Istri Simpanan

Bab 224 - Mengetahui fakta sebenarnya



Bab 224 - Mengetahui fakta sebenarnya

0Jean menghela nafas pelan dengan rasa bersalah yang mengalir terus di darahnya.     
0

"Sebenarnya ada hubungan apa di antara kalian?" Pertanyaan itu langsung lolos begitu saja dari bibir Jean. Ia tidak bisa menahan pertanyaan yang sejak tadi ada di benaknya.     

"Aku suaminya," sahut Dae Hyun singkat sambil melirik Jean sesaat. Kemudian tangannya terulur kemudian mengusap rambut Soo Yin dengan sangat lembut.     

Jean merasa jika pendengarannya bermasalah. Tidak mungkin Dae Hyun adalah suami dari sahabatnya sedangkan pria itu sudah memiliki istri. Jika memang mereka menikah kenapa tidak ada acara pernikahan yang digelar keluarga Soo Yin.     

"Bukankah Tuan sudah memiliki istri? Bagaimana bisa Soo Yin menikah dengan anda?" tanya Jean. Ada rasa tidak terima sahabatnya menikah dengan pria yang sudah beristri ditambah umur mereka yang tampak terlampau jauh.     

"Aku sudah lama menikah dengan Soo Yin. Kau tidak usah terkejut mendengarnya." Dae Hyun tidak menjawab pertanyaan dari Jean. Dirinya enggan menjelaskan semuanya. Biarkanlah suatu saat Soo Yin yang akan mengatakannya.     

"Aku … aku …." Jean tak mampu melanjutkan ucapannya. Ia saat ini sangat ketakutan karena mungkin akan mendapatkan masalah sudah membuat celaka istri bosnya.     

Seketika Jean tubuhnya langsung merosot ke lantai. Ia kemudian duduk bersimpuh di dekat kaki Dae Hyun. Jika memang benar Dae Hyun sudah menikahi Soo Yin dirinya kini hanya bisa pasrah jika Dae Hyun akan meminta pertanggung jawaban dengan apa yang ia telah lakukan.     

"Tuan, aku yang bersalah. Aku yang sudah membawa Soo Yin ke sana," ujar Jean di sela isak tangisnya karena rasa bersalahnya sudah meminta Soo Yin datang.      

Awalnya Dae Hyun sangat marah ketika mendengar hal ini dari Chang Yuan namun menyalahkan Jean pun percuma karena sepertinya gadis itu adalah korban.     

"Jika anda ingin memasukkanku ke dalam penjara ataupun ingin membunuhku aku siap, Tuan," ujar Jean dengan menundukkan kepalanya kemudian memegang kaki Dae Hyun.     

Dae Hyun menghela nafas panjang sambil memejamkan matanya.     

"Jean, berdirilah."     

"Jika aku tidak meminta Soo Yin untuk datang maka ia tidak kehilangan janinnya," ucap Jean sambil terus terisak. Ia mengetahui hal ini dari seorang perawat jika Soo Yin mengalami keguguran.     

"Bangunlah," ujar Dae Hyun tanpa mampu mengatakan apapun kepada Jean. Ia seperti bermimpi karena kehilangan calon anaknya padahal kemarin semuanya masih baik-baik saja.     

"Tuan, aku sungguh minta maaf." Tangis Jean langsung pecah.     

Dae Hyun terpaksa bangun dari duduknya kemudian membungkukkan tubuhnya membantu Jean untuk berdiri. Ia mengepalkan tinjunya kuat-kuat karena sudah tidak sabar ingin membuat perhitungan kepada para penjahat itu.     

"Jean, aku titip Soo Yin sebentar," ujar Dae Hyun dengan nada lembut agar Jean tidak merasa ketakutan lagi.     

"Anda mau kemana, Tuan?" tanya Jean yang kini sudah berdiri.     

"Aku akan membalas dendam kepada mereka yang sudah menyakiti kalian," ujar Dae Hyun. Terlebih dahulu dikecupnya kening Soo Yin sebelum melangkahkan kakinya keluar.     

Jean memandang punggung Dae Hyun yang perlahan sudah menghilang di balik pintu. Ia segera duduk di kursi yang tadi ditempati Dae Hyun karena kakinya sakit jika berdiri terlalu lama.     

Jean menggenggam tangan Soo Yin dengan erat dengan derai air mata yang kembali jatuh di pipinya. Ia memang patut untuk disalahkan saat ini.     

"Soo Yin, maafkan aku." Jean sangat menyesal pernah tidak percaya dengan sahabatnya jika tidak ada hubungan apapun dengan Kim Soo Hyun. Sehingga membuatnya menjauhinya padahal sudah berulang kali menjelaskannya.     

"Kenapa kau tidak mengatakan apapun jika kau sudah menikah?" lanjutnya sembari menunduk.     

"Jika kau nanti akan membenciku seumur hidup aku rela," ucap Jean lagi. Sangat merutuki kebodohannya yang tidak percaya kepada teman sendiri.     

Bibi Xia baru saja masuk karena pulang terlebih dahulu untuk mengambil baju Soo Yin. Ia memandang ke arah Jean yang sedang terisak. Bibi Xia tahu jika gadis itu adalah Jean karena beberapa kali Soo Yin menceritakannya.     

Jean tidak menyadari jika bibi Xia sudah berdiri di sampingnya saat ini.      

"Jean, sebaiknya kau pergi istirahat. Biarkan bibi yang menjaga Nona," ujar bibi Xia. Melihat kondisi Jean yang ada luka di kepalanya membuatnya iba.     

"Bibi siapa?" tanya Jean sembari menoleh ke arah wanita paruh baya itu.     

"Namaku bibi Xia. Aku bekerja di rumah Tuan Dae Hyun dan Nona Soo Yin. Pergilah istirahat karena tubuhmu tampak tidak baik," ujar bibi Xia sekali lagi.     

"Bibi, benarkah Tuan Dae Hyun dan Soo Yin sudah menikah?" Jean tidak percaya begitu saja dengan apa yang di didengarnya. Sulit baginya mempercayai semua itu karena kejadiannya terasa tiba-tiba.     

"Benar, mereka sudah menikah. Awalnya Nona Soo Yin membenci Tuan namun perlahan Tuan mampu meluluhkan hatinya. Sekarang di saat hampir bahagia Nona justru harus kehilangan janinnya," ujar bibi Xia dengan sendu seraya memandang wajah Soo Yin.     

Jean terdiam, pantas saja Jean dulu pernah merasa aneh saat tiba-tiba saja Dae Hyun mengangkat Soo Yin sebagai sekretaris. Namun Jean tidak pernah berpikir sejauh itu.     

"Bibi, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku sudah membuat Soo Yin celaka." Jean menengadahkan wajahnya dengan buliran bening menggenang di pelupuk matanya.     

"Jean, tenanglah. Itu tidak sepenuhnya salahmu. Saat ini Tuan Dae Hyun tengah menyelidiki orang yang bertanggung jawab di balik kejadian ini," ujar bibi Xia mencoba menenangkan Jean. Padahal wanita paruh baya itu juga merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan Jean.     

"Jean, apa kau sudah menghubungi orang tuamu? Jangan sampai mereka khawatir," ujar bibi Xia mengingatkan jika saat ini orang tua Jean pasti tengah kelabakan mencarinya.     

"Ibu?" Jean lupa jika belum menghubungi ibunya. Pasti saat ini sedang mencemaskannya. Namun ponselnya sudah hilang sudah hancur oleh para penjahat itu.     

"Bibi, aku harus pergi sekarang juga. Aku harus ke rumah sakit untuk menemui ibuku," ujar Jean seraya berdiri.     

"Ibumu sakit?" tanya bibi Xia.     

Jean mengganggukan kepalanya. Terlalu memikirkan keadaan Soo Yin, Jean sampai lupa dengan kondisi ibunya saat ini. Ia kembali teringat ketika tadi melihat kondisi ibunya di dalam video.     

"Bibi, bisakah aku meminjam ponsel?" Jean ingin memastikan kondisi ibunya saat  baik-baik saja. Tidak memungkinkan menjenguk ibunya jika keadaannya seperti ini. Ini akan membuat ibunya semangat syok.     

Bibi Xia segera menyodorkan ponselnya kepada Jean.     

Jean mengingat-ingat nomor ponsel perawat yang biasa dihubungi ketika tengah sibuk. Terlalu sering dihubungi membuatnya perlahan mengingat nomor itu dan tak lama kemudian sambungan telepon sudah terhubung.     

Jean segera menanyakan kondisi ibunya saat ini. Namun ponsel yang menempel di telinganya langsung terjatuh ketika mendengar perkataan dari perawat yang sedang berbicara di telepon.     

Tubuh Jean langsung lemas dan tidak bertenaga. Pikirannya yang kosong hingga membuatnya terhuyung. Perlahan tubuh Jean langsung ambruk ke lantai.     

"Jean, bangun!" ujar bibi Xia sembari mengguncang tubuh Jean yang sudah tidak sadarkan diri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.