Istri Simpanan

Bab 225 - Tidak ada ampunan



Bab 225 - Tidak ada ampunan

0Dae Hyun kini sudah sampai di tempat rahasia dimana orang-orang yang sudah mencelakai istri kecilnya disekap oleh anak buahnya. Langkahnya sangat tergesa-gesa ketika sudah turun dari mobil dengan tangan yang terus mengepal. Matanya yang dingin terus memandang ke depan. Ia sudah tidak sabar untuk memberi pelajaran kepada para penjahat itu.     
0

"Tuan," sapa Chang Yuan yang sudah ada di depan pintu menyambut kedatangan Dae Hyun.     

Chang Yuan segera membawa Dae Hyun ke sebuah ruangan bawah tanah. Memang dengan sengaja mereka membawanya ke sana agar para penjahat itu tidak bisa kabur. Itu adalah tempat rahasia yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali orang kepercayaan Dae Hyun yang sudah dipilih oleh Chang Yuan.     

Dari luar hanya terlihat seperti rumah biasa pada umumnya. Namun setelah masuk ke dalam terdapat sebuah pintu yang terhubung ke ruang bawah tanah.     

Dae Hyun dulu sering datang ke tempat itu saat butuh waktu menyendiri. Tak pernah terpikirkan olehnya bisa digunakan untuk menyekap para penjahat.     

Ketiga penjahat itu sudah diikat kedua tangannya pada rantai dalam posisi berdiri. Mereka langsung menunduk ketakutan ketika melihat Dae Hyun datang.     

Dae Hyun yang sudah tidak sabar langsung melayangkan tinjunya pada pria berkepala botak hingga hidungnya mengeluarkan darah.     

"Tolong ampuni kami, Tuan," ujar pria berkepala botak memohon agar dibebaskan sambil meringis kesakitan.      

Bug ….     

"Meminta ampun katamu? Kalian bertiga bahkan sudah membuat anakku tiada!" teriak Dae sambil meninju pria berkepala botak sekali lagi hingga mulutnya mengeluarkan darah.     

Dae Hyun yang dikenal pria ramah dan bersahabat saat ini terlihat sangat menyeramkan seperti singa kelaparan yang tanpa belas kasihan kepada mangsanya. Teringat keadaan Soo Yin yang hampir terenggut nyawanya membuatnya kehilangan akal.     

Satu per satu dari para penjahat itu sudah babak belur. Bahkan hampir saja menembak mati mereka jika Chang Yuan tidak mengingatkan untuk menanyakan siapa orang di balik rencana jahat mereka. Membayangkan mereka menyiksa Soo Yin secara membabi buta membuatnya kehilangan akal.     

"Katakan siapa yang menyuruh kalian?" tanya Dae Hyun dengan tatapan berapi-api. Memandang mereka secara bergantian dengan sorot mata tajam.     

Bukannya menjawab, ketiga penjahat itu malah saling berpandangan satu samba juj. Membuat darah Dae Hyun kembali naik. Ia menghela nafas panjang, rasanya sudah cukup membuat mereka babak belur.     

"Jika mereka tetap diam, tembak mati sekarang juga," ujar Dae Hyun sambil berbalik hendak melangkah pergi. Itu hanyalah sebuah gertakan belaka agar mereka tersudut dan mengatakan semuanya. Tak mungkin mereka tiba-tiba mencelakai Soo Yin jika tidak ada orang di belakang mereka.     

"Jangan!" pekik pria berkepala botak dengan gemetar. Dirinya saat ini belum ingin mati.     

"Kami … kami akan memberitahukan siapa yang membayar kami," lanjutnya dengan suara terbata. Tidak ingin mati konyol seperti bos mereka yang lebih dulu tertembak.     

Dae Hyun menghentikan langkahnya sambil mengangkat sebelah tangannya tanpa menoleh. Memberi aba-aba kepada anak buahnya agar tidak menarik pelatuk yang siap menembus kepala mereka saat itu juga.     

"Katakan!" ucap Dae Hyun dengan nada dingin masih tetap dalam posisi memunggungi mereka.     

"Yang membayar kami …." Pria itu menghentikan ucapannya.     

"Tembak sekarang juga!" Dae Hyun yang berdiri saat ini bukan Dae Hyun yang bisa dipermainkan dengan mudah.     

"Tuan Han … Han yang membayar kami," timpal pria berambut cepak dengan cepat.     

"Han?" gumam Dae Hyun sambil berbalik memandang para penjahat itu.     

"Iya, Tuan," sahut pria berambut cepak.     

"Mana buktinya jika dia yang menyuruh kalian?" tanya Dae Hyun sembari memasukkan tangannya ke saku celana. I mencoba untuk tenang, jangan sampai salah sasaran. Namun ada benarnya jika Han yang melakukannya karena saat itu Soo Yin pernah menamparnya.     

"Kami merekam percakapan itu, Tuan."     

"Berikan rekaman itu kepadaku!" Dae Hyun kembali melangkahkan kakinya untuk mendekat.     

"Lepaskan kami terlebih dahulu, Tuan. Maka kami akan memberikannya kepada anda," ujar pria berambut gondrong.     

Dae Hyun mendengus seraya menaikkan sebelah bibirnya ke atas. Mereka pikir bisa begitu mudahnya untuk tertipu dengan omong kosong mereka. Dae Hyun sama sekali tidak percaya dengan perkataannya.     

"Asisten Chang, tembak mereka sekarang juga setelah itu baru dilepaskan!" perintah Dae Hyun sambil melirik ke arah Chang Yuan.     

"Baik, Tuan."     

"Katakanlah jika kalian masih ingin hidup namun jika sudah bosan itu terserah kalian," ujar Chang Yuan sembari memandang para penjahat.     

"Ba … baik. Rekamannya ada di saku celanaku," ujar pria berambut cepak.     

Chang Yuan segera melangkahkan kakinya menghampiri pria itu kemudian memeriksa semua saku yang menempel pada pakaiannya. Ternyata benar, di sana ada sebuah alat perekam berbentuk seperti pena. Ukurannya persis sebesar pena sehingga tidak akan ada yang tahu jika itu adalah perekam.     

Setelah mendapatkan apa yang dicari, Chang Yuan segera memberikannya kepada Dae Hyun.     

Diputarnya rekaman tersebut, ternyata benar jika suara yang terdengar adalah suara Han yang meminta para penjahat itu menghabisi Soo Yin dan Jean.     

Darah Dae Hyun kembali berdesir naik ke ubun-ubun. Cengkeraman tangannya yang mengepal begitu kuat hingga terlihat otot-otot tangannya menegang.     

"Han!" geram Dae Hyun hingga membuat giginya berderit.     

Dae Hyun segera berbalik untuk keluar dari tempat itu. Rasanya saat ini juga ingin menghabisi Han.     

"Tuan, tolong lepaskan kami," ujar pria berambut gondrong.     

"Asisten Chang, habisi mereka semua. Aku tidak ingin mengampuni orang yang hampir saja menghilangkan nyawa istriku," ucap Dae Hyun.     

"Baik, Tuan," sahut Chang Yuan sambil membungkukkan tubuhnya.     

"Lepaskan kami! Bukankah tadi kau sudah berjanji untuk melepaskan kami jika kami mengatakan yang sebenarnya," teriak pria berambut cepak.     

"Tidak ada ampunan kepada orang yang telah menyentuh wanitaku!" teriak Dae Hyun sembari menoleh sebentar dengan memicingkan matanya.     

Para penjahat itu kini semakin ketakutan karena sudah ada tiga orang bersenjata api berdiri masing-masing di hadapan mereka. Mereka terus meminta ampun namun Dae Hyun tidak semudah itu memaafkannya. Baginya nyawa harus dibayar dengan nyawa.      

Dor … Dor … Dor ….     

Suara tembakan menggema di ruang bawah tanah hingga menimbulkan suara yang sangat mencekam.      

Ketiga penjahat itu langsung mati dengan masing-masing satu kali tembakan karena yang bertugas adalah para penembak jitu yang bekerja pada Dae Hyun. Mereka tewas dengan luka di kepala hingga darah terus mengucur.     

Dae Hyun membiarkan anak buahnya yang melakukan karena tidak ingin mengotori tangannya menghabisi pecundang seperti mereka.     

Chang Yuan mengikuti langkah Dae Hyun karena tahu jika bosnya akan langsung menuju ke apartemen Han.      

Kali ini Chang Yuan yang mengemudikan mobil. Terlalu berbahaya jika Dae Hyun yang mengemudikannya karena saat ini sedang sangat emosi. Bisa-bisa mobil yang berada di depannya akan tertabrak.     

Chang Yuan baru kali ini mengetahui jika Dae Hyun bisa sangat marah hingga tanpa ampun membunuh para penjahat itu. Tampaknya Soo Yin memang sangat berarti di hidupnya.     

Selama dalam perjalanan tatapan Dae Hyun yang begitu tajam hanya fokus melihat ke depan. Chang Yuan bahkan tidak berani hanya untuk sekedar meliriknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.