Istri Simpanan

Bab 223 - Tidak bisa menyelamatkannya



Bab 223 - Tidak bisa menyelamatkannya

Dae Hyun menghela nafas pelan. Saat ini tidak ada yang bisa disalahkan karena semuanya sudah terjadi. Yang harus bertanggung jawab saat ini adalah orang yang mencelakai Soo Yin.     

"Tidak usah menyalahkan diri kalian, sebaiknya kita berdoa agar Soo Yin baik-baik saja," ujar Dae Hyun sambil memandang ke arah pintu yang sejak tadi belum juga terbuka.     

"Iya, Tuan," sahut bibi Xia sambil mengusap air matanya.     

Dae Hyun terus mondar mandir kesana kemari tepat di depan pintu ruang operasi. Sejak datang ke rumah sakit, ia belum mendudukkan bokongnya di kursi satu detik pun. Pikirannya belum tenang sebelum mengetahui keadaan istri dan calon anaknya.     

Terdengar suara pintu berderit. Membuat Dae Hyun langsung menoleh ke arah pintu dengan jantung berdebar. Ia segera berjalan mendekati pintu.     

Dokter Mi Young keluar sambil membuka pintu dengan lebar-lebar.     

"Mi Young, bagaimana keadaan istriku saat ini?" tanya Dae Hyun yang sudah tidak sabar ingin mengetahui keadaan istri kecilnya.     

Dokter Mi Young tidak langsung menjawab. Ia mengusap wajahnya yang penuh keringat menggunakan tisue. Kemudian ditatapnya pria yang pernah ada di hatinya. Bibir Mi Young sangat berat ketika hendak berucap.      

"Mi Young, cepat katakan bagaimana keadaan istriku?" Dae Hyun mengguncang kedua bahu Mi Young agar segera menjawab pertanyaannya.     

Mi Young menghela nafas panjang terlebih dahulu. Melihat pria di depannya yang tampak sangat cemas sungguh membuatnya sangat iri. Seandainya waktu bisa terulang kembali, ia ingin kembali seperti dahulu. Namun sayangnya semua itu hanyalah mimpi baginya.     

"Istrimu baik-baik saja, tapi …." Mi Young sungguh tidak mampu mengatakan kabar buruk itu.     

"Tapi apa?" tanya Dae Hyun dengan suara meninggi.     

"Tapi janin yang ada di dalam kandungannya tidak bisa diselamatkan," ujar Mi Young lirih sambil menundukkan kepalanya. Tanpa sadar ada buliran bening jatuh dari kelopak matanya.     

Mi Young teringat wajah Soo Yin yang sangat berbinar ketika mengetahui kehamilannya. Sungguh tidak bisa membayangkan jika Soo Yin sampai tahu janin yang dikandungnya tidak bisa di selamatkan.     

"Apa maksudmu?" Dae Hyun mencengkram bahu Mi Young dengan keras membuat Mi Young merintih kesakitan. Ia tidak percaya dengan apa yang didengarnya.     

"Istrimu mengalami keguguran," ucap Mi Young lirih sambil menahan cengkraman kuat Dae Hyun.     

Bagai disambar petir di siang hari itulah yang dirasakan Dae Hyun saat ini. Dunia rasanya langsung runtuh mendengar pernyataan Mi Young. Tubuhnya lemas seketika ingin ambruk ke lantai.      

Perlahan Dae Hyun melepaskan tangannya dari bahu Mi Young. Pikirannya saat ini terasa kosong membuatnya hampir terhuyung namun dengan sigap tangannya yang sebelah dia gunakan untuk berpegangan pada dinding karena otot-otot tubuhnya terasa melemah. Ia memejamkan matanya sebentar agar lebih kuat meskipun dari sudut matanya kini ada air yang sudah menggenang.     

"Maafkan aku, Dae Hyun. Aku tidak bisa menyelamatkannya karena sudah terlambat. Ia sudah pendarahan ketika sampai di rumah sakit. Beruntung juga istrimu masih bisa diselamatkan karena pendarahan hebat itu … hampir saja merenggut nyawanya," ujar Mi Young dengan tatapan iba. Ingin rasanya saat ini merangkulnya untuk memberikan kekuatan kepadanya. Namun ketika tangannya sudah terulur, Mi Young menariknya kembali.     

Sebagai seorang dokter Mi Young juga merasa bersalah jika tidak bisa menyelamatkan pasiennya. Ia merasa itu adalah tanggung jawabnya.     

"Kapan dia akan sadar?" tanya Dae Hyun dengan mata memerah dan terlihat kuyu.     

"Semoga saja tidak lama," sahut Mi Young. Hatinya ikut merasakan kesedihan yang mendalam terhadap pria yang berada di depannya. Sudah lama mereka berhubungan namun Dae Hyun tidak pernah tampak sesedih itu. Bahkan saat mereka berpisah Dae Hyun terlihat biasa-biasa saja.     

Dae Hyun menganggukan kepalanya. Ia sebenarnya sudah tidak sabar ingin melihat istri kecilnya. Namun para perawat harus memindahkannya terlebih dahulu ke ruang rawat inap.     

"Dae Hyun, sabarlah." Mi Young menepuk pundak Dae Hyun pelan untuk memberinya sedikit kekuatan. Kemudian segera melangkahkan kakinya pergi karena saat ini ia butuh istirahat.     

Setelah semua perlengkapan medis terpasang di tubuh Soo Yin akhirnya Dae Hyun diizinkan masuk.     

Sakit, sungguh teramat sakit hati Dae Hyun melihat Soo Yin yang terbaring lemah di ranjang. Alat bantu pernapasan terpasang di hidungnya. Ini kedua kalinya Dae Hyun melihat kondisi Soo Yin yang seperti ini. Dengan penyebab yang hampir sama.     

Wajah Soo Yin pucat pasi dengan luka lebam hampir di sekujur tubuhnya. Bibirnya yang tipis terluka, Dae Hyun masih bisa melihat ada noda darah yang sudah kering di sana.     

Perut yang tadinya sudah agak menyembul kini kembali rata seperti semula. Tanpa sadar satu tetes air mata mengalir dari sudut mata Dae Hyun. Kali ini Dae Hyun tidak bisa menahan kesedihannya lagi. Jika boleh meminta biarlah ia yang terbaring di sana menggantikan istri kecilnya.     

Dae Hyun duduk di bangku yang terletak di samping ranjang istri kecilnya. Digenggamnya jemari lentik milik Soo Yin sambil menundukkan kepalanya. Meratapi semua rasa bersalahnya yang sangat menggunung. Namun seberapa besarpun rasa sesalnya, semuanya sudah terjadi.     

Dikecupnya jemari Soo Yin beberapa kali begitu lama oleh Dae Hyun. Sungguh ia tak tega memandang Soo Yin yang seperti itu.     

"Sayang, bangunlah. Jangan membuatku cemas," ujar Dae Hyun lirih sambil meletakkan jemari Soo Yin di bibirnya. Kemudian dengan mata yang terpejam Dae Hyun mengecup kening Soo Yin dengan lembut.     

Ceklek ….     

Tiba-tiba saja pintu ruangan terbuka dari luar.     

Jean melebarkan kedua matanya hingga hampir terjatuh melihat sesuatu yang dilihatnya. Ia seperti bermimpi melihat bosnya menggenggam jemari sahabatnya kemudian menciumnya.     

Pikirannya limbung mengetahui hal itu. Hatinya terus bertanya apa hubungan di antara mereka. Jika hanya sekedar atasan dan bawahan kenapa bosnya sampai menciumnya. Bukankah itu terasa sangat aneh?     

Jean baru saja dilakukan perawatan oleh dokter, keadaannya belum terlalu baik namun Jean bersikeras ingin melihat keadaan Soo Yin terlebih dahulu.     

Ada perban yang melingkar di kepala Jean serta saat ini ia menggunakan tongkat untuk berjalan sampai ke ruangan Soo Yin.     

Dae Hyun tidak menoleh, masih tetap melakukan kecupannya hingga beberapa saat di jemari Soo Yin.     

Dengan langkah pelan karena pergelangan kakinya masih terasa sangat sakit, Jean menghampiri ranjang yang ditempati Soo Yin.     

"Tuan?" panggil Jean lirih. Tubuhnya gemetaran ketika menerka-nerka jika ada hubungan spesial antara sahabatnya dan bosnya.     

Mendengar seseorang memanggil namanya, Dae Hyun menoleh ke arah Jean dengan tatapan sayu, wajahnya kini terlihat tanpa ekspresi. Ia tetap tak melepaskan genggamannya dari tangan Soo Yin. Membiarkan Jean mengetahui jika ada hubungan antara dirinya dengan Soo Yin.     

"Bagaimana keadaan Soo Yin?" tanya Jean sambil memandang Soo Yin yang masih menutup matanya. Meski sudah tahu bagaimana keadaannya namun Jean ingin memastikan jika sahabatnya baik-baik saja.     

"Seperti yang kau lihat," ujar Dae Hyun dengan getir. Bibirnya tak mampu mengatakan bagaimana kondisi Soo Yin saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.