika kau menceraikannya di saat ia baru saja mengalami keguguran? Jangan egois dengan mementingkan dirimu sendiri karena nama keluarga besar kakekmu juga akan terlibat jika kau gegabah," ujar Park Ji Hoon dengan nada sedikit kasar karena percuma berbicara dengan halus pada Dae Hyun.     

Dae Hyun memijat pelipisnya mendengar ceramah dari ayahnya. Memang ada benarnya apa yang dikatakan oleh pria yang sudah membesarkannya itu.     

"Bukankah sudah sejak dulu kukatakan agar kau jangan terlalu mementingkan kehidupan pribadimu? Kau juga harus menjaga nama baik keluarga," ujar Park Ji Hoon sembari memegang dadanya yang terasa sesak.     

"Ayah tidak usah khawatir aku tidak akan membuat kalian malu," ujar Dae Hyun dengan wajah masam.     

Itu sebabnya sampai detik ini masih menyembunyikan hubungan dengan Soo Yin karena masih ingat jika perbuatan menikahnya yang diam-diam akan memberikan cap buruk bagi keluarganya.     

"Terserah kau saja. Nanti malam pulanglah, jangan sampai membuat malu keluarga. Desas- desus sudah berkembang jika kau berniat menceraikan Aeri karena ada wanita lain." Setelah mengucapkannya, Park Ji Hoon segera pergi dari ruangan itu. Membiarkan putranya untuk bisa berpikir dewasa dan tidak seenaknya.     

Dalam dunia bisnis sebenarnya sudah terbiasa jika para pria memiliki banyak wanita. Namun hanya satu wanita yang menempati posisi sah, mereka akan memilih istri pertama yang diprioritaskan. Sedangkan Dae Hyun, bagaimana mungkin melakukannya jika dirinya sama sekali tidak pernah mencintai Aeri.     

Dae Hyun merenungkan perkataan Park Ji Hoon agar tidak salah dalam melangkah. Dia juga tidak ingin jika Soo Yin dianggap sebagai perebut.     

Dibenamkannya kepala di telapak tangannya sambil terus berpikir hingga terdengar suara langkah kaki yang berjalan mendekat.     

Kim Soo Hyun langsung ke ruangan Dae Hyun setelah selesai dengan rapatnya. Telinganya sudah tidak tahan lagi mendengar desas-desus yang beredar karena ini menyangkut dengan pujaan hatinya. Ia tidak rela jika Soo Yin menjadi bahan gunjingan mereka.     

"Kakak!" seru Kim Soo Hyun sambil menggebrak meja kerja Dae Hyun.     

"Apa kau tidak bisa bersikap sopan kepada Kakakmu sendiri?" gerutu Dae Hyun sembari mengangkat kepalanya.     

Mereka saling bertemu pandang dengan tatapan dingin. Sama-sama memiliki emosi di hati mereka yang ingin diluapkan.     

"Kakak, aku minta sekarang juga kau harus memberikan klarifikasi," ujar Kim Soo Hyun dengan dada yang naik turun menahan emosi.     

"Klarifikasi apa?" Dae Hyun mengerutkan keningnya mencoba mencerna ucapan adiknya.     

"Apakah kau tidak tahu, jika selama kau pergi ke pulau Nami beredar desas-desus yang tidak mengenakan? Soo Yin dituduh merebutmu dari kakak ipar," ucap Kim Soo Hyun dengan nada tinggi.     

"Apa?" Dae Hyun terhenyak mendengar perkataan saudaranya. Pantas saja semua karyawan di hotel ini memandangnya dengan tatapan aneh. Meski tadi sudah mendengarnya dari Park Ji Hoon, tapi ia tidak menyangka jika Soo Yin yang dituduh.     

"Itu karena kau tidak pulang ke Seoul saat kakak ipar kecelakaan. Desas-desus beredar jika kau lebih memilih bersama sekretarismu dari pada istrinya." Kim Soo Hyun sudah tidak tahan lagi untuk mengeluarkan semua yang ada di dalam benaknya.     

"Buat peraturan baru, siapa saja yang masih ingin bekerja di hotel ini tidak boleh membicarakan atasan mereka. Jika mereka tetap melakukannya maka bersiaplah akan dipecat," ujar Dae Hyun dengan tenang. Tak mungkin mengklarifikasi karena itu memang sebuah kebenaran. Namun tak mungkin juga mengakui hal itu untuk sekarang ini.     

"Apa maksud Kakak?" Kim Soo Hyun merasa dibingungkan dengan ide saudaranya yang tidak masuk akal.     

"Sudahlah, setelah ini tidak akan ada yang membicarakan Soo Yin. Aku akan meminta Chang Yuan untuk membuat pengumuman itu," ujar Dae Hyun sambil mengepalkan tinjunya. Sangat yakin jika Aeri yang ada dibalik desas-desus ini.     

"Dimana Soo Yin? Kenapa tidak ada?" Kim Soo Hyun mengedarkan pandangan ke meja kerja Soo Yin yang tampak kosong. Padahal dirinya sangat ingin bertemu. Sudah beberapa hari tidak melihat membuatnya begitu rindu.     

"Aku menyuruhnya untuk libur. Dia perlu waktu istirahat setelah mengikutiku bekerja," ujar Dae Hyun datar. Untunglah beberapa hari yang lalu mengatakan jika Soo Yin harus ikut pergi bekerja bersamanya sehingga memberikan alasan libur untuknya adalah hal yang lumrah.     

Setelah Kim Soo Hyun mengeluarkan semua yang ada di benaknya, ia segera pergi dari ruangan itu untuk melakukan pekerjaan lain. Rasanya hatinya kini sudah tenang sehingga tidak akan ada orang di hotel ini membicarakan Soo Yin sebagai penghancur rumah tangga saudaranya. Setiap pria tidak akan ada yang rela jika gadis yang dicintainya dituduh sebagai perusak rumah tangga orang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.