Istri Simpanan

Bab 228 - Aborsi



Bab 228 - Aborsi

0Aeri sejak tadi mondar-mandir di balkon sembari memegang ponselnya. Sejak semalam sudah berusaha menghubungi Han namun nomornya tidak aktif. Sekilas rasa khawatir itu hadir di hatinya. Padahal jika sudah sampai di Paris, Han berjanji akan segera menghubunginya.      
0

Perasaannya jadi cemas, takut jika terjadi sesuatu pada Han. Han adalah seorang pria yang sudah banyak berkorban untuknya. Jadi tidak semudah itu untuk tidak memikirkannya. Bagaimana pun mereka telah menjalani hubungan sebelum dirinya menikah dengan Dae Hyun.     

Pernikahan palsu itu hanya terpaksa dilakukan Aeri untuk meraih ketenaran dan harta Dae Hyun saja. Namun nyatanya hingga saat ini keinginannya belum terwujud. Aeri sudah berjanji pada Han jika Jo Yeon Ho sudah mendapatkan warisan akan segera pergi dari kehidupan Dae Hyun. Sekarang sepertinya keadaannya berbanding terbalik. Bukan Aeri yang meninggalkan Dae Hyun namun justru Dae Hyun yang berniat meninggalkannya.     

Dae Hyun sekarang bukan Dae Hyun dulu yang terlalu polos dan mudah dibodohi. Mulai sekarang Aeri harus lebih berhati-hati lagi.     

Aeri menepuk jidatnya teringat jika Dae Hyun akan mengajaknya memeriksakan kandungannya ke dokter setelah kembali. Jika tepat sesuai ucapannya maka besok Dae Hyun akan kembali ke Seoul.     

Jantungnya langsung berdebar tidak menentu membayangkan apa yang selanjutnya terjadi. Aeri segera masuk kembali ke dalam kamarnya. Bergegas berjongkok untuk membuka laci guna mencari sesuatu.     

Tak kunjung menemukannya, Aeri mengeluarkan semua barang yang ada di dalam laci yang terdiri dari bermacam-macam aksesoris miliknya. Ia secepatnya harus bertindak sebelum Dae Hyun pulang ke Seoul. Jangan sampai suaminya mengetahui fakta sebenarnya.     

"Akhirnya ketemu," gumam Aeri sembari berdiri dan mengamati kantong plastik kecil yang berisi obat.     

Setelah menemukan barang yang dicarinya, Aeri segera mengambil air putih yang ada di atas nakas. Dengan tangan gemetar hendak meminumnya tapi Aeri mengurungkan niatnya. Mengingat resiko obat yang diminumnya terlalu besar. Bisa-bisa bukan hanya janin di dalam perutnya yang mati, nyawanya bahkan bisa melayang jika salah. Terlebih lagi Aeri mengingat jika pernah keguguran.     

Aeri memasukkan obat itu kembali ke dalam plastik dan menaruhnya di saku bajunya. Jangan sampai orang di rumah ini mengetahui karena akan sangat berbahaya.     

Saat ini ibu mertuanya sedang keluar bersama Jo Yeon Ho sehingga ini adalah waktu yang tepat untuk ke rumah ibunya. Aeri ingin menemui Sun Book untuk membantunya menyelesaikan masalah ini.     

Dengan langkah cepat Aeri menuruni tangga, berharap jika janin yang dikandungnya akan terguncang sehingga lebih mudah tanpa repot-repot memikirkan cara untuk mengugurkannya. Bahkan Aeri sengaja berlari-lari kecil ketika dari teras menuju garasi mobil.     

Aeri segera meninggalkan UN Village dengan mengemudikan mobilnya sendiri. Meskipun ada supir yang berniat untuk mengantarkanya namun Aeri bersikeras tidak mau. Ia bahkan memarahi supir itu.     

Aeri tidak perlu khawatir kelelahan karena memang itu yang diharapkan. Awalnyai berniat untuk mempertahankan kehamilannya tapi mengingat Dae Hyun yang mencurigainya sebaiknya tidak usah karena itu akan menghancurkan hidupnya.     

Mobil berwarna hitam itu mulai menembus jalanan siang hari yang cukup ramai oleh para pengendara. Aeri terus mengemudikan mobilnya sembari melihat layar ponsel untuk menghubungi ibunya. Berniat mengajaknya bertemu di restoran karena enggan jika harus pergi ke rumahnya. Terlalu fokus memandang layar ponsel membuat  Aeri tidak menyadari jika ada sebuah mobil besar di depannya.     

Hampir saja terjadi tabrakan jika Aeri tak melihat ke depan. Aeri terus membelokkan mobilnya tanpa arah karena sepertinya remnya blong sehingga tidak mau dihentikan. Kepanikan langsung melanda, Aeri belum ingin mati konyol sebelum mendapatkan apa yang diinginkannya. Mobil yang dikemudikannya menabrak pembatas jalan kemudian terakhir bisa berhenti setelah ada sebuah pohon besar di depannya.     

Hal itu menyebabkan kepala Aeri terbentur sehingga membuatnya tidak sadarkan diri.     

Semua orang-orang yang ada di sekitar tempat itu membantu memanggil ambulans untuk membawanya ke rumah sakit. Salah seorang di antara mereka juga menghubungi nomor ponsel yang dihubungi Aeri untuk yang terakhir kalinya.     

================================     

Hallym University Medical Center,     

Sun Book tengah menunggu dokter meneriksa keadaan Aeri saat ini. Rasa khawatir kini menyelimuti hatinya takut terjadi sesuatu yang buruk pada Aeri. Sejak tadi tetap berdiri di depan pintu tanpa mau beranjak.     

Tidak berapa lama kemudian akhirnya dokter yang menangani Aeri keluar. Sun Book segera berjalan menghampirinya.     

"Dokter, bagaimana keadaan putriku?" tanya Sun Book dengan cemas.     

"Dia baik-baik saja saat ini, silahkan anda ke dalam jika ingin menemuinya. Sekarang Nona Aeri sudah sadar," ujar seorang dokter pria yang masih tampak muda.     

"Baiklah, terima kasih dokter," ujar Sun Book. Segera melangkahkan kakinya untuk masuk.     

Aeri memegang kepalanya yang masih terasa sakit. Beruntung luka di kepalanya tidak terlalu parah meskipun terjadi pendarahan sedikit.     

"Aeri, apa yang terasa sakit?" ujar Sun Book sembari memegang kepala Aeri kemudian mengusapnya.     

"Aku baik-baik saja, Bu," ujar Aeri sembari menyingkirkan tangan Sun Book dari kepalanya. Dengan cepat segera meraba perutnya barangkali karena kejadian tadi membuat janin yang dikandungnya tiada.     

"Arggghhh!" teriak Aeri dengan kesal karena sepertinya kondisi kandungannya baik-baik saja.     

"Kau ini kenapa sebenarnya?" tanya Sun Book dengan raut wajah bingung melihat putrinya yang tiba-tiba berteriak padahal kondisinya baik-baik saja.     

"Ibu, kenapa janin ini masih ada di perutku?" ujar Aeri dengan wajah kecewa kemudian mengusap gusar wajahnya.      

"Memangnya apa yang kau pikirkan? Sudahlah, sekarang ibu akan menghubungi keluarga suamimu," ujar Sun Book sembari meraih ponsel Aeri yang berada di atas nakas.     

"Bu, jangan menghubungi siapapun terlebih dahulu," larang Aeri sambil meraih ponselnya dari tangan Sun Book.     

"Kau ini kenapa sangat aneh. Seharusnya keluarga mertuamu datang kesini untuk menjenguk dan merawatmu," ujar Sun Book dengan suara meninggi sembari menaikkan sebelah alisnya.     

"Bu, aku ingin menggugurkan janin ini," ujar Aeri dengan tatapan memohon.     

"Apa maksudmu?" ujar Sun Book sembari menatap tajam ke arah Aeri  Tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh putrinya.     

"Bu, Dae Hyun sepertinya sadar jika janin ini bukan anaknya. Jika aku mempertahankannya maka aku akan ketahuan," ujar Aeri gugup kemudian mengigit bibir bawahnya.     

"Dia tidak akan tahu. Kau bisa memalsukan hasil DNA-nya," ujar Sun Book.     

"Tidak mungkin, Bu. Dae Hyun sekarang tidak sebodoh dulu."     

"Lalu, kau berniat menggugurkannya apa mereka tidak akan curiga?" tanya Sun Book.     

"Aku bisa mengatakan semua itu terjadi karena kecelakaan yang menimpaku hari ini. Lagi pula Dae Hyun sedang keluar kota. Sekarang temui dokter kandungan yang bersedia untuk membantuku, Bu. Waktunya tidak banyak," ujar Aeri sembari mendorong tubuh ibunya untuk pergi.     

"Tapi ini sangat berisiko," ujar Sun Book dengan perasaan cemas.     

"Tidak perlu cemas, aku yakin akan baik-baik saja. Sekarang juga temui dokter kandungan di rumah sakit ini. Bayar berapapun yang mereka inginkan," ujar Aeri.     

"Baiklah, terserah kau saja."     

Sun Book terpaksa mengikuti perintah Aeri untuk secara diam-diam mencari dokter kandungan di rumah sakit itu. Sayang sekali mereka tidak ada yang mau menangani aborsi     

Sun Book akhirnya mencari klinik lain yang bersedia membantu Aeri untuk menggugurkan janinnya. Setelah menemukannya, Sun Book segera membawa keluar Aeri dari rumah sakit itu menuju sebuah klinik aborsi yang berada tidak jauh dari rumah sakit itu. Mereka pergi secara diam-diam agar tidak ketahuan oleh pihak rumah sakit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.