Istri Simpanan

Bab 232 - Minum dalam gelas yang sama



Bab 232 - Minum dalam gelas yang sama

0Berkat Soo Yin yang terus memaksa, Dae Hyun hari ini mulai kembali bekerja ke hotel. Meski agak was-was meninggalkannya tapi pria sudah meminta Jean untuk datang sehingga bisa membantu untuk menjaganya sementara waktu. Namun Dae Hyun akan berangkat bekerja menunggu Jean datang.      
0

Jika biasanya setelah menyiapkan sarapan Dae Hyun akan meninggalkannya tapi kali ini pria itu ikut makan bersama istri kecilnya. Mereka bahkan makan satu piring berdua karena Soo Yin tak diizinkan makan sendiri. Untuk minum saja harus dengan gelas yang sama.     

"Apa kau tidak jijik minum sisa dari gelas yang baru saja kupakai?" tanya Soo Yin.     

"Untuk apa aku jijik jika aku menyukai manisnya bibirmu. Minum dengan gelas yang sama denganmu membuatku merasakan jika kita sedang berciuman. Maka dari itu jangan membiarkan pria manapun minum bekas gelasmu," ucap Dae Hyun sembari mengedipkan sebelah matanya.     

Wajah Soo Yin seketika langsung memerah mengetahui bagaimana suaminya kini yang ternyata sangat bisa romantis.      

Bibi Xia yang menyaksikan keduanya merasa iri melihat Dae memperlakukan Soo Yin dengan sangat baik. Hanya satu yang disayangkan karena Soo Yin masih menjadi istri simpanan.     

°     

°     

"Sayang, pergilah. Aku sekarang sudah baik-baik saja," ujar Soo Yin karena Dae Hyun tak kunjung pergi padahal hari sudah siang. Pria itu memilih duduk di sofa sambil memeriksa beberapa pekerjaannya.     

"Nanti tunggu Jean datang." Dae Hyun mengalihkan pandangannya dari layar laptop sebentar. Memandang istri kecilnya yang berdiri di sampingnya.     

Soo Yin menghela nafas panjang sembari memutar bola matanya. Membujuk Dae Hyun pergi ternyata sangat susah. Padahal dirinya sudah tidak enak hati, takut keluarganya mencarinya meskipun mereka mengetahui jika Dae Hyun berada di luar kota. Itu tidak masuk akal, Dae Hyun bahkan tidak mau pulang menjenguk Aeri.     

Soo Yin menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang empuk tepat di samping Dae Hyun. Ingin mengganggunya agar segera berangkat. Dengan sengaja Soo Yin menyandarkan kepalanya di bahu suaminya ketika tangan pria itu mulai menyentuh keyboard.     

Bukannya marah, Dae Hyun justru senang melihat istri kecilnya bertingkah sangat manja. Tetap menggerakkan jemarinya di atas keyboard dengan lincah tanpa terusik dengan kehadirannya.     

"Sayang, berangkatlah ini sudah siang. Bukankah kau ada rapat sebentar lagi," usir Soo Yin yang sudah kehabisan cara agar Dae Hyun pergi.     

"Kau mengusirku? Kau tidak perlu khawatir untuk pekerjaanku karena aku sudah meminta Chang Yuan untuk mengatur semuanya. Lagi pula ada Kim Soo Hyun juga," ujar Dae Hyun.     

"Aku hanya tidak ingin aku terlalu menjadi prioritas utama sedangkan kau memiliki keluarga yang lain," ujar Soo Yin dengan memasang wajah cemberut.     

Dae Hyun mengehentikan jemarinya kemudian menutup laptopnya. Ia membalikkan tubuhnya ke samping untuk melihat Soo Yin. Ditatapnya sesaat kemudian menangkup wajah Soo Yin yang begitu manis dengan kedua tangannya. Menatapnya dalam-dalam tanpa mengedipkan kelopak matanya.     

"Kau adalah prioritas utamaku mulai sekarang bahkan hingga nanti. Kau akan selalu menjadi yang pertama dalam hidupku," ujar Dae Hyun sembari mengusap bibir Soo Yin yang tampak bergerak-gerak. Melihat bibirnya yang ranum membuat Dae Hyun tidak bisa menahan hasratnya. Meski sudah berusaha keras untuk menahannya.     

"Aku hanya tidak ingin kau mendapatkan masalah karena pekerjaanmu juga sangat banyak. Tak hanya selalu mengurusiku." Soo Yin merendahkan pandangannya ke arah lain.     

Dae Hyun mengangkat dagu Soo Yin agar mau menatapnya.     

"Tidak akan, pekerjaanku baik-baik saja. Kau tidak usah mencemaskannya," ujar Dae Hyun sembari menatap bola mata Soo Yin dengan begitu dalam.     

"Tapi …."     

Sebelum Soo Yin membantah dan memprotesnya lagi, Dae Hyun sudah terlebih dahulu menyapu bibir ranum itu menggunakan bibirnya dengan lembut. Menikmati bibir manis yang begitu kenyal hingga dapat membangunkan syaraf-syaraf tubuhnya.     

Awalnya Soo Yin hanya termangu dan tidak membalasnya. Namun semakin lama ada sesuatu yang berkedut ingin disalurkan sehingga Soo Yin perlahan mulai membuka mulutnya. Membiarkan lidah Dae Hyun menelusuri setiap inci dari bibirnya.     

Soo Yin kini sudah mengalungkan tangannya di leher sang suami. Hingga bajunya yang sudah rapi menjadi berantakan.      

Dae Hyun mencoba untuk terus tersadar agar ingat batasan karena Soo Yin belum boleh disentuh. Yang bisa dilakukannya hanyalah menikmati bibirnya saja untuk menumpahkan sedikit hasratnya yang terkadang sangat membara. Meski sesuatu yang ada di dalam sana sudah terbangun.     

Dae Hyun hendak melepaskan ciumannya namun kini Soo Yin justru lebih agresif mengambil alih. Tanpa dasar bahkan kini istrinya sudah berada di pangkuannya. Melumat bibirnya dengan nafasnya yang tersengal sambil menahan tengkuknya. Dae Hyun hanya memejamkan matanya menikmati apa yang tengah Soo Yin lakukan meski harus berusaha keras agar jangan melewati batasannya.     

°     

°     

Jean sudah berdiri di depan pintu villa Pyeongchang-dong. Dirinya agak terlambat datang karena baru saja mengunjungi pusara ibunya terlebih dahulu. Beberapa kali Jean mengetuk pintu namun tak ada jawaban. Melihat pintu yang terbuka sedikit membuat Jean memutuskan untuk masuk saja. Barang kali orang di rumah itu tengah sibuk.     

Langkah kaki Jean terhenti saat melihat dua orang yang sedang bercumbu mesra. Ia langsung memutar tubuhnya sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Meski sering melihat edegan tersebut di film namun Jean merasa malu untuk melihatnya di kehidupan nyata.     

Yang lebih membuatnya kesal dua orang tersebut sepertinya tidak menyadari kehadirannya hingga mereka terus berciuman tanpa mau berhenti. Takut Dae Hyun melewati batasnya, Jean memberanikan diri untuk berbalik meski masih menutupi wajahnya dengan jarinya.     

"Hmmmm," seru Jean dengan suara agak keras agar mereka mendengarnya.     

Benar saja, Soo Yin langsung mendorong tubuh Dae Hyun ketika mendengar samar-samar suara Jean. Segera merapikan rambutnya yang berantakan. Begitu pula dengan Dae Hyun yang langsung merapikan kembali bajunya.     

"Jean?" ujar Soo Yin dengan terkejut sekaligus bahagia.     

"Bisakah kalian jangan melakukannya di depan mataku yang masih perawan ini?" gerutu Jean dengan telapak tangan masih menutupi wajahnya.     

"Maaf, lagi pula kenapa kau tidak mengetuk pintu?" ujar Soo Yin dengan rona wajah yang memerah. Malu rasanya Soo Yin karena sudah berciuman di depannya Jean.     

"Aku bahkan sampai sakit jariku karena sudah mengetuk pintu namun kalian sama sekali tidak mendengarnya," ujar Jean seraya mengalihkan telapak tangan dari wajah.     

"Aku sungguh minta maaf." Soo Yin menggaruk kepala bagian belakang dan meringis karena sudah salah.     

"Anda juga, Tuan. Tak bisakah anda menahan keinginan untuk mencumbu Soo Yin." Jean tidak peduli jika suami dari sahabatnya itu akan marah. Ia hanya takut jika mereka kebablasan.     

"Baiklah Jean," sahut Dae Hyun. Ternyata kehadiran Jean seperti ibu-ibu yang siap memarahinya.     

"Sayang, Jean sekarang sudah datang sehingga aku akan berangkat," pamit Dae Hyun sembari mengusap pipi sang istri.     

"Tunggu, biarkan aku pergi dulu." Jean bergegas pergi menaiki tangga agar tidak melihat keromantisan mereka yang membuatnya iri.     

Soo Yin hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil mengulum senyum. Kemudian ia beralih membetulkan baju suaminya yang agak berantakan dengan berjinjit.     

Meraih tisue yang ada di meja untuk mengusap bibir Dae Hyun karena ada noda lipstik di bibirnya yang menempel di sana.     

"Jaga dirimu baik-baik," ujar Dae Hyun seraya mencium kening kemudian pipi Soo Yin secara bergantian.     

"Tentu saja," ujar Soo Yin.     

Soo Yin mengantarkan sang suami sampai di teras kemudian melambaikan tangannya setelah mobil mulai melaju meninggalkan villa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.