Istri Simpanan

Bab 226 - Duka Jean



Bab 226 - Duka Jean

0Tidak lama kemudian akhirnya Chang Yuan sudah memarkirkan mobilnya di depan sebuah apartemen yang ditempati oleh Han. Dae tetap di dalam mobil menunggu Chang Yuan berhasil menemukan keberadaannya karena firasatnya mengatakan jika Han sudah tidak ada di apartemen itu lagi.     
0

Setelah memerika, Chang Yuan segera kembali ke dalam mobil.     

"Han tidak ada di apartemennya, Tuan," lapor Chang Yuan.     

Dae Hyun terdiam karena sudah menduga jika hal itu terjadi. Sepertinya Han sudah mengetahui jika penjahat suruhannya tertangkap.     

Tanpa menunggu diperintah, Chang Yuan segera melacak keberadaan Han melalui ponselnya. Ternyata sekarang Han sudah berada di bandara Internasional Incheon. Sepertinya hendak melakukan penerbangan ke luar negeri untuk kabur.     

"Apa kita akan ke bandara, Tuan?" tanya Chang Yuan sembari menoleh ke belakang memandang bosnya.     

"Suruh anak buahmu saja yang menangkapnya," sahut Dae Hyun dengan wajah datar.     

Chang Yuan segera menghubungi anak buahnya untuk mencari Han sekarang juga di bandara Internasional Incheon. Kemudian membuat janji untuk bertemu di suatu tempat.     

°     

°     

Sesuai kesepakatan dengan anak buahnya, Chang Yuan mengemudikan mobilnya menuju sebuah tempat sepi yang ada di pinggiran kota Seoul. Tempatnya tidak terlalu jauh hanya sekitar dua puluh menit untuk sampai di tempat itu.      

"Apa mereka sudah menemukannya?" tanya Dae Hyun datar sembari menyilangkan tangannya di dada.     

Ia sangat percaya jika Chang Yuan bisa diandalkan namun dirinya sudah tidak sabar ingin menghabisi Han secepat mungkin karena sudah tidak punya banyak waktu. Dae Hyun ingin segera kembali ke rumah sakit untuk menjaga istrinya.     

"Mereka saat ini sudah dalam perjalanan kemari, Tuan," sahut Chang Yuan.     

Benar saja, tidak berapa lama kemudian akhirnya sebuah mobil berhenti tidak jauh dari tempat Dae Hyun berdiri. Terdengar suara pria yang meronta meminta untuk dilepaskan.     

"Dae Hyun?" Han langsung membelalakkan matanya dengan tubuh yang mulai gemetar seraya mengamati seseorang yang ada di depannya..     

Meskipun Dae Hyun berdiri di tempat yang samar-samar dan membelakanginya namun Han dapat melihat jika sosok yang ada di depannya saat ini adalah Dae Hyun. Tidak mungkin salah.     

Dae Hyun tetap berdiri dengan tenang meski tangannya terus mengepal tanpa membalikkan tubuhnya.     

Anak buahnya terus mendorong tubuh Han agar berjalan lebih dekat ke arah bosnya. Namun Han terus saja memberontak barangkali bisa berhasil tapi anak buah Chang Yuan terus mencengkram punggungnya dengan muat. Hingga saat ini jarak mereka hanya berjarak satu meter dari Dae Hyun.     

Bug ….     

Setelah terdengar suara langkah berhenti tepat di belakangnya, Dae Hyun langsung melayangkan pukulannya ke wajah Han hingga membuat tubuh Han langsung terjerembab ke tanah. Ditatapnya Han dengan mata tajam dan berapi-api. Nafas Dae Hyun naik turun karena terlalu emosi.     

"Apa yang kau lakukan?" ujar Han tanpa merasa jika dirinya telah melakukan kesalahan. Berusaha untuk bangkit meski kepalanya sempoyongan.     

"Kau masih tanya apa yang aku lakukan?" Dae Hyun mencengkram kerah baju Han. Menariknya agar segera berdiri kemudian melayangkan tinjunya kembali ke wajah Han secara membabi buta hingga darah segar langsung keluar dari mulut dan hidungnya.     

Saat ini Dae Hyun sudah tidak bisa mengontrol emosinya ketika melihat wajah Soo Yin yang tengah terbaring lemah terus ada di benaknya karena itu semua disebabkan oleh Han.     

Dae Hyun tak mengehentikan pukulannya meskipun Han sudah merintih kesakitan dan memohon ampun. Baginya tidak ada yang bisa dimaafkan karena kesalahan Han sangat besar.     

Setelah cukup puas melihat Han yang sudah terjerembab ke tanah barulah Dae Hyun menghentikannya. Semua itu rasanya sudah cukup, meski belum sebanding dengan harga yang harus dibayar Han karena sudah membuat Soo Yin kehilangan janinnya.     

"Apa yang harus kami lakukan, Tuan? Apakah sama seperti sebelumnya?" tanya Chang Yuan karena Dae Hyun tampak sudah menghentikan amukannya.     

"Tidak, aku ingin dia masuk penjara agar bisa merasakan indahnya berada di dalam sel," ujar Dae Hyun dingin.     

Chang Yuan menganggukan kepalanya tanda mengerti apa yang diperintahkan Dae Hyun. Bosnya tidak ingin Han mati terlalu cepat sehingga ia ingin Han membusuk si penjara secara perlahan.     

"Ambil semua harta yang dimilikinya karena semua itu adalah hasil penggelapan uang hotel," ujar Dae Hyun.     

"Baik, Tuan."     

Dae Hyun langsung meninggalkan tempat itu. Dilihatnya jam yang melingkar di tangannya yang sudah menunjukkan hampir pukul lima pagi. Waktu tak terasa berlalu begitu cepat.     

Dengan kecepatan tinggi Dae Hyun mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit Pyongyang. Berharap sampai di sana Soo Yin sudah tersadar.     

================================     

Di sebuah area pemakaman.     

Jean bersimpuh di depan sebuah makam yang masih baru. Ia terus memeluk batu nisan yang tertulis nama ibunya disana.     

Ya, semalam ketika ia masih berada di pabrik tua itu ibunya menghembuskan nafas terakhirnya karena mengalami serangan jantung. Jean menyesal tidak bisa di dekat ibunya ketika saat-saat terakhir.     

Jean terus menangis histeris sendirian di pusara ibunya karena semua orang yang hadir pada pemakaman itu sudah pergi semua. Tidak ada siapapun yang dimilikinya saat ini. Satu-satunya orang yang disayanginya bahkan sudah pergi untuk selama-lamanya. Padahal ibunya adalah sumber semangat kerja kerasnya selama ini.     

"Ibu, kenapa kau pergi meninggalkanku?" ujar Jean lirih dengan suuara parau setelah terlalu lama menangis.     

"Aku tidak bisa hidup tanpamu, Bu." Jean terus mengusap nisan dengan air mata yang terus tumpah dari sudut matanya.     

Gadis itu seperti sangat enggan meninggalkan pusara ibunya hingga tangannya memeluk gundukan tangan yang masih basah.     

Mendengar ibu Jean meninggal dari bibi Xia, Chang Yuan memutuskan untuk mencarinya. Ada kekhawatiran Chang Yuan pada Jean karena saat ini pasti ia sangat terpukul.     

Dipandanginya Jean yang bersimpuh sambil terus menangis. Sungguh tidak tega melihatnya seperti itu sehingga Chang Yuan berjalan mendekatinya kemudian berjongkok.     

"Aku turut berduka cita atas kematian ibumu, Jean," ucap Chang Yuan lirih sambil menepuk pundak Jean.     

Jean menghentikan tangisnya sebentar sembari menoleh Chang Yuan yang berada di sampingnya.     

"Terima kasih, Asisten Chang," ujarnya dengan mata yang sangat sembab karena menangis. Wajahnya juga masih lebam akibat kejadian semalam.     

"Sebaiknya kita pulang karena sebentar lagi akan hujan," ujar Chang Yuan sambil memandang langit yang sudah mulai gelap.     

Jean menggelengkan kepalanya pelan dengan mata yang kembali berkaca-kaca sambil menatap kosong gundukan tanah di depannya.     

"Aku ingin ikut ibuku saja," ujar Jean sendu membuat dada Chang Yuan tersayat mendengarnya.     

"Jean, kau tidak boleh seperti ini. Ibumu pasti akan merasa sangat sedih jika melihatmu seperti ini," bujuk Chang Yuan. Ini pertama kalinya Chang Yuan bersikap lembut dan perhatian.     

"Aku tidak punya siapapun lagi di dunia ini," ujar Jean dengan tangisnya yang kembali pecah sembari memeluk gundukan tanah itu kembali.     

Chang Yuan hanya bisa mendesah pelan karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Dirinya sama sekali tidak terbiasa dekat dengan seorang gadis.     

Salju perlahan mulai turun dengan cukup deras. Setelah puluhan kali membujuk, akhirnya Chang Yuan berhasil membawa Jean keluar dari pemakaman.     

Chang Yuan terlebih dahulu menuju kontrakan Jean. Ia perlu mengganti bajunya yang basah sebelum kembali ke rumah sakit. Jean harus dilakukan perawatan lagi karena kondisinya belum pulih benar. Bahkan ia masih kesusahan untuk sekedar berjalan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.