Istri Simpanan

Bab 230 - Kehadiran Jean



Bab 230 - Kehadiran Jean

0Rumah Sakit Bersalin Pyongyang,     
0

Dae Hyun baru saja menyelesaikan panggilan dari ibunya. Sebagai seorang pria yang masih memiliki hati nurani, sebenarnya Dae Hyun ingin melihat keadaan Aeri saat ini. Namun tak mungkin untuk meninggalkan istri kecilnya di saat kondisinya masih seperti ini.     

Namun itu terasa sangat kebetulan sekali Aeri dan Soo Yin keguguran di waktu yang hampir bersamaan. Dae Hyun mengira jika Aeri memang sengaja menggugurkannya karena takut ketahuan. Menyesal kemarin tidak langsung mengajaknya ke dokter. Dae Hyun tak ingin risau karena ada tidaknya bukti itu, ia tetap akan menceraikannya.     

Soo Yin masih terpukul karena baru saja kehilangan bayinya. Sejak terbangun ia bahkan tidak mau makan meskipun Dae Hyun sudah membujuknya berulang kali. Ia masih saja termenung kemudian tiba-tiba saja akan menangis.      

Membuat Dae Hyun merasa dadanya sesak melihat istri kecilnya seperti itu. Tidak disangka jika Soo Yin ternyata sangat menginginkan kehadiran buah hatinya. Padahal dulu pernah mengatakan jika tidak akan memiliki anak terlebih dahulu.     

Dae Hyun kembali masuk ke dalam ruangan untuk melihat Soo Yin kembali. Istri kecilnya tampak tengah duduk di atas ranjang sambil menatap kosong. Pandangannya tertuju pada ke jendela kaca dengan gorden yang terbuka sedikit. Menatap langit yang sudah mulai gelap. Terlihat ada butiran kristal yang menggenang di pelupuk matanya.     

Perih hati Dae Hyun melihat istrinya belum menerima semua kenyataan pahit itu. Meski ia juga merasakan hal sama tapi tetap berusaha untuk tegar. Sungguh memiliki buah hati bersama Soo Yin adalah sesuatu yang sangat didambakan olehnya. Namun sepertinya takdir berkata lain.     

"Sayang, makanlah terlebih dahulu," bujuk Dae Hyun tanpa bosan sembari mengambil mangkuk yang berisi bubur dari atas nakas.     

Soo Yin tetap bergeming pada posisinya kemudian menggelengkan kepalanya pelan. Padahal Dae Hyun sudah bersiap untuk menyuapnya. Melihat istrinya yang tidak mau makan, Dae Hyun menghela nafas panjang kemudian mangkuk bubur itu kembali diletakkannya di atas nakas.     

Dae Hyun menangkup wajah istri kecilnya yang terlihat begitu sendu. Tak ada pancaran bahagia walau sedikit pun dari wajahnya.     

Soo Yin membalas tatapan suaminya dengan mata sembab dan memerah. Hampir setengah hari Soo Yin tidak menghentikan tangisannya.     

"Sayang, kau jangan seperti ini," ucap Dae Hyun dengan getir sembari meneguk salivanya.     

Soo Yin tetap terdiam sembari terus menatap mata elang pria yang begitu dicintainya. Ia merasa sangat bersalah karena tidak bisa menjaga buah hatinya. Seharusnya malam itu bisa melawan mereka.     

Seketika tangis Soo Yin pecah kembali. Dengan sesenggukan menempelkan kepalanya di dada suaminya. Menumpahkan kembali rasa kecewa, bersalah serta rasa kehilangan yang begitu mendalam.     

Baginya tidak semudah itu bisa melupakan semuanya. Butuh waktu untuk menerima keadaan pahit yang menimpanya.     

"Sayang, berhentilah menyalahkan dirimu sendiri," ujar Dae Hyun dengan lembut. Berulang sudah mengatakannya namun Soo Yin masih saja menyalahkan dirinya. Hatinya semakin tersayat-sayat mendengar Soo Yin yang terus terisak.     

°     

°     

Jean berjalan dengan sedikit pincang karena kakinya masih agak sakit. Saat ini ingin menjenguk Soo Yin yang berdasarkan kabar dari Chang Yuan jika Soo Yin sudah sadar.     

Hari ini rasanya hari terburuk dalam hidupnya. Harus menyaksikan Soo Yin kehilangan calon anaknya serta harus kehilangan ibunya untuk selama-lamanya. Jean tak tahu bagaimana untuk bersikap ke depannya. Rasanya tidak sanggup jika hidup tanpa ibunya.     

Pelan-pelan sekali Jean memutar knop pintu hingga Dae Hyun dan Soo Yin tidak mendengarnya. Jean mematung tepat di tengah-tengah pintu menyaksikan pilunya Soo Yin yang tengah sesenggukan di dalam dekapan seorang pria yang tidak lain adalah bosnya. Hingga tanpa sadar butiran kristal luruh dari sudut matanya.     

Rasanya Jean masih seperti bermimpi melihat mereka yang tampak begitu dekat. Bahkan pria itu terus mengecup puncak kepala sahabatnya dengan penuh kasih sayang. Jean butuh penjelasan bagaimana mereka bisa menikah sedangkan Dae Hyun memiliki istri yang lain. Jean tidak ingin jika Soo Yin dipermainkan oleh pria kaya seperti Dae Hyun.     

Namun melihat sikap Dae Hyun kepada Soo Yin sepertinya Dae Hyun sangat peduli kepada sahabatnya sehingga Jean berniat berbalik karena tidak ingin mengganggu mereka.     

"Jean?"     

Sebuah suara parau menghentikan langkahnya. Sejenak tetap berdiri di tempatnya, mengumpulkan keberanian untuk menemui sahabatnya. Jean segera berpikir untuk meluruskan kesalahpahaman yang terjadi di antara dirinya dan Soo Yin sehingga Jean memutar tubuhnya. Di sisi lain Jean juga ingin meminta maaf.     

Dengan langkah pelan Jean menghampiri Soo Yin di ranjangnya.      

Melihat kedatangan Jean membuat bibir tipis Soo Yin tersungging senyuman meskipun hanya sedikit. Wajahnya jauh lebih berbinar saat ini.     

Dae Hyun sangat menyadari hal itu sehingga begitu Jean sudah dekat ia segera berdiri.     

"Jean, aku titip istriku," bisik Dae Hyun di telinga Jean sebelum akhirnya melangkahkan kakinya keluar. Memberikan sedikit waktu untuk mereka berdua berbicara.     

Soo Yin langsung memeluk tubuh Jean. Rasa rindu kepada sahabatnya sejenak menghilangkan rasa sedihnya.     

"Soo Yin, aku sungguh minta maaf. Seharusnya aku tidak mengajakmu semalam," ujar Jean dengan rasa penuh penyesalan. Jika tahu pada akhirnya ibunya akan meninggal pasti Jean tidak akan membawa Soo Yin ke tempat itu.     

"Kau sama sekali tidak bersalah. Aku turut berduka cita atas meninggalnya bibi," ujar Soo Yin dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.     

"Aku juga prihatin dengan keadaan yang menimpamu," ujar Jean lirih. Saat ini tidak ingin mengingatkan membuat Soo Yin semakin sedih.     

Kedua gadis itu saling menangis satu sama lain untuk meluapkan kesedihan yang mereka alami saat ini.     

Dae Hyun memilih menjauh dari depan pintu karena tidak ingin mendengarkan isak tangis mereka. Hanya bisa berharap semoga saja dengan kehadiran Jean, istri kecilnya tidak berlarut dalam kesedihannya.     

Jean sudah melepaskan pelukan Soo Yin. Setelah mengatakan semuanya membuat hati Jean merasa lega, membuat beban di pundaknya terasa lebih ringan.     

"Soo Yin, kenapa tidak memberitahuku kalau kau sudah menikah?" ujar Jean sembari mencebikkan bibirnya. Keadaan saat ini sudah mulai tenang, mereka sama-sama sudah menghentikan tangisnya.     

"Aku malu mengatakannya," ujar Soo Yin.     

"Memangnya kenapa kau malu?" Jean menautkan kedua alisnya mendengar jawaban Soo Yin.     

"Kau pasti akan mengejekku karena menikah dengan pria yang sudah dewasa. Bukankah kau ingat jika aku dulu bahkan tidak menerima pernyataan cinta dari pria yang lebih tua dua tahun dariku," ujar Soo Yin sedikit berbohong. Padahal faktanya adalah takut jika Jean keceplosan mengatakannya kepada orang lain.     

"Ya ampun, kau sangat lucu." Jean berdecak sembari menggelengkan kepalanya. Mendengar pernyataan Soo Yin sedikit membuatnya lebih terhibur.     

"Jean, jangan pernah menjauhiku lagi. Aku tidak punya teman yang bisa diajak ngobrol seperti dirimu. Kau sekarang tahu jika aku sudah bersuami sehingga jangan berpikiran jika aku mencintai Tuan Kim Soo Hyun," ujar Soo Yin. Ia perlu meluruskan hal itu agar hubungan persahabatan mereka tidak berantakan.     

"Tidak usah dibahas, aku mengerti. Kita akan tetap bersahabat sampai kapanpun," ujar Jean sembari tersenyum tipis. Dirinya merasa sangat malu dengan hal itu. Menjauhi Soo Yin karena suatu alasan yang tidak jelas.     

Soo Yin sangat senang karena mengobrol dengan Jean mampu sedikit melupakan rasa kehilangannya. Mereka terus mengingat hal-hal yang membahagiakan untuk menghibur diri meskipun hati mereka berdua terasa sesak. Mereka terus mengobrol hingga malam sampai Dae Hyun kembali dan menyuruh Jean untuk kembali ke ruangan tempatnya dirawat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.