Istri Simpanan

Bab 231 - Menguji kesabaran



Bab 231 - Menguji kesabaran

0Beberapa hari kemudian.     
0

Soo Yin sekarang kondisinya sudah mulai membaik. Sudah diizinkan pulang oleh dokter Mi Young meskipun harus dalam pengawasan. Sehingga Dae Hyun meminta Dokter Kang untuk memeriksanya setelah keluar dari rumah sakit. Hanya merekalah yang bisa dipercaya tidak akan membocorkan rahasia kepada anggota keluarganya mengenai hubungannya dengan Soo Yin.     

Berkat Jean yang selalu di sampingnya membuat Soo Yin sudah mulai sedikit menerima kenyataan bahwa calon anaknya sudah tiada. Tidak hanya itu, Soo Yin juga sangat bersyukur memiliki suami seperti Dae Hyun yang terus menguatkannya. Memberinya dukungan, bahkan rela tidak pergi bekerja hanya untuk tetap berada di sisinya.     

Saat ini mereka tengah berada di halaman belakang villa. Duduk berdua menikmati pemandangan indahnya matahari yang berwarna jingga. Ditemani dengan angin sore yang berhembus sepoi-sepoi. Jarang sekali bisa duduk berdua seperti ini karena Dae Hyun sangat sibuk. Saat-saat seperti ini digunakan Dae Hyun dengan sebaik mungkin untuk selalu menghibur istri tercintanya.     

Dae Hyun merangkul pinggang Soo Yin agar tidak ada jarak di antara mereka. Membuat Soo Yin menyandarkan kepalanya di dada bidang pria itu. Senyumannya sekarang sudah mulai tampak walau tidak seceria sebelum kejadian itu menimpanya.     

"Aku ingin tahu siapa yang berniat mencelakaiku dengan Jean," ujar Soo Yin sembari menengadahkan wajahnya menatap mata elang suaminya.     

"Aku sudah membunuh mereka tapi aku membiarkan orang di baliknya membusuk di penjara," ujar Dae Hyun sambil mengusap pundak sang istri.     

"Kau kejam sekali." Soo Yin mengerjapkan kedua matanya. Cukup terkejut mendengar Dae Hyun sudah menghabisi nyawa para penjahat itu.     

"Nyawa harus dibayar dengan nyawa," ucap Dae Hyun datar.     

"Memangnya siapa orang yang ada di balik kejadian itu?" tanya Soo Yin penasaran. Jika sesuai dengan apa yang dipikirkannya maka Soo Yin sangat ingin menghajarnya dengan tangannya sendiri.     

"Han, sepertinya dia berniat membalasmu karena kau waktu itu menamparnya. Namun aku yakin jika ada orang lain lagi," ujar Dae Hyun. Ia sudah menyuruh anak buahnya untuk menyiksa Han agar buka mulut jika ada orang lain dibaliknya. Namun meski sudah babak belur tetap saja Han tidak mau mengatakannya. Sehingga Dae Hyun memutuskan menjebloskannya ke penjara.      

"Manajer Han?" Soo Yin menautkan kedua alisnya. Meski tidak terlalu terkejut tapi tidak menyangka jika apa yang dipikirkannya ternyata benar.     

"Sayang, aku pasti akan mencari tahu siapa saja yang dalang semua itu," ujar Dae Hyun.     

"Benar, kau harus membalaskan dendam karena mereka membuat anak kita tiada," ucap Soo Yin dengan nada sendu. Jika mengingat bagaimana tiga bulan melewatkan hari-hari bersama janinnya, mata Soo Yin langsung berkaca-kaca ingin menangis.     

"Sekarang jangan bersedih lagi. Kau harus menjadi istri kecilku yang kuat." Dae Hyun mengecup puncak kepala Soo Yin. Membiarkan bibirnya menempel di sana dengan cukup lama.     

Soo Yin memejamkan matanya berusaha menahan air mata agar tidak terjatuh. Sudah cukup beberapa hari ini terlalu larut dalam kesedihan. Hari-hari terakhir ini  tidak ada yang dilakukannya selain menangis dan termenung.     

"Apa kau tidak berniat menemui Aeri? Apa kata orang jika kau tidak berada di sisinya di saat dia membutuhkanmu," ujar Soo Yin. Mengeluarkan apa yang ada di benaknya. Baginya tidak masalah jika Dae Hyun menemui Aeri karena sudah sangat percaya jika Dae Hyun tidak akan membohonginya.     

"Aku tidak akan pergi sebelum kau benar-benar sudah membaik." Dae Hyun semakin mengeratkan pelukannya.     

"Lagi pula mereka mengira jika aku masih di pulau Nami," lanjut Dae Hyun dengan santai tanpa peduli dengan perasaan Aeri saat ini. Sejak mengetahui fotonya bersama Han, semua kepercayaan yang selama ini dibangun sudah runtuh.     

"Hmmm, terserah kau saja," ujar Soo. Yang terpenting setidaknya dia sudah mengingatkan.     

"Apa mulai besok aku boleh bekerja?" Soo Yin merasa sangat bosan karena Dae Hyun tidak memperbolehkannya melakukan apapun. Bahkan untuk makan saja, Dae Hyun yang menyuapi. Membuat Soo Yin merasa seperti anak bayi.     

"Kau belum sembuh. Bukankah Mi Young sudah mengatakan jika kau harus istirahat selama beberapa hari hingga kondisimu pulih," tolak Dae Hyun.     

"Aku bosan di rumah," ucap Soo Yin sembari mengerucutkan bibirnya.     

Dae Hyun menghela nafas pelan.     

"Jika kau bosan ajak Jean kemari agar menemanimu," ujar Dae Hyun.     

"Apakah boleh aku mengajaknya?" Wajah Soo Yin tampak begitu sumringah seperti seorang anak kecil yang mendapatkan mainan dari ayahnya.     

"Tentu saja, Jean boleh datang kemari kapanpun dia mau selagi bisa membuat istriku tersenyum," ujar Dae Hyun sembari menjawil dagu Soo Yin.     

Soo Yin semakin mengeratkan pelukannya. Betapa bahagianya jika Jean diizinkan ke villa karena bisa menjadi teman untuk mengobrol.     

"Sayang, bolehkah jika Jean kembali lagi bekerja di hotel?" Soo Yin menggigit bibir bawahnya takut Dae Hyun menolak permintaannya lagi. Ia merasa beberapa hari ini permintaannya sangat banyak.     

"Hmmm, dia bisa masuk kembali bekerja kapan saja." Dae Hyun berusaha menuruti permintaan Soo Yin agar tidak membuat hatinya kecewa. Lagi pula permintaannya tidak macam-macam sehingga mudah untuk dilakukan.     

"Terima kasih, kau memang suamiku yang paling baik."     

Cup …     

Sebagai ucapan terima kasih yang tulus, Soo Yin mencium pipi Dae Hyun.     

Dae Hyun berusaha menahan keinginannya untuk memakan istrinya saat itu juga. Namun tampaknya Soo Yin memang sedang menggodanya. Bahkan hanya melihatnya tersenyuman kali ini begitu menggoda jiwanya.     

"Jangan nakal," ujar Dae Hyun sembari mencubit pipi Soo Yin karena terlihat sangat menggemaskan.     

"Sakit," gerutu Soo Yin seraya memegang pipinya.     

"Ayo masuk, hari sudah mulai gelap. Pergilah membersihkan diri, akan akan menyiapkan makan malam untukmu," ujar Dae Hyun sembari menatap langit di ufuk barat. Di mana matahari sudah mulai tak nampak lagi sinarnya.     

Selama beberapa hari ini, memang Dae Hyun yang selalu menyiapkan semuanya. Dengan telaten pria itu menuruti apapun yang diinginkan oleh Soo Yin. Selalu membujuknya untuk makan meski untuk melihat makanan saja Soo Yin merasa malas.     

"Tidak mau, aku ingin mandi bersamamu," ujar Soo Yin dengan nada manja. Merangkul pergelangan suaminya ketika pria itu hendak berdiri dari duduknya.     

"Jangan menggodaku," tolak Dae Hyun secara halus. Khawatir tak bisa menahan hasratnya seperti sebelumnya jika melihat Soo Yin sedikit saja dengan pakaian terbuka pasti akan membangkitkan gairahnya.     

"Ya sudah, aku akan mandi sendiri." Soo Yin langsung melepaskan pergelangan tangan Dae Hyun sambil bersungut-sungut. Terlihat gurat kecewa di wajahnya.     

"Baiklah, tapi jangan nakal," ujar Dae Hyun. Mana mungkin dia bisa menolak keinginan istri kecilnya. Apalagi jika melihatnya menekuk wajahnya seperti itu.     

Mandi bersama dengan istri kecilnya membuat Dae Hyun merasa sakit kepala. Tampaknya Soo Yin memang sedang menguji kesabarannya kali ini. Sekarang Soo Yin bahkan tidak malu untuk mengganti pakaiannya di depan Dae Hyun.      

Dae Hyun segera turun untuk menyiapkan makan malam sebelum kesabarannya terkuras habis dan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.